Pagi menyingsing dengan sangat cepat. Sinar matahari yang menembus jendela menyinari tubuhnya. Rasa kantuk masih menyerang namun ia harus membuka mata. Mengingat dimana dirinya berada. Pelan, kelopak mata itu terbuka dan mengerjap pelan untuk membiasakan diri dengan cahaya yang menubruk matanya.
Desah pelan napasnya menguar di udara. Kemudian ia melirik jam digital di atas nakas. Jam sembilan pagi. Waktu yang tepat untuk memulai harinya. Hari indahnya dengan wanita yang memberi kenikmatan padanya semalam. Jade menoleh - baru sadar ketika di sampingnya tidak ada siapapun. Kemudian matanya beralih pada kamar mandi. Pintu tertutup namun tidak ada suara percikan air.
Tangan yang semula dijadikan tumpuan kepala ditarik dan mengusap sisi kosong disampingnya. Terasa dingin. Dan itu menandakan bahwa tempat ini sudah ditinggalkan cukup lama.
Hal yang langsung membuat Jade segera beranjak adalah pemikiran tentang kata 'lama' barusan. Ia bergegas menuju kamar mandi. Memutar knop pintu, mendorong dan tidak menemukan siapapun. Bahkan lantai kamar mandi tidak basah.
Sial....
Jade kembali menutup pintu dan segera meraih baju miliknya yang berserakan di kaki ranjang. Ia memakainya dengan sangat cepat. Melupakan kancing kemeja yang tidak terpasang sempurna. Kaki yang sudah terbalut sepatu tersebut segera berlari keluar kamar namun sebuah panggilan menghentikannya.
"Tuan Gritson...."
Langkah itu berhenti setelah melewati lobi. Kepalanya berputar untuk melihat siapa orang yang memanggilnya. Ternyata seorang wanita yang sedang duduk di balik meja resepsionis. Wanita itu tersenyum. "Ada titipan untuk anda, tuan?"
Lipatan di kening Jade mengerut. Tampak berpikir dengan sangat jelas. Otaknya sibuk merangkai prediksi, siapa kiranya orang yang tahu keberadaannya disini? Apakah Dante? Atau?
Sial.... Jade kembali mundur. Berdiri tepat di depan meja resepsionis dan wanita itu mengulurkan sebuah ponsel. Lipatan di kening Jade semakin mengerut dalam. Sangat mengenal ponsel yang berada tepat di depannya.
"Seorang wanita memberikan ponsel ini kepada saya."
"Seorang wanita?" Ulang Jade membeo. Ia bahkan memiringkan kepalanya. Memastikan bahwa itu adalah ponselnya dan ia sangat yakin jika ponselnya tidak hilang.
Resepsionis tersebut kembali tersenyum. "Wanita yang semalam bersama anda, tuan?"
Barulah Jade paham yang dimaksudkan wanita bername tag Diana ini. Ia mengangguk dan meraih ponselnya.
"Wanita itu juga berpesan untuk meminta uang penggantinya pada anda." Seolah mengerti kebingungan Jade, Diana menambahkan. "Wanita itu meminjam uang kepada saya dan menjaminkan ponsel anda untuk mendapatkan gantinya."
Baiklah... Jade mengerti sekarang. Ponselnya dijadikan sebagai jaminan. Jade tersenyum geli. Sungguh, ia sangat tidak mengerti pemikiran Scarlette. Lagipula, darimana dia mendapat ide seperti ini. Jade menghidupkan ponselnya, mengirimkan uang sebanyak yang disebutkan Diana bahkan memberinya lebih kemudian mengucapkan terima kasih karena membantu Scarlette yang dibalas dengan senyum ramah.
Kini.... Semua sudah jelas jika Scarlette sudah pergi meninggalkan tempat ini. Jade tidak tahu kemana tujuan wanita itu. Tapi mungkin ia bisa menebak jika Scarlette telah kembali.
Tidak ada yang lebih diinginkan daripada menemukan Scarlette. Ia langsung bergegas ketika asumsi itu di dapat dari pemikirannya sendiri. Tanpa kembali lagi ke rumah neneknya dan mengabaikan pesan beruntun yang mulai memasuki ponselnya, Jade justru langsung menginjak pedal gas untuk segera tiba di Manhattan.
Belum genap dua jam, mobil yang membawa Jade sudah masuk daerah kota. Tidak ada laju pelan seperti aturan lalu lintas. Ia mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju asrama. Ketakutan akan kehilangan Scarlette mulai merambati hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomancePengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...