Part 45 - Pemilik Hati

1.3K 147 29
                                    

Keheningan yang berpadu dengan kegelapan semakin menambah kesan menakutkan. Tidak ada sinar apapun yang menembus celah. Hanya terdengar suara pendingin ruangan dan jam yang bergerak sangat lambat.

Mata hijau kebiruan yang menatap langit-langit ruangan itu sama sekali tidak terganggu dengan kegelapan. Seolah netranya sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Tentu saja. Karena ia sangat menyukai kesunyian. Sejak dulu hingga sekarang.

Malam ini otaknya disibukkan oleh rangkaian berbagai macam kejadian. Kenapa dan kenapa?

Helaan napas pelan serta lelah semakin menyakiti dadanya. Sesak tidak mampu ia tepis. Mengapa sesuatu yang baru ia bangun kembali harus pergi lagi? Lima tahun dirinya menunggu untuk bisa bersamanya namun ketika impian di depan mata, semua hilang tak berbekas. Tapi tidak. Ia tidak akan menyerah. Perasaannya masih berbalas meski kata cinta belum terucap.

Sekali lagi, bolehkah ia berharap jika keinginannya masih bisa terwujud atau mungkin Tuhan memang tidak menginginkan mereka bersatu? Atau mungkin ini yang disebut dengan takdir?

Well.... Ada banyak pertanyaan dalam otaknya dan satupun tidak bisa terjawab. Tapi tunggu? Bila berbicara mengenai takdir, bukankah sang pencipta ingin kita berjuang untuk sesuatu yang kita inginkan? Bukankah takdir bisa diubah jika memang dikehendaki?

Yeahhh.... Benar. Ia harus kembali berjuang. Ia harus kembali mengambil sesuatu yang akan segera menjadi takdirnya. Ia menegakkan tubuhnya. Tidak ada gunanya berbaring disini. Meratapi nasib yang masih belum pasti.

Bukankah ayahnya pernah bilang 'rebut lah jika memang masih bisa direbut tapi jangan pernah merebut jika kata janji suci telah terucap.'

Sebuah kalimat pemompa semangat kembali hadir. Ia mengukir senyum tipis saat rasa optimis mulai menguasai diri. Ia akan membawa wanitanya kembali ke sisinya. Tempat yang memang seharusnya.

Jade beranjak dari kasur, menekan remote dan otomatis pencahayaan di kamarnya berubah menjadi terang. Ia hela kakinya menuju kamar mandi guna membersihkan diri dan kemudian berganti pakaian.

Tidak butuh waktu lama, lima belas menit setelahnya Jade sudah keluar dari apartemennya  dengan penampilan yang lebih baik. Meski tidak terlalu baik tapi setidaknya tidak seburuk beberapa jam yang lalu dengan rambut dan pakaian yang berantakan.

Langkah tegapnya membawanya menuju koleksi mobilnya di basement. Jade masuk ke salah satunya dan duduk di balik kemudi. Mulai memutar setir untuk segera tiba di tempat yang menjadi tujuan awalnya.

Sebuah earphone terselip di telinganya dan terhubung dengan seseorang di seberang sana. Pada dering ketiga panggilannya di angkat.

"Jangan menggangguku."

Apakah kalimat seperti itu pantas diucapkan pada sapaan pertama? Jade yakin, semua orang tidak akan menyukainya.

"Ini tidak seburuk yang kau pikirkan" sahut Jade santai.

"Jangan harap aku mau membantumu lagi."

"Kau akan"

"Tidak"

"Kenapa? Apakah kakakku yang melarangnya?"

"Aku punya banyak pekerjaan."

Jade mengukir senyum tipis. Masih mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. "Apakah itu benar? Jangan berbohong padaku."

"Apa kau pikir aku takut dengan nada ancamanmu? Asal kau tahu, aku lebih tua darimu."

Tidak ada yang berubah. Trevor masih sama menyebalkannya sejak dulu. Selalu menolak keinginannya meski pada akhirnya akan memenuhi. Dan kini, tidak ada pilihan lain selain meminta bantuannya. Jade yakin, Trevor tahu sesuatu tentang Scarlette atau mungkin tahu keberadaannya.

Say, You Love Me....!!! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang