😔

595 49 6
                                    

"Astaga, kalian kenapa main hujan begini" ujar Tante Zahra terkejut melihat penampilanku dan Arya.
"Biasa mah, bocah sukanya main hujan" ucap Arya.

Aku hanya mengerucutkan bibirku sambil meliriknya.
"Udah, buruan mandi. Ntar pada sakit lagi" omel Tante Zahra.

Setelah diberi handuk aku dan Arya bergegas menuju kamar kami yang berada dilantai atas.

Kali ini kami menaiki tangga bersamaan namun tak ada obrolan diantara kami.

Aku memasuki kamarku, dan Arya masuk kedalam kamarnya.

Kepalaku rasanya sakit sekali.
Bukan karna hujan hujanan, tapi karna menangis ditengah hujan hmm dramanya hari ini.

.
.

"Tante lagi ngapain?" tanyaku saat tiba didapur.
"Ini buatin Arya sup biar badan dia anget, soalnya dia kedinginan gara gara abis hujan hujanan tadi" ucap Tante Zahra.
"Arya sakit?" tanyaku.
"Hmm nggak sakit sih, cuma menggigil gitu. Sakit ya itu namanya?" ucap Tante Zahra tertawa.
"Sakit itu tante hmm" ucapku melirik Tante Zahra.
"Yah paling sakit bentar Arya mah, cepat recoverynya kalo dia" ujar Tante Zahra lagi.
"Hmm.." ujarku mengangguk.
"Yaudah, Tante keatas dulu ya. Itu Tante juga nyiapin buat kamu. Dimakan ya nak" ujar Tante Zahra bergegas pergi.
"Tante.. Tante.. Boleh Ale aja nggak yang anter" ujarku mengejar Tante Zahra.
"Loh kamu nggak makan dulu?" tanya Tante Zahra.
"Ntar aja Tante, sini biar aku pegang" ucapku mengambil alih baki yang Tante Zahra pegang.
.
.
Tok.. Tok..
"Iya masuk" ucap Arya.
Segera aku membuka pintu kamar Arya lalu mendorong pintunya dengan siku tanganku.

"Loh, kok kamu yg nganter?" tanya Arya.
"Gak boleh?" tanyaku kaku.
"Ya boleh, sini" ujar Arya mengambil alih baki yang aku pegang.
"Lo sakit?" tanyaku langsung.
"Enggak, cuman dingin doang" jawab Arya cepat.
"Pelan pelan itu supnya panas" ujarku memberi tahu.

Arya dengan cepat menghabiskan sup yang dibuat oleh Tante Zahra tadi.
"Dingin, apa laper" kataku meliriknya.
"Dua duanya" jawabnya asal.

Aku hanya diam melihat Arya menghabiskan sup dihadapanku..
"Kamu nggak mau?" tanyanya.
"Nggak" kataku singkat.
"Huuu enaknya" ujar Arya meletakan mangkuk sup diatas meja.
"Aku mau tidur, kamu masih mau disini?" tanya Arya ambigu.
"Hah? Ya enggak lah" ucapku tapi masih duduk dikasur Arya.
"Terus?" ujar Arya lagi menatapku.
"Apanya?" tanyaku bingung.
"Kok masih duduk?" tanya Arya lagi.
"Oh iya" kataku kontan berdiri.
"Bye" ucapku menuju pintu.
"Alila?" panggil Arya pelan.
"Apa?" jawabku langsung menoleh.
"Maaf ya" ujarnya sambil menatapku.
"Hmm yaudah istirahat sana" ucapku.
"Bye" tambahku.
"Al?" panggil Arya sekali lagi.
"Apaa?" kataku menoleh.
"Hmm.. nggak jadi. Udah sana keluar" usir Arya.

Setelah menutup pintu kamar Arya aku langsung menuju dapur membawa untuk memakan sup yang sudah Tante Zahra siapkan.

1 minggu kemudian..

"Alila yakin ikut Arya keproyek? gamau stay dikantor aja?" tanya Om Rendra.
"Yakin, om" ucapku mantap.
"Iya pah. Alila mandiri kok orangnya" timpal Tante Zahra.
"Tuh, Tante aja tau om" ujarku sok😂
"Awas aja baru setengah perjalanan nangis" ejek Arya.
"Ih apaan sih Arya" kata Tante Zahra memukul pelan lengan Arya.
"Yaudah pamit dulu Mah, Pah" ucap Arya diikuti pula denganku.

Kalau kata Om Rendra lokasi proyeknya sangat jauh dari perkotaan. Bahkan sinyal pun sulit.

Tapi itu semua tak berarti jika aku bisa berada didekat Arya.. HAHAHA.

Aku, Arya, beserta supir akan menempuh perjalanan selama 5 jam jika tidak macet, atau halangan lainnya.
"Bukannya kita ke proyek sama Dave juga ya?" tanyaku membuka pembicaraan.
"Iya, dia udah pergi deluan" ucap Arya.
"Hmm" ujarku mengangguk.
"Boleh mampir dulu ke Indomaret nggak? Beli jajan?" tanyaku pada Arya
"Iya, Pak ntar stop di Indomaret ya" pesan Arya pada supir.
"Baik pak" jawab supir.

Indomaret..
"Nih" ujar Arya memberikan dompet.
"Nggak usah, aku punya duit kali" ucapku sombong.
"Udah pakai ini aja" paksa Arya.
"Nggak" kataku langsung pergi.

Bukannya menetap dimobil, Arya malah turun bersamaku memasuki Indomaret.

Aku membeli semua cemilan yang aku lihat, membuat Arya menggelengkan kepalanya pelan.
"Udah? Ada lagi?" Tanya Arya saat kami berada dikasir.
"Udah" kataku.
"Bayar! Aku tunggu dimobil" ucapnya sambil meninggalkan dompet didepan kasir.
"Dasar" kataku pelan.

Selama perjalanan aku hanya diam memakan cemilan yang barusan aku beli, sedangkan Arya selalu sibuk dengan laptop miliknya.
"Mata kamu nggak sakit?" tanyaku.
Arya hanya menggelengkan kepalanya pelan dan tetap serius dengan pekerjaannya.
"Mau aku bantu nggak?" tanyaku lagi.
Dan untuk kesekian kalinya ia hanya menggelengkan kepalanya dan terus fokus pada laptop.
"Mau nggak?" tanyaku lagi menyodorkan makanan.
"Nggak" jawabnya singkat.
"Hufff.. Betenya" ujarku dalam hati.

Aku hanya menatap jendela mobil sambil memperhatikan jalanan.
"Masih lama ya?" tanyaku.
"Masih" jawab Arya singkat.
"Aku ngantuk" kataku masih mengunyah cemilan.
"Tidur lah" ucap Arya cuek.
"Yaudah" kataku singkat langsung menyenderkan kepalaku dibahu Arya, kontan membuatnya hilang fokus pada laptopnya.

Aku segera memejamkan mataku tanpa memperdulikan reaksi Arya.

Setelah beberapa saat Arya kembali lagi berkutat dengan laptopnya itu.
Suara ketikan tangannya yang pelan sangat terdengar ditelingaku, karna telingaku lumayan sensitif dengan suara.

"Bisa udahan nggak kerjanya" ucapku pelan.
"Berisik" tambahku.
"Nggak bisa Al, aku harus kerjain dulu sampai sana sinyal susah" ujar Arya lagi.
"Huft" ucapku menghela nafas.

Tak lama Arya memasangkan headshet ditelingaku membuatku membuka mataku dengan cepat.

Mata kami bertatapan sekarang, sial Arya tampan sekali-_-
"Dengarin lagu aja dulu, okay" ujar Arya lalu kembali fokus pada laptopnya.

Dag.
Dig.
Dug.
Jantungku berdegup tak karuan hanya karna ditatap olehnya. Ternyata aku benar benar menyukai Arya.

Tak sadar aku tertidur dibahu Arya, saat aku bangun, kulihat Arya juga memejamkan matanya. Ya ampun aku ingin sekali memiliki lelaki ini.

Aku terus mendongakan kepalaku untuk menatapnya.
Tidur aja cakep.
HAHAHAHA

Tak sadar aku senyum senyum sendiri memperhatikan setiap inci wajah Arya.

"Cakep banget ya?" ujar Arya tiba tiba.

Kontan membuatku menarik kepalaku dari bahunya, dan dengan segera ia membuka matanya lalu melirik padaku.

"Kamu nggak tidur?" tanyaku salah tingkah.
"Nggak" jawab Arya datar.
"Hmmm" ucapku salah tingkah.
"Pipinya gausah merah gitu lah" ujar Arya lagi.
"Dih apaan.." kataku kesal.

"Pak, jadi cari rumah makannya?" tanya Pak supir.
"Oh iya, jadi pak" jawab Arya cepat.

Huff.
Sepertinya aku nggak bisa berlama lama lagi didekat Arya begini.
Bisa makin suka nanti, sedangkan aku tau kalau Arya tidak pernah menyukaiku.

Nasib.

Something About AlilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang