"Brengsek..."
Jade mengumpat kasar. Tangannya menarik gas semakin dalam hingga motor yang dikendarainya melaju kencang. Kepalanya memanas saat melihat kecurangan yang dilakukan pihak lawan. Jade berinisiatif bahwa ia tidak akan membiarkan mereka menang. Demi apapun. Ia akan segera menyusul dan membalas perbuatan mereka.
Balap liar sudah menjadi kebiasaannya. Dunia malam menjadi rutinitas sehari-harinya. Ia pindah sekolah ke Manhattan bukan tanpa alasan. Kakek dari pihak ibunya menyerah menghadapi kenakalannya hingga mengirimkan Jade kembali ke tempat asalnya.
Kenakalan anak berumur tujuh belas tahun tersebut membuat sakit kepala. Bagaimana tidak jika yang dilakukannya setiap hari adalah membolos sekolah hingga kenaikan pun tidak bisa diraih. Di umurnya yang ke tujuh belas tahun, Jade masih duduk di kelas sepuluh.
Bukan karena ia bodoh. Tapi kenakalan yang dilakukannya sudah diluar batas. Hingga pihak sekolah beriniaiatif untuk mengeluarkannya dari sekolah. Dan bukan tidak bisa bernegosiasi, tapi pihak keluarga sengaja tidak membantu. Mereka menyerahkan sepenuhnya pada pihak sekolah dan menerima saat keputusan tinggal kelas digaungkan.
Dua hari. Jade menjadi murid baru di sekolahnya yang baru. Dan dalam dua hari itu, dia sudah menghajar tiga anak laki-laki. Hebat bukan? Tentu saja. Pria bermata hijau kebiruan itu tidak bisa menerima saat kehidupannya terusik. Sebenarnya dia tidak perlu mencari sensasi semacam itu untuk bisa dikenal. Cukup menggunakan nama orang tua maka mereka akan tahu. Namun sayangnya ia tidak menggunakannya hingga mereka mengetahui sendiri satu minggu setelahnya.
Mereka beramai-ramai mendekatinya. Berusaha menjadi teman dekat Jade yang pasti tidak diterima begitu saja. Jade memilih teman yang benar-benar ingin berteman dengannya tanpa mencari keuntungan.
Begitu juga dengan gadis-gadis disekolahnya yang selalu menawarkan hubungan singkat satu malam. Tentu saja diterima Jade dengan senang hati. Lagipula bukan ia yang meminta kan?
Hujan deras baru saja mengguyur, ia masih berusaha mengejar lawannya di pertarungan ini. Berusaha mengimbangi laju motor yang saling menggaungkan permusuhan. Berusaha menjadi terdepan dan terhebat. Namun ia tahu bahwa itu bukan keputusan yang baik saat tiba-tiba saja motor yang dikendarainya menabrak sesuatu hingga oleng. Jatuh dan berputar-putar di aspal.
Jade mengumpat keras. "Brengsek." Ia mencoba menarik kakinya yang tertimpa badan motor. Kemudian berhasil. Namun sayang, lututnya berdarah karena ia lupa tidak memakai pelindung lutut. Ia tidak ingin meringis kesakitan andai saja bisa berdiri.
Ia mencoba sekali lagi dan tetap sama. Tidak bisa mengangkat kakinya. Mungkin kakinya terkilir atau apa. Ia tidak tahum hanya saja sangat sakit. Ia merogoh ponsel disaku jaketnya.
Sial. Umpatan kembali keluar dari bibirnya saat tangannya tidak mendapatkan benda yang diinginkan. Jam dua dini hari. Sudah sangat malam untuk bisa menemukan orang di sekitar jalan ini. Dan ia hanya bisa mendesah pasrah sampai teman satu-satunya yang dimiliki. Menunggu sampai dia menyadari ketiadaannya dan mencarinya.
Jade menarik kakinya. Berusaha menyingkir dari genangan air di bawahnya. Baju dan celananya basah dan ia tidak bisa melakukan apapun.
Lima menit...
Sepuluh menit...
Lima belas menit...
Hingga setengah jam berlalu...
Akhirnya ada suara terdengar. Ia pikir yang datang adalah temannya. Tapi ternyata bukan. Di sana, di kejauhan tiga meter. Terlihat seorang gadis sedang mengayuh sepeda. Bunyi sepedanya lah yang membuat Jade mengalihkan mata. Gadis itu tampak kesusahan mengais pedal dan kecepatan dari sepeda itu sangat lambat dari yang ia tahu. Satu yang dapat disimpulkan. Sepeda tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomancePengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...