Sentuhan pelan di lengan dan suara yang memasuki inderanya membuat Scarlette membuka kelopak matanya pelan. Ia memicing, menyesuaikan cahaya yang menubruk netranya.
Kepalanya menoleh dan ia menemukan pria yang tidak ingin ditemui tersenyum disebelahnya. Kemudian suara itu kembali mengalun.
"Sudah sampai." Jade menggedik pada bangunan bertingkat di depannya.
Scarlette memajukan tubuhnya, melihat dari kaca mobil. Ia memang sudah sampai dan ia harus segera turun. Entah bagaimana caranya mereka bisa terjebak pada perjalanan seperti ini.
"Terima kasih." Ucap Scarlette pelan. Ia menarik napas. Menggenggam erat tas yang berada di pangkuannya. "Harusnya kau tidak perlu melakukan ini. Sesuatu yang aku yakin pasti merepotkanmu."
"Aku tidak keberatan."
"Tapi aku yang keberatan. Jika suatu saat nanti hal seperti ini terjadi lagi. Tolong abaikan saja."
"Kenapa harus seperti itu. Aku hanya ingin membantu."
"Tidak. Aku tidak ingin dibantu." Scarlette mulai membuka seatbelt. Ia tahu ini sudah sangat keterlaluan tapi ia harus melakukannya. "Tolong, jangan lagi ada disekitarku."
Tangannya bersiap mendorong pintu namun urung saat ucapan Jade menyelanya. "Kenapa Scarlette? Apakah aku melakukan hal yang salah?"
"Tidak. Aku hanya tidak mau ada balas budi setelah ini."
Persetan dengan kata-katanya. Ia melakukan ini juga untuk berjaga-jaga agar tidak ada lagi hal yang seharusnya tidak terjadi. Sama seperti kemarin malam. Ia tidak tahu motif atau alasan apa dibalik pertolongan yang didapatnya. Hanya saja ia tidak mau lagi. Tolong. Jangan lagi. Ia sudah lelah.
"Aku tidak mengharap-"
Ucapnya Jade menggantung saat dengan cepat ia kembali mendorong pintu, kakinya menyelinap keluar. Meninggalkan Jade dengan langkah terburu.
Scarlette berjalan setengah berlari. Menaiki tangga dan berhenti di depan pintu flat milik kakaknya. Disana ia menemukan bibi Jenny duduk di kasur, mengemas beberapa barang.
"Bi...." panggil Scarlette pelan. Ia berjalan mendekat dan bibi Jenny menoleh. Senyum pedihnya terlihat. Seketika ia memeluk tubuh kurusnya.
Isak pelan terdengar hingga ia pun tidak kuasa menahan air mata yang mulai membasahi pipi. Mereka berdua sangat kehilangan. Tentu saja. Mereka sangat sedih. Itu pasti.
Memang siapa yang tidak sedih dan merasa kehilangan saat orang yang disayangi, dicintai meninggalkan kita. Mungkin kita sering mendengar pepatah, 'setiap pertemuan pasti ada perpisahan'.
Tapi ia tidak rela jika cara perpisahan yang harus dihadapi seperti ini. Perpisahan yang mengharuskan untuk tidak bisa lagi bertemu bahkan berbicara.
Sophia mungkin bukan adik atau keponakan asli yang dimiliki. Tapi sejak melihat bayi mungil berumur tiga hari yang dibawa kerumahnya, ia telah menganggap bahwa dia adalah bagian dari hidupnya.
Gadis kecil cantik yang ia pikir telah baik-baik saja. Namun ternyata tidak, dengan cara mengejutkan dia meninggalkan semua orang.
Kesedihan tidak mampu ditutupinya saat ia berada di pemakaman. Jangan tanya bagaimana kakaknya yang terus meraung. Beberapa orang telah meninggalkan area pemakaman. Tapi masih ada juga yang masih tinggal, termasuk Jade yang berada di seberangnya. Berdiri disamping pria yang pernah ia temui di rumah sakit saat bersama kakaknya. Ia tidak tahu siapa pria itu dan ia tidak ingin bertanya.
Setiap orang punya rahasia dan privasi masing-masing. Dan Scarlette akan menunggu sampai kakaknya sendiri yang bercerita termasuk kepergian Sophia yang mendadak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomansaPengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...