Part 41 - Alasan Menyakitkan

1.3K 161 51
                                    

Pada nungguin yaaakkk....???😘😘

Selamat membaca...

*****

"Sialan kau, kak." Jade mengerang. Menatap Dante dengan tatapan tajam. Merasa marah sekaligus kesal ketika pengumuman yang dilontarkan Dante merupakan keputusan sepihak. Bagaimana bisa Dante melakukan hal besar tanpa bertanya padanya? "Kenapa kau melakukan hal gila seperti itu?"

Emosi menggelegak dalam dirinya. Beruntung ia telah menyeret kakaknya ke sudut. Tempat yang tidak terlalu ramai karena sebagian orang sedang menikmati pertunjukan lagu serta menghabiskan makanan yang tersaji.

"Aku hanya melakukan yang terbaik untuk kalian."

Jawaban singkat serta sikap yang terlampau santai tidak bisa diterima akal sehatnya begitu saja. Jade tetap tidak mengerti, apa alasan yang paling logis yang bisa diterima akal sehatnya tentang penolakan Dante pada Scarlette. Jade yakin, wanita itu tidak salah apa-apa. Atau mungkin karena dia adalah adik Kayla hingga Dante tidak menginginkan adanya kakak adik yang menikah dalam satu keluarga yang sama?

Bullshit....

Jika memang benar seperti itu, seharusnya Dante membicarakan ini baik-baik. Setidaknya beri ia alasan yang bisa diterima akal sehatnya. "Aku tetap tidak mengerti mengapa kau melakukan ini. Katakan padaku, ada apa kak?"

Dante tetap diam. Menatap dirinya dengan tatapan yang sulit di mengerti. Sejak dulu, meski mereka sangat dekat tapi Dante tidak pernah memaksakan kehendaknya seperti ini.

"Kau akan tahu dalam waktu dekat ini."

Kening Jade berkerut dalam. Ia menghela napas panjang. Berusaha menahan emosi yang ingin keluar. Ia juga menjaga wajahnya untuk terlihat datar, padahal kemarahan dan kekecewaan atas keputusan sepihak ini sangat menyakiti dirinya.

"Beritahu sekarang atau aku akan membatalkan berita pertunangan yang kau umumkan saat ini juga."

Dante tampak berpikir sebentar dan menarik napas panjang sebelum menganggukkan kepala. Pria itu memutar kakinya yang diikuti Jade di belakangnya. Teringat akan sesuatu, Jade menghentikan langkah. Kepalanya berputar, mencari keberadaan Scarlette yang tidak terlihat. Seketika dadanya terasa sakit. Memikirkan Scarlette yang meninggalkannya membuat Jade frustasi. Matanya masih berkeliling dan ia tetap tidak menemukan siluet itu.

Shit....

Umpatnya tanpa sadar. Ia mengusap wajahnya kasar dan kembali melanjutkan langkah, mengikuti Dante yang sudah menghilang. Untuk saat ini, ia perlu mengetahui alasan sebenarnya sebelum mencari Scarlette dan memberitahu kesalahpahaman ini. Demi Tuhan, hubungannya dengan Scarlette baru baik-baik saja dan kini, ini harus kembali meluruskan masalah yang bukan disebabkan oleh dirinya.

Berbeda dengan halaman belakang yang sangat ramai. Di lantai dua rumah neneknya ini sangat sepi. Meski nanti ia perlu menghajar kakaknya, tidak akan ada yang tahu kecuali mereka. Ia hela laju kakinya menuju ruang baca. Ketika pintu terbuka, Dante sudah ada disana. Menghadap jendela kaca yang langsung menuju halaman belakang. Kedua tangan pria itu terselip di saku celana bahannya.

Pelan, Jade menutup pintu. Melangkah kian dalam dan berhenti di samping meja. Menyisakan keheningan hingga beberapa saat sebelum suara Dante memecah kesunyian. "Apa kau tidak melihat betapa bahagianya mereka?" Jade tidak menjawab. Matanya ikut melihat ke arah pandang Dante yang tertuju pada keluarganya. Bibirnya masih terkatup rapat. Ia hanya perlu menunggu hingga kalimat ini selesai dengan penjelasannya sendiri. "Aku tidak pernah melarang dengan siapa kau akan jatuh cinta. Entah dia dari orang terpandang seperti kita atau hanya dari orang yang kau temukan di jalan."

Say, You Love Me....!!! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang