Suara sepatu yang beradu dengan lantai menimbulkan bunyi yang tidak biasa. Bukan karena sepatu yang dipakai berbeda. Tapi karena pemakainya yang sedang bergerak cepat. Menghentakkan kakinya dengan keras pada lantai yang di pijaknya. Bila diibaratkan dalam film perang. Riuh yang terdengar seperti saat ini maka bisa dipastikan ada banyak pasang kaki yang mendekat. Menuju tempat tujuan.
Tiga orang pria tampan menyusuri lorong panjang. Sunyi. Karena jam memang sudah berada di angka satu. Bukan tanpa alasan mereka datang kesini, tapi mereka memang harus kesini.
Pintu terbuka dengan sangat cepat diiringi jantung yang bertalu dengan sangat hebat. Pria yang kini hanya memakai kemeja putih ini mendekat, namun langkahnya memelan seiring dengan matanya yang tertuju lurus pada sosok yang terbaring disana. Raut terkejut dan tatapan heran diberikan oleh dua orang yang berada disisi kanan ranjang.
"Dia baru saja tertidur, tuan" beritahu seorang pria bersneli yang kemudian berlalu dari sana setelah mengangguk singkat pada Kenrick yang masih berdiri diambang pintu. Tentunya dari sapaan ini bisa disimpulkan jika Kenrick telah sering datang kemari.
Brengsek....
Jade ingin sekali meninju Kenrick. Bagaimana bisa pria ini hanya diam saja tanpa memberitahunya?
Mengabaikan rasa marah dan emosi yang mulai naik. Ia kembali melangkah. Pelan. Berusaha untuk tidak menimbulkan bunyi apapun.
Dalam ruangan berukuran 10x8 meter ini, keheningan kembali merayap. Dinding putih ini terasa dingin. Tapi setidaknya hati Jade sedikit menghangat setelah melihatnya. Ia semakin mendekat. Berdiri disampingnya. Menatap dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. Seketika air mata merebak di netra birunya. Tidak kuat, hatinya terlalu sakit melihat kenyataan yang ada didepannya.
Wajahnya terlihat pucat. Bibirnya terkatup rapat hingga ia tidak bisa mendengar celotehan sinis yang biasa ditujukan padanya. Matanya juga tertutup hingga ia tidak bisa melihat binar cokelatnya yang menawan. Kemudian tatapannya turun ke bawah dan air mata yang sejak tadi menggantung di ujung mata perlahan menetes. Mengalir membasahi pipi. Tangannya terulur namun ia urungkan. Takut mengganggu tidur damainya.
Dadanya sesak. Hatinya teremas kuat oleh tangan tak kasat mata. Ini sangat menyakitinya. Ditambah lagi dengan air mata yang terus mengalir tanpa isakan, itu semakin menambah penderitaan yang dialami. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan hal bodoh seperti ini? Membiarkan dia berjuang sendiri tanpa didampingi?
Tidak lagi kuat menahan berat tubuhnya, Jade menjatuhkan dirinya ke kursi. Tidak sanggup lagi menahan rasa rindu yang membuncah di dada. Ia meraih tangan mungilnya dengan perlahan. Menyatukan jemari mereka. Menggenggam erat.
"Kenapa kau tidak memberitahuku yang sebenarnya, Scar...?" Bisiknya pelan. "Mengapa harus menutupinya dan membuatku datang terlambat? Apakah kau sengaja melakukan ini agar aku tidak mengetahui? Apa kau sengaja melakukan ini agar kau bisa menyakitiku? Kau ingin melakukan balas dendam terhadapku bukan?" Tanyanya pilu. Jade menempelkan kaitan tangan mereka di pipi. Menciumnya dengan pelan. Mengecup setiap ruas jari lentiknya. "Jika benar seperti itu, maka kau berhasil. Saat ini aku marah padamu. Aku akan menghukum mu karena melakukan ini padaku." Jade terisak pelan. "Tidakkah kau tahu bahwa aku merindukanmu, Scar. Sangat merindukanmu hingga terasa menyakitkan?"
Yeahhh.... Orang yang berbaring disana adalah Scarlette. Wanita yang telah ia cari tahu keberadaannya selama ini. Wanita yang menghilang tanpa kabar. Wanita yang berhasil menyakitinya dengan kejutan akan kondisinya saat ini. Berbaring lemah dengan diagnosis penyakit yang baru ia ketahui.
Bodoh sekali bukan? Bagaimana mungkin ia tidak tahu perihal ini padahal ia adalah dokter hebat. Bagaimana bisa ia membiarkan wanitanya sakit disaat dirinya siap mengobati 24 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomancePengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...