Suara sorak sorai dari seluruh penghuni kelas terdengar. Bahkan keramaian ini tidak hanya berlaku bagi satu kelas, melainkan seluruh kelas. Tawa bahagia dan suara kegaduhan sarat akan kesenangan terdengar hingga ke penjuru sekolah.
Bukan hanya mereka yang bisa berteriak heboh, semua guru pun melakukan hal yang sama. Kelegaan menghampiri setiap guru yang selama ini memiliki beban serta tanggung jawab pada mereka untuk mencapai kelulusan.
Hari ini adalah puncaknya. Sekolah favorit serta bergengsi ini berhasil meluluskan seluruh siswa kelas dua belas. Acara demi acara di gelar di sekolah. Mulai dari makan gratis dikantin, menjadi musisi dadakan hingga pernyataan cinta yang baru sempat terucap kala waktu berpisah sudah didepan mata.
"Malam ini kita akan merayakannya ditempat biasa bukan?"
Pertanyaan yang terlontar dari salah satu kawanan empat orang pria tersebut mengangguk bersamaan. Tapi tidak dengan seorang pria yang hanya duduk. Bermain ponsel ditangannya.
Ketiganya saling berpandangan dan salah satu yang paling dekat dengannya menyenggol.
"Jade..."
Mata yang sejak tadi fokus pada ponsel pun teralihkan. Jade mendongak dan menatap bingung pada mereka yang melihat ke arahnya.
"Apa kau akan ikut?"
Jade hanya diam. Tidak menjawab. Ia kembali menunduk. Mengamati ponsel yang ia hidupkan kembali. Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah baginya. Hari yang paling ditunggu setiap siswa sepertinya untuk bisa melepas gelar anak kecil pada tubuhnya. Meski sikap mereka bukan lagi mencerminkan demikian. Namun tetap saja, usia sembilan belas tahun adalah usia tanpa larangan apapun.
Pesan atau panggilan yang ditunggu sejak pagi tidak kunjung masuk. Ponselnya justru harus dipenuhi dengan berentetan pesan dari beberapa wanita yang mengajaknya berkencan bahkan katanya untuk melepas penat selama tiga tahun belakangan.
Bila memang seperti itu. Jade tidak perlu menunggu hari ini untuk melepasnya. Dari tahun-tahun sebelumnya pun, ia telah banyak melepaskan.
Sentuhan di pipinya tidak sedikitpun mengalihkan perhatiannya. Ia tetap fokus pada ponselnya. Ia sudah menghubungi namun tidak tersambung. Ia sudah mengirim pesan tapi tidak terkirim. Entah dimana keberadaannya, Jade tidak tahu.
"Brengsek...." umpatnya. Ia melempar ponsel yang sejak tadi ia amati, berharap ada satu pesan yang terselip diantara pesan yang lainnya.
Ketiga pasangan yang sedang asik bercumbu menoleh bersamaan dan mereka tidak perlu bertanya apa yang membuat mood pria ini tidak bagus. Hanya satu nama dan semua harus kacau karenanya.
"Apakah tetap tidak bisa dihubungi?"
Jade menunduk. Menopang kedua sikunya dilutut. Menjambak rambutnya frustasi. Seharusnya dari awal ia memang mendengar apa kata mereka. Jangan pernah menggunakan hati untuk memenangkan taruhan ini. Dan hasilnya seperti ini kan?
Berhubungan dengan gadis polos seperti Scarlette Morreira Harper sangat mengerikan. Bukan gadis itu yang menakutkan atau sikapnya yang terlalu berlebihan, tapi Jade merasa jika ia sudah merasa ketergantungan padanya. Dan sejak pagi, ia belum mendapat kabarnya.
Mungkin ceritanya akan berbeda jika Scarlette memberi kabar. Meski bukan kabar baik mengenai ucapan selamat. Tapi setidaknya beritahu ia tentang keadaannya agar ia tidak merasa resah seperti ini.
Jade meraih gelas didepannya. Meneguknya hingga tandas dan kembali menuang minuman berwarna emas dari beberapa botol yang berada di atas meja. Menghabiskan dalam satu kali tegukan.
"Jade....." suara manja dari sebelahnya membuat pria berwajah tegas ini menoleh dan ia baru menyadari jika ternyata gadis yang sejak tadi tidak berhasil menyentuhnya ini adalah Clouinzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomansaPengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...