Sudah satu minggu sejak kejadian pernyataan yang mengatakan untuk kembali dilontarkan. Jade belum lagi bertemu dengannya. Kesibukan di rumah sakit menyita waktunya. Bahkan ia seringkali tidak pulang ke apartemennya dan ia juga belum menemukan cara untuk membuatnya kembali.
Menghela napas pelan. Ia membuka snelli yang dipakainya dan disampirkan disandaran kursi miliknya. Jade duduk, memeriksa ponsel yang belum ia buka sejak pagi. Ada banyak pesan dan panggilan tidak terjawab dari Theresa. Jarinya menscroll pesan. Membuka satu persatu dan pesan dari Theresa yang paling banyak.
Wanita itu mengatakan telah kembali, lebih cepat dari jadwal karena sesuatu yang mendesak. Entah apa itu, Theresa tidak memberitahunya. Hanya saja, wanita itu memintanya untuk bertemu malam ini.
Perlukah ia mengiyakan ajakannya ini?
Ketukan di pintu mengalihkan matanya, ia mendongak dan menemukan Grace menyembulkan kepala setelah kata masuk dilontarkan.
"Dok... Ada yang kiriman untuk anda?"
Mengerutkan kening, Jade mengangguk dan Grace melangkahkan kakinya masuk. Menutup pintu dibelakangnya, Grace mendekat. Ditangannya ada sebuah rantang yang bisa ia tebak jika isinya adalah makanan.
"Dari siapa?"
"Seorang wanita. Dia tidak memberitahukan namanya. Dia cuma mengatakan bahwa ada selembar kertas di dalam sini" ujar Grace sambil mengulurkan rantang dan meletakkannya di meja.
Tidak ingin bertanya lebih karena Grace juga tidak tahu, akhirnya Jade mengangguk dan menyuruh Grace untuk meninggalkannya.
Matanya memicing dengan pikiran yang sibuk menerka. Kemudian demi memuaskan rasa penasarannya, Jade membuka kantong kresek dan menemukan selembar kertas seperti yang diberitahukan Grace. Ia mengambil dan sebuah tulisan tangan mengisi lembarannya.
-Terima kasih, Tuan Gritson. Tanpa bantuan anda, saya bukanlah apa-apa -
Tulisan singkat dengan dua kalimat itu telah menunjukkan siapa pengirimnya. Jade menarik bibirnya, seringai tipis dengan pikiran liciknya pun bersekutu.
Jade kembali melipat kertaa tersebut dan membuka rantang dua susun berwarna itu. Didalamnya ada satu porsi makan siang dan tiga potong cake yang kelihatan menggugah selera. Kemudian mulutnya melahap semua makanan itu.
Matahati telah tenggelam di ujung barat sana. Senja juga sudah melewati waktunya, kini gelap malam mengganti hari penuh kesibukannya.
Malam ini, Jade memutuskan untuk pulang. Tidak operasi dengan jadwal mendadak. Semua sudah tertangani. Setelah merapikan meja dan menyelipkan ponsel ke dalam saku celana. Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dan helaan napas lelah muncul ketika mengetahui siapa yang ada disana dengan cengiran khasnya.
"Apa kau sudah akan pulang?"
"Untuk alasan apapun. Tolong, jangan tahan aku disini. Aku butuh kasurku."
Tergelak. Stephen berjalan mendekat. Pria yang masih bersnelli itu tersenyum geli. Ia tahu kesibukan Jade dalam satu minggu ini. Jadi tidak heran jika pernyataan itu terlontar dari bibirnya.
"Tapi malam ini ada party di club. Datanglah. Mungkin bisa menghilangkan penat?"
"God...." erangnya frustasi. Jade berkacak pinggang. Memasang wajah kesal. "Aku sangat lelah dan aku tidak ingin diganggu malam ini."
"Kau yakin?"
Stephen sialan. Tidak bisakah dia menentramkan malamnya. Ajakan Stephen ini terkadang bisa mempengaruhi otaknya. Pasalnya, setiap kata party yang keluar dari bibirnya pasti bukanlah sebuah party biasa. Ada sesuatu yang pastinya sangat menghebohkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
Storie d'amorePengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...