Dua puluh tujuh

857 74 3
                                    

Johnny dan Doyoung sudah bisa bernafas lega setelah berhasil meyakinkan 3 perusahaan besar dari negara Singapura, Jepang, dan Korea Selatan. Dengan kemampuan soft skill dan public speaking yang baik diantara mereka, para petinggi perusahaan tersebut tertarik dan percaya dengan kemampuan dua pemuda itu. Yah meskipun banyak banget rintangan yang mereka lalui untuk mendapatkan suatu kesepakatan.

Mereka mengunjungi tiga negara dalam tiga hari. Harus pandai bermain kata dan mempertimbangkan waktu rapat supaya tidak ketinggalan pesawat. Harus bisa bagi-bagi waktu di tiga negara tersebut. Bisa dibilang mereka sewa hotel hanya buat meletakkan barang, mandi, dan istirahat sebentar doang.

Seperti biasa, Doyoung tidak akan bisa tidur di tempat baru sehingga Johnny rela memesan satu kamar hotel buat nemanin Doyoung doang. Satu kamar dua kasur. Lagian juga mereka sudah sering bersama, apalagi kalau ada kesempatan nginap, Johnny selalu di kamar Doyoung barengan dengan Taeyong maupun sahabat-sahabatnya yang lain.

"Akhirnya pulang. Astaga badan gue remuk, mending sekalian ke Chicago daripada bolak-balik kayak gini."  Mereka sudah berada di dalam pesawat sekarang menuju Indonesia.

"Thanks bang." Ucap Doyoung. Nada suaranya terdengar lelah.

"Yoi, yang penting usaha kita ga sia-sia. Sekarang bisa tidur nyenyak. Lo apa lagi, tidur sono, semuanya pasti beres kok." Johnny tau banget selama di hotel maupun di perjalanan, Doyoung tidak pernah tidur. Terlalu banyak yang dia pikirkan. Di situ juga sisi beruntungnya Doyoung punya Johnny sebagai sahabatnya. Selalu menjaga dan mendukung apapun yang dia lakukan.

"Hmm, berapa jam sih sampe?" Tanya Doyoung.

"Delapan jam lebih kurang, lumayan buat tidur. Gue jagain dah, paksain tidur." Johnny.

"Pusing banget kepala gue. Gue belum kasih tau bang Taeil lagi hasil meeting kita 3 hari ini. Terus belum tau juga perkembangan kerja sama yang dilakukan oleh bang Taeil berhasil apa kagak." Keluh Doyoung sambil memijit pelipisnya, entah kenapa dia tiba-tiba jadi jujur, biasanya dia selalu berusaha kuat. Mungkin karena capek kali. Semua bebannya dia ucapkan begitu saja. Doyoung memejamkan matanya, berusaha buat menenangkan pikirannya.

"Sudahlah tidur saja, istri lo minta gue buat jagain lo, jangan sampai sakit aja lo pas pulang." Johnny nengok ke samping, dan melihat Doyoung yang sudah menyandarkan badannya. Untung aja mereka mengambil kelas bisnis, jadi bisa leluasa buat istirahat.

Awalnya Doyoung masih kebangun-bangun, terus dia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.

"Bang ini masih lama ga sih?" Tanya Doyoung yang tidak tenang banget sejak tadi. Kepalanya sakit banget, rasanya benda di sekelilingnya sekarang seperti berputar-putar.

"Astaga baru juga terbang nih besi."

"Pusing banget anjay." Benar-benar dah Doyoung udah ga kuat. Doyoung itu kalau ngeluh memang seringnya ke Johnny kalau gak Taeyong.

"Pusing banget? Perlu gue mintain obat sama pramugarinya gak?" Tawar Johnny akhirnya. Karena Doyoung hanya diam, dan Johnny dapat melihat keringat dingin mengalir di pelipis Doyoung, membuatnya tanpa aba-aba langsung mencari pramugari. Ya bagaimana tidak, ini AC pesawat hidup dan dingin banget malahan, Doyoung malah keringatan. Johnny meminta obat untuk sakit kepala atau obat demam, sekalian air mineral. Pramugari tersebut langsung mencari apa yang diminta oleh Johnny dan mengantarnya ke kursi Johnny dan Doyoung.

"Thank you." Ucap Johnny.

Pramugari tersebut pergi namun tetap mengawasi untuk mengambil gelas dan nampan yang tadi dia berikan.

"Nih minum dulu obatnya." Untungnya ga sulit meminta Doyoung untuk minum obat. Dia langsung meminum obat tersebut.

Johnny pun dengan perlahan mengatur kursi tempat Doyoung agar lebih kebawah supaya Doyoung nyaman.

(✓)Arya Brothers | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang