Please

712 41 6
                                    

"Mau kalian apasih?" ucapku emosi saat kami berada diluar ballroom.
"Kamu yg maunya apa?" tanya Arya tak kalah emosi.
"Kamu ninggalin aku gitu aja" tambah Arya.
"Ninggalin apanya, bahkan kita gapunya hubungan apa apa Ar" ujarku.
"Ayo Al masuk" ucap Ega sambil menarik tanganku.
"Ini juga apaan sih" ucap Arya.

Bugghhh.

Arya kembali menonjok wajah Ega dihadapanku sampai Ega terjatuh. Tak tinggal diam Ega kembali menonjok Arya kuat sampai hidungnya berdarah.

Oh Tuhaaan😣

"Stop nggak!" ucapku mencoba melerai keduanya.

Tapi tak seorang pun dari mereka yang mendengarkan ucapanku, karna melerai mereka tak sadar akupun terkena pukulan mentah dari Ega yang ia tujukan untuk Arya.

"Aww" ucapku meringis.
Rasanya aku ingin pingsan tapi sayangnya aku hanya terjatuh lemah dan langsung ditangkap oleh Arya.

Aku merasakan ada darah yang mengalir dari hidungku karna pukulan Ega.
"Dasar bego" ucap Arya langsung mengangkat tubuhku menuju parkiran.

Sesampainya diparkiran Arya meletakan tubuhku dimobilnya sambil menaruh beberapa tisue dihidungku, ia mendongkan kepalaku agar darah dihidungku tak mengalir.

Sedangkan Ega sepertinya masih ada diatas karna Arya mendorongnya saat ia ingin ikut bersamaku.

"Sakit banget" rintihku pelan.
"Bibir kamu berdarah juga, kita keklinik sekarang" ujar Arya sambil menyalakan mesin mobil.
"Sabar ya" ujar Arya menenangkanku.

Setelah pulang dari klinik Arya langsung mengantarkanku pulang kerumah, aku pulang dengan beberapa plester disamping bibir dan dihidung rasa perihnya masih terasa sampai sekarang.

"Bibir kamu juga luka" ucapku pelan.
"Iya gapapa" jawab Arya menunduk.
"Kenapa gak sekalian diobatin tadi?" tanyaku.
"Aku lupa kalau aku juga luka" ujarnya pelan.
"Mau aku obatin?" tanyaku.
"Gausah, kamu istirahat aja. Masuk gih" ucap Arya sambil menekan tombol untuk membuka pintu mobil.
"Ar?" panggilku.
"Hmm?" dehemnya sambil menatapku.

Tak menunggu lama aku langsung memeluknya, aku memeluknya erat sekali seakan aku tak ingin kehilangan dia lagi.

4bulan tak bertemu dengannya sama sekali membuatku hampir gila, ditambah dengan drama perjodohan gila ini.

Setelah aku melepaskan pelukanku, sekali lagi aku menatap mata Arya dalam dan tatapanku tertuju pada ujung bibir Arya yang terluka.

Aku menyentuh luka itu pelan dengan tanganku, tanpa sadar aku mengecupnya pelan membuat Arya sedikit terkejut dengan apa yang aku lakukan.

"Good night" ucapku sembari mengecup pipinya pelan lalu keluar dari mobil.

Arya hanya mematung saat aku keluar dari mobil. Saat aku berjalan ingin memasuki rumah terdengar ia memanggilku lagi.

"Al?" panggil Arya.
Dengan cepat aku langsung menoleh padanya.
"Kenapa?" tanyaku.
"Kamu gak bakal tunangan sama Ega kan?" tanyanya.
"Gak bakal nikah sama dia kan?" tanyanya lagi.
"Hmmm..." ucapku menggantung.
"Please" ujarnya memelas.
"Oke fine. Aku maunya kamu" ujarku langsung.

Kontan Arya langsung tersenyum, senyuman yang sudah lama tak kulihat.

"Tapi aku harus selesaikan semua urusan keluargaku dulu, dan juga Ega.." ucapku.
"Aku tau semua masalahnya, aku bisa bantu soal itu" ujar Arya serius.
"Tapi ada syaratnya" ucap Arya lagi.
"Apa?" tanyaku.
"Jadi sekertarisku selamanya" ucap Arya tersenyum.
"Kirain jadi istri" ujarku tertawa.
"Hahaa iya itu jugaa" jawab Arya tertawa.
"Yaudah.. See you" ucapku.
"Bye" ujar Arya.
.
.
.

"Pah, Ale gabisa lanjutin perjodohan sama Ega" ucapku langsung.
"Nggak! Perjodohan bakal tetap terjadi" ujar papa keras.
"Ale gak cinta pah sama Ega" ucapku.
"Tolong papa Al" ujar papa.
"Iya Ale bakal tolong papa, tapi enggak dengan nikah sama Ega" ucapku emosi.
"Al!" ujar papa.
"Pah, please!" kataku memohon.

Gengs.
Aku pengen namatin cerita ini bentar lagi, soalnya takut kalau gantung lama lama hehe.

Something About AlilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang