Bisik-bisik sekitarnya tidak serta membuat Scarlette terganggu. Ia hanya ingin menyelesaikan pekerjaannya - membawa gelas ke dapur dan kembali dengan gelas baru untuk pengunjung. Rupanya ia harus berjengit kaget ketika telinganya menangkap suara seseorang yang berada di belakangnya.
Hampir saja gelas yang hendak ia pindahkan ke atas nampan berhasil digenggamnya erat atau ia harus mengganti rugi. Ternyata ini yang menjadi alasan dari sumber bisik-bisik mereka.
Scarlette menarik napas, tidak berniat menjawab sapaannya. Ia lebih memilih memutar kaki dan menghilang ke arah dapur. Ternyata kekesalannya tidak sampai disitu. Jade mengikutinya dan sialannya lagi, pemilik cafe ini mengijinkannya dan suatu kebetulan yang luar biasa sialan. Mereka sangat terlihat akrab.
"Seharusnya jika kau ingin memesan, cukup tunggu didepan. Tidak perlu mencari tahu apa resep dibaliknya. Kita tidak akan mencampurnya dengan racun."
Itu sebuah sindiran yang menohok jika dipikir akal sehat. Tapi ternyata pria yang kini sedang berdiri disampingnya justru tergelak. Scarlette mendengus. Ia mulai mengambil kue dan makanan lain, di tata di atas piring sesuai pesanan.
"Aku hanya ingin bertemu denganmu."
Scarlette berjalan ke arah lemari, kembali mengambil piring dan kembali ke meja. Jade masih di sana dengan bokong yang bersandar di pinggiran meja dan melipat kedua tangannya didepan dada.
"Aku tidak menerima tamu."
"Ini karena kau tidak menerima tawaranku."
"Aku tidak berminat" sanggahnya cepat.
Tawaran? Tawaran untuk tetap tinggal di apartemennya?
Tidak. Ia sangat tidak tertarik. Berada berdua dengan Jade sangatlah tidak baik. Emosi serta kesehatan jantungnya terkadang tidak terkendali.
"Maka dari itu aku kemari."
"Lebih baik kau pulang. Atau tunggu diluar jika ingin memesan sesuatu."
Persetan dengan sopan santun dalam melayani tamu. Jade bukan tamu yang harus dihormati. Pria ini datang sesuka hati dan merecoki pekerjaannya. Hilang sudah ketentraman Scarlette dalam bekerja. Ia terus menata makanan, menuang minuman. Mengabaikan Jade yang mungkin sedang memperhatikannya?
Well.... Lebih baik begini. Bersikap ketus agar Jade segera pergi. Sungguh, keadaan ini sangat tidak baik. Bisik-bisik dari teman sesama pelayan sudah mulai memperlihatkan ketertarikannya pada sosok yang masih tetap berdiri didepannya meski ia acuhkan. Scarlette tidak yakin jika setelah ini mereka tidak akan menyerbu dirinya dengan pertanyaan dan keingintahuan mereka.
"Aku tidak keberatan berdiri disini. Aku sudah mendapat ijin." Ujarnya santai. sama sekali tidak merasa tersinggung dengan pengusiran terang-terangan nya "Oh.. haiii Cara..."
Sapaan Jade menghentikan penyusunan tatanan kue Scarlette. Ia mengernyit, namun tidak berani mendongak. Cara? Temannya? Jadi, Jade mengenal Cara? Sejak kapan? Mengapa sapaannya terdengar sangat akrab? Merasa tidak perlu menunjukkan rasa penasarannya, Scarlette memilih diam. Kembali menyelesaikan pekerjaannya. Ia mengambil minuman, dijadikan satu dalam satu nampan.
"Hai....." Suara Cara terdengar kikuk. Scarlette melewati Cara, melempar senyum tipis dan meninggalkan rasa penasarannya di sana. Ia harus bekerja. Cafe sedang rame dan ia tidak ingin membuang waktu untuk tahu percakapan mereka. Ketika punggung Scarlette telah menghilang dibalik pintu setengah badan, Jade kembali membuka suara.
"Bagaimana hari mu?"
Cara mendekat. Menghentikan kakinya lima langkah dihadapan Jade. Ia berdiri salah tingkah, bingung harus bersikap seperti apa. "Sangat baik dokter."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
Любовные романыPengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...