Dasi yang mencekik lehernya telah ditanggalkan, jas yang memeluk tubuhnya tersampir entah dimana. Kemeja putihnya sudah tergeletak di lantai, begitu juga dengan celana kainnya.
Jam digital di atas nakas telah menunjukkan angka dua belas. Bukan siang, tapi malam. Namun itu tidak membuat pemilik kamar enggan menyudahi acara dibawah showernya. Mengguyur tubuhnya dibawah pancuran air, membiarkan tetes dingin itu membasahi seluruh tubuh. Tidak ada menggigil kedinginan. Semua terlihat biasa saja.
Karena pemilihan air dingin ini bukan tanpa alasan. Ia ingin menjernihkan atau mungkin menyegarkan otaknya. Agar tidak terjadi lagi suatu hal seperti kejadian dua jam yang lalu. Dimana seharusnya ia tidak melakukan itu.
Tetes air menetes dari helai rambutnya. Jade menumpukan kedua tangannya di dinding kamar mandi. Sesekali memukul, melampiaskan rasa yang tidak ia mengerti.
Mengapa rasa melindungi terhadapnya harus datang lagi? Mengapa ia harus peduli lagi padanya? Bukankah sapu tangan - kenangan terakhirnya telah kembali pada dia? Seharusnya tidak seperti ini kan?
"Brengsek..." umpatnya yang disertai tinjuan. Napasnya memburu. Mengirim debuan amarah pada diri sendiri.
Tangannya memutar kran. Mematikan shower. Kemudian ia mengambil handuk dan melilitkannya di pinggang. Kaki yang tidak beralas itu pun melangkah menuju lemari, mengambil celana panjang. Ia segera memakainya saat dering ponsel mengisi kesunyian kamar.
Berjalan ke nakas di samping ranjang, ia melirik id pemanggil. Dan mendesah saat tahu siapa orang tersebut.
"Apa kau tidak akan kemari?" suara nyaring terdengar dari seberang sana. Jade duduk ditepi ranjang sambil mengusap rambut basahnya dengan handuk.
"Tidak. Aku sedang lelah. Biarkan aku istirahat."
"Hei.... Ada apa denganmu? Ini sama sekali bukan dirimu, dude."
"Besok ada operasi besar. Dan aku tidak mau membuat kekacauan."
Terdengar tawa dari seberang sana. "Apa kau sedang bercanda. Seorang Jade takut membuat kekacauan?"
"Aku sedang tidak ingin. Jadi selamat bersenang-senang sendiri."
Kemudian ia menutup panggilan sepihak. Membiarkan umpatan yang mungkin terjadi diseberang sana. Jade melempar handuk ke sofa yang berada didekat jendela. Kemudian menjatuhkan dirinya di kasur empuk miliknya.
Kedua tangannya ia jadikan sebagai tumpuan kepalanya. Sedang matanya menatap langit-langit kamar. Mencari jawaban atas semua pertanyaan yang bercokol di kepalanya. Atau mencari cara apa yang harus ia lakukan setelah pertemuannya dengan keluarga Theresa.
Hubungan serius sudah dimulai. Hanya Theresa. Kini hanya ada dia. Tidak boleh ada yang lain. Tidak boleh.
Saat Jade memejamkan mata. Bayangan akan wanita itu hadir disana, memenuhi otaknya. Hingga akhirnya ia mengumpat kesal.
"Damn..."
Mengubah posisinya menjadi duduk. Jade mengacak rambutnya yang masih setengah basah. Urung sudah keinginan untuk tidur, jadi Jade menurunkan kedua kakinya. Berjalan menuju balkon. Diketinggian dua puluh lantai, ia bisa melihat pemandangan kota. Lampu bersinar terang. Riuh kendaraan dan sorot lampu dibawah sana menandakan bagaimana padatnya lalu lintas.
Tangannya membuka segel kotak persegi panjang. Kemudian membuka penutupnya. Ia mengambil satu batang dan mematik korek api. Jika keadaan sudah begini, rokok akan menjadi pilihannya.
Sebatang rokok terselip di antara bibirnya. Ia menyesap dan menghembuskannya perlahan. Membiarkan asap melambung tinggi dan menghilang dibawa angin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomancePengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...