Pada nungguin yaaakkkk...????
Klo pada lupa ceritanya bersambung sampai mana... Baca lagi part sebelumnya ya???😉😉
Selamat membaca....
*****
Jade tidak tahu apa yang membuatnya berani melakukan hal gila seperti itu. Hanya satu yang dipikirkannya saat itu yaitu lepas dari Theresa. Sebenarnya ia tidak tega melakukan itu padanya. Tapi ia harus menjalankan apa yang diperintah otaknya.
Padahal waktu itu, Jade sudah sangat pasrah jika Scarlette menamparnya. Memakinya didepan Theresa hingga berakibat pada kebohongan yang terungkap.
Meski perasaannya pada Scarlette bukan sebuah kebohongan, tapi status yang ia ucapkan adalah ketidakjujuran mutlak. Benar apa yang dikatakan Scarlette, mereka tidak ada hubungan apapun. Tapi Jade berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan membuat ucapan itu menjadi nyata.
Sama seperti yang terjadi barusan. Melihat Scarlette yang sedang keluar dari pintu lobi berhasil memicu kerusakan pada otaknya. Seperti padang pasir yang membutuhkan air, Jade juga membutuhkan Scarlette dalam hidupnya atau ia akan seperti jiwa tanpa raga. Kosong.
Jade masuk ke dalam apartemennya. Seketika aroma Scarlette menyerbu indera penciumannya. Well... Jika seperti ini, bagaimana mungkin ia bisa melupakan wanita itu jika jejaknya selalu tertinggal ditempatnya.
Jade menghempaskan bokongnya di sofa. Ia merogoh ponsel dan berdecak ketika satu nomer menghiasi layarnya. Ia menggeser icon hijau dan menempelkan benda pipih tersebut di telinganya.
"Ada apa Alesha?"
Itu Alesha Gritson. Kakak ketiganya yang selalu merecoki hidupnya. Berbeda dengan dua kakaknya yang lain, Alesha selalu berhasil membuatnya mendesah. Eits,,bukan mendesah karena pelepasan, tapi mendesah kesal dan jengah. Perbedaan usia satu tahun tidak serta membuat mereka saling melengkapi. Mereka justru terlalu sibuk untuk mengacaukan hidup satu sama lain.
"Apa seperti itu caramu menyapa kakakmu? Kau tahu bukan jika itu sangat tidak sopan" keluhnya.
Hell.. Alesha dan dramanya. Sangat mirip dengan nenek mereka. Mungkin karena Alesha lebih lama tinggal dengannya jadi hidupnya selalu penuh drama.
"Kau yang memintanya dan tolong, jangan membuatku menutup panggilan ini sebelum kau berbicara."
Diseberang sana Jade bisa mendengar cekikikan Alesha. Ia menyandarkan punggungnya dengan kepala yang mendongak ke atas.
"Aku suka gayamu, Son."
"Alesha..." Jade memperingatkan.
"Oke. Fine. Aku akan berhenti bercanda. Karena ada hal yang lebih crusial daripada itu."
"Apa?"
Hal crusial versi Alesha bukan sesuatu yang mendesak. Bukan sesuatu yang penting. Tapi ia akan mendengarkan apa yang diinginkan wanita itu.
"Aku akan ke tempatmu." Dan tawa membahana terdengar nyaring di ponselnya.
Gezzz.... Inilah Alesha. Ia ingin mengumpat tapi itu tetap tidak dibenarkan bagi orang yang lebih tua. Jadi Jade memilih memejamkan mata. Ia memijit pangkal hidungnya. Niatan untuk menolak pun harus pupus saat Alesha kembali mengeluarkan jurus andalannya.
"Jangan menolak ku, Jade. Aku bisa memberitahu Mommy atau Grandma jika kau masih suka tidur dengan beberapa wanita" ancamnya.
"Aku sudah tidak melakukan itu lagi."
"Tapi mereka tidak akan percaya padamu. Apalagi sebentar lagi kau akan bertunangan bukan?"
Ternyata kabar ini sudah menyebar. Entah siapa saja yang sudah tahu perihal ini. Dan sepertinya ia perlu meluruskan semua ini sebelum terlambat. Jujur saja, perasaannya pada Theresa tidak sekuat itu untuk meneruskan hubungan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomancePengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...