Delapan

1.4K 152 2
                                    

"Doy........."



Jantung Doyoung bener-bener mau meledak. Dia menatap Johnny yang sibuk membaca artikel tersebut. Matanya sudah berkaca-kaca melihat keterkejutan di wajah Johnny. Kepalanya tanpa sadar geleng-geleng sendiri menyingkirkan pikiran negatif yang muncul di otaknya.


"Nama orangtua loe.... bukan Dagna dan Aryal..... kan? Kok di sini ada nama tengah loe sih?"







Runtuh sudah pertahanan Doyoung, dia merebut hpnya lagi dan melihat nama penumpang yang dikonfirmasi oleh pihak pesawat. Air matanya jatuh beserta lututnya yang tak mampu untuk menahan badannya.



"Pesawatnya meledak di udara Doy......sebelum akhirnya jatuh ke laut."




Rasanya seluruh pasokan oksigen di dunia ini hilang begitu saja saat Johnny membacakan berita tersebut. Tubuhnya gemetaran bersamaan dengan tangisannya yang semakin pilu.


"Doy.....sudah dipastikan....tidak ada yang selamat."




Doyoung langsung menepuk dadanya keras. Rasanya jantungnya tidak mampu lagi bekerja memompa darah dengan normal. Sesak banget. Dia butuh oksigen sekarang.



"Doyoung...." Johnny mensejajarkan badannya dengan Doyoung yang terduduk di lantai rumah.



"Bi-bilang ini hanya mi-mimpi...g-g-gak mungkin..."

"Doyoung, loe kuat Doy."

Pandangan Doyoung mengabur bersamaan dengan air matanya yang tak henti-hentinya jatuh membasahi pipinya.

"DOYOUUUNG!"

Doyoung pingsan.

Johnny segera mengangkat badan Doyoung dan membaringkannya di sofa ruang keluarga. Johnny panik, wajah Doyoung benar-benar pucat. Dia membangunkan Doyoung.

"Doy, bangun Doy. Loe jangan gini dong Doy. Doyoung!! Bangun Doy!" Tapi Doyoung gak bangun juga.

Johnny juga sudah mencoba memberikan minyak angin buat membangunkan Doyoung, tapi gak bangun-bangun juga.

"Waii buruan ke rumah Doyoung. Orangtuanya korban pesawat meledak. Doyoung pingsan, buruan!!! Bilang ke yang lain." Johnny menelpon Taeyong, hanya nama itu yang melintas di kepalanya.

Doyoung gak bangun-bangun, membuat Johny kalang kabut melihat kondisi sahabatnya itu.

"Doy, bangun dong. Doyoung."

Tak lama, terdengar bunyi mobil di depan rumah. Taeyong dan Yuta keluar dari mobil. Mereka langsung masuk dan melihat Doyoung yang masih pingsan dan Johnny yang berusaha membangunkannya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Yuta panik.

"Orangtua Doy pulang hari ini, dan pesawatnya..... pesawat mereka meledak setelah 5 jam perjalanan." Johny bahkan menangis menyampaikan berita tersebut.

"Gak......gak ada yang selamat." Johnny membalikkan badannya, air matanya jatuh. Begitu juga Taeyong dan Yuta, mereka sudah menganggap Bunda dan Ayah Doyoung seperti orangtuanya sendiri.

"G-g-gak mungkin," ucap Taeyong. Dia mendekati Doyoung yang masih pingsan. Terlihat jelas bekas air mata di pelupuk matanya.

"Doyoung, bangun Doy. Kita harus pastiin dulu Doy," ucap Taeyong.

"BUNDAAA! AYAHH!!!" Teriak Doyoung yang langsung bangun. Keringat dingin mengalir dari dahinya.

"Doy...." Taeyong benar-benar gak tega lihat sahabatnya rapuh seperti ini. Dia memeluk Doyoung. Membiarkan Doyoung menangis di pundaknya.

(✓)Arya Brothers | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang