Prolog

5.9K 261 23
                                    

Seorang gadis berlari kencang. Menembus hujan yang turun cukup deras. Membiarkan seragam sekolahnya basah. Ia terus berlari. Terus berlari. Mengabaikan seruan teriakan yang memanggil namanya.

"Scarlette...."

Panggilan itu terus terjadi meski suaranya tidak begitu terdengar karena tertutup derasnya hujan.

Dinginnya air hujan telah menusuk kulitnya. Kakinya terasa mati rasa akibat jauhnya ia berlari. Air mata terus mengalir namun tersembunyi dibalik air hujan yang membasahi wajahnya.

Hingga pada suatu tempat. Gadis itu menyelinap masuk dan menutup pintu dibelakangnya. Ia menyandarkan tubuh kecilnya dibalik pintu. Meluruh dengan kedua kaki yang ditekuk.

"Scarlette..." pintu digedor dari luar. "Aku mohon buka pintunya Scarlette. Aku akan menjelaskan semuanya." Terjadi gedoran lagi. Cukup keras. "Scarlette... Scarlette..."

Tidak ada ucapan yang mampu didengarkan. Karena memang tidak ada yang perlu dijelaskan. Semuanya telah jelas. Semuanya terlihat didepan matanya. Sesuatu yang ia pikir tidak mungkin terjadi justru terjadi dengan cara menyakitkan. Ia masih lima belas tahun tapi ia tahu apa arti itu semua.

Sejak awal seharusnya ia tidak pernah percaya pada pria itu. Mempercayakan hatinya untuk pria yang begitu ia cintai. Cinta pertamanya. Dan kini apa. Setelah ia memberikan segalanya untuk pria yang kini tengah menggedor pintu rumahnya, ia tidak mendapatkan apapun selain kesakitan.

Air mata terus mengalir. Tidak ada tenaga yang tersisa untuk segera bangkit meninggalkan tempatnya meringkuk. Padahal ia sangat tidak ingin mendengar suara itu lagi. Suara yang dikeluarkan oleh bibir yang pernah mengucapkan kata-kata manis hingga melambungkan hatinya dan saat ini bibir itu pula yang telah menghempaskannya tanpa sisa.

Sakit. Rasanya sangat menyakitkan. Ia meringkuk. Memeluk tubuhnya sendiri dengan tubuh yang masih bergetar karena isakan tangisnya.

Semuanya telah berakhir. Yeah... Selesai. Tidak ada lagi pengampunan seperti yang biasa ia berikan. Karena nyatanya pengampunan itu selalu digunakan dengan sia-sia.

"Scarlette.... Aku mohon... Scarlette... Scarlette... Buka pintunya."

Seruan dibalik pintu membuat dadanya sesak. Scarlette menutup kedua telinganya sambil menggeleng kuat. Ia tidak kuat.
Ia tidak kuat. Scarlette terus menggeleng dengan mata terpejam. Ia tidak mau luluh dengan panggilan lirihnya yang masih bisa didengar.

"Scarlette... Aku akan menunggumu disini. Sampai kau membuka pintunya. Sampai kau mau mendengar penjelasanku. Semuanya tidak seperti yang kau lihat. Kau hanya salah paham."

Itulah seruan terakhir yang bisa didengar Scarlette. Ia membenamkan wajahnya dengan tangan yang melingkar dikedua lututnya.

Salah paham? Apakah ia memang telah salah paham jika kenyataan yang terjadi telihat oleh matanya sendiri.

Apa yang akan ia lakukan sekarang? Apakah ia akan membuka pintu dan kembali memaafkan seperti yang biasa ia lakukan? Atau membiarkan karena hatinya terlalu sakit?

Say, You Love Me....!!! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang