Part 25 - Menarik Ulur

1.3K 135 29
                                    

Selamatt malam semuaaa....

Aku kembali setelah 6 hari bergumul dengan mood buruk. Kenapa? Aku tak tahuu...huhuhuhuuu

Ini baru selesai ketik... Harap dimaklumi bila ada typo dan sebagainya...

Selamatt membaca...

*****

Seolah tidak terjadi apapun, Jade berjalan santai menuju meja yang telah ditempati dua orang tersebut. Tatapan pemujaan dari wanita yang menoleh ke arahnya di respon baik dengan senyum menawannya.

"Aku tidak tahu jika di dalam sana ada sesuatu yang lebih penting dari kakakmu."

Seruan Alesha memasuki inderanya saat Jade telah sampai disana. Ia menarik kursi dan duduk tanpa berniat menjawab pernyataan Alesha yang ia yakini akan berakhir pada sebuah interogasi. Jade lebih memilih menyantap makanan yang ada di meja. Entah milik siapa, ia tidak peduli. Lagipula Jade tahu siapa yang memesan makanan sebanyak ini.

Right.... Dia lah orangnya. Stephen. Pria yang kini  duduk di kursi sebelah kirinya sedang melihat ke arahnya dengan alis terangkat. Jade hanya mengangkat bahu tanpa berniat memberitahu. Tapi ia yakin jika Stephen sudah tahu alasannya.

Alesha mendengus. Ia melipat kedua tangan di depan dadanya. Punggungnya bersandar di kursi dengan nyaman. Membiarkan Jade memakan makanannya.

"Jangan memasang wajah seperti itu. Aku tidak akan memberitahumu" ucap Jade disela kunyahan nya.

"Benarkah?" Alesha berseru. "Aku bahkan bisa mendapatkan informasi itu sepuluh menit dari sekarang."

Jade mendengus kasar. Ia tahu jika Alesha bisa mengetahui secepat itu. God... Mengapa hidupnya harus penuh dengan orang-orang yang ingin tahu perihal kehidupannya. Pertama, neneknya dan sekarang Alesha. Jade baru sadar, mengapa mereka sangat menyebalkan. Daripada menanggapi perkataan Alesha, Jade lebih memilih menghabiskan makanan.

Berbeda dengan Jade yang memilih acuh. Berpura-pura tidak peduli , Alesha justru sedang sangat penasaran. Ia tahu, pasti ada sesuatu yang disembunyikan Jade. Tadi saat ia melambaikan tangan, Jade berpura-pura tidak melihat dan menghampiri seorang pelayan. Ia pikir, Jade akan memesan tapi ternyata dia justru mengikutinya ke arah dapur. Ia sudah akan mengejar namun Stephen menahannya untuk tetap disini dengan alasan pengunjung tidak boleh kesana.

Omong kosong. Alesha tahu siapa pemilik cafe ini dan ia bersumpah bahwa untuk masuk kesana tidaklah sulit. Tapi demi menghargai Stephen, ia pun masih duduk. Hanya meminta kepada pelayan untuk segera memanggilkan Jade.

Kecurigaan atau mungkin keingintahuannya bertambah besar ketika Jade enggan memberitahu. Meski wajah Jade terlihat biasa saja, namun ia tidak sebodoh itu untuk mempercayai. Tumbuh besar berdua dengan Jade membuatnya bisa mengerti sikap dan sifat yang ditunjukkan pria ini saat marah dan senang.

Baiklah. Ia akan menahan rasa penasarannya saat otaknya meminta untuk membicarakan hal lain. "Jadi, apakah Dante telah menghubungimu perihal pernikahan mendadaknya?"

Gerakan tangan Jade yang sedang menusuk kentang terhenti, ia mengangkat wajahnya dan menoleh. Sebelah alisnya terangkat. Jelas ia tidak mengerti maksud dari ucapan Alesha.

Alesha berdecak. "Ck. Aku pikir kau sudah mengetahuinya." Wanita itu lantas menegakkan punggungnya, kemudian melipat kedua tangannya di atas meja. "Wanita itu hamil dan Dante harus bertanggung jawab" ucapnya pelan penuh kesungguhan.

Benar. Informasi yang didapat mengatakan seperti itu. Sumber yang bisa diyakini kebenarannya. Tadi, sebelum Alesha memutuskan untuk pergi ke tempat ini bersama Stephen. Ia mendapat panggilan dari Anneta. Wanita yang berstatus kakak keduanya itu memberitahu perihal pernikahan Dante dan saat ia bertanya mengapa mendadak, maka jawaban yang bisa didengar sebelum panggilan terputus mengatakan demikian. Entah itu sebuah kebenaran atau tidak. Karena kadang Anneta tidak bisa dipercaya. Pasalnya, kakaknya itu sering membohonginya beberapa kali dengan alasan bercanda. Itu sangat tidak lucu.

Say, You Love Me....!!! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang