Part 20 - Terhipnotis

1.5K 157 50
                                    

Kata sebagian orang, naik roller coaster itu menyenangkan. Bisa melepas penat dan beban yang bergumul di kepala. Memberi kelegaan yang luar biasa. Tapi itu tidak berlaku bagi seseorang yang takut ketinggian. Adrenalin dalam tubuhnya memacu cepat. Jantungnya berdetak dengan tidak karuan.

Sama seperti saat ini. Sesak napas dirasakan Scarlette. Ia sampai harus berjuang untuk mendapatkan oksigen baru. Apalagi saat tatapan dalam yang ditujukan Jade padanya. Bukan tatapan seperti yang biasa dilihat hingga tubuhnya mendadak menggigil.

Bibirnya terkunci rapat. Lidahnya keluh untuk sekedar menyanggah kebohongan yang baru saja terjadi. Scarlette meneguk ludah, ia menatap Jade dan wanita itu bergantian. Raut wajah terkejut serta marah terlihat jelas di wajah wanita yang tidak dikenalnya tersebut.

Jade berdiri disampingnya. Menautkan jemari mereka, menggenggamnya erat. Ia menoleh sekilas dan tersenyum kemudian kembali melihat ke arah wanita yang mulai dikenal dengan nama Theresa.

"Maafkan aku, Theresa. Maaf karena aku tidak jujur padamu tentang ini."

"A-apa maksudmu, Jade?"

Dari jarak dua meter, Scarlette bisa melihat kesedihannya. Andai suaranya bisa keluar, Scarlette akan mengatakan bahwa ini tidak benar.

"Kau kekasihku kan?" Cicit Theresa. Berusaha memperjelas status hubungan mereka.

Jade menarik napas panjang sebelum membuka bibirnya. "Apa kau lupa saat aku mengatakan padamu sebelum kita menjalin hubungan ini?" Dahi Theresa mengernyit dan Scarlette juga ikut penasaran. "Aku pernah bilang bahwa ada seseorang yang tidak bisa tergantikan." Jade mengeratkan jalinan jemari mereka. Menoleh ke arah Scarlette dan tatapan hangat diberikan pada wanita yang masih menjadi prioritas hatinya. "Aku merasa nyaman denganmu. Aku senang berbagi banyak hal denganmu tapi tetap saja, dia lah orangnya. Sejak dulu hingga sekarang."

Scarlette menahan napas saat kata-kata itu meluncur mulus dari bibir Jade. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat dan keringat dingin mulai membasahi punggungnya.

"Ini tidak lucu." Theresa tertawa hambar. "Kau pasti bercanda kan Jade?" Ia menggeleng. Menolak perkataan Jade dan seharusnya memang menolak. Karena Jade hanya membual.

Damn it.... Bagaimana bisa Jade membuat drama murahan seperti ini. Scarlette berusaha melepas tautan tangan mereka, namun Jade menahannya.

"Tidak Tere. Ini benar dan akan menjadi kebenaran mulai saat ini. Maafkan aku karena memberitahumu secara tiba-tiba."

"Tapi sebentar lagi kita akan bertunangan Jade?" cicitnya melemah. "Bagaimana dengan keluarga kita?"

"Aku yakin semua akan baik-baik saja."

Air mata meluncur, membasahi pipi wanita cantik dihadapan Scarlette. Jujur ia tidak tega dengan semua yang ia lihat didepannya ini. Dengan semua kebohongan ini. Tapi gelengan tidak terlihat Jade membuatnya urung saat bibirnya telah siap mengucapkan kata sanggahan.

"Tidak semudah itu, Jade" bentaknya. "Tidak semudah itu. Kau tahu bukan jika aku sangat mencintaimu? Aku sangat menyayangimu. Bahkan aku sudah berencana berhenti dari dunia pekerjaanku sesuai dengan keinginanmu." Theresa menghapus air matanya kasar. Tatapan kemarahan dan kesedihan bercampur menjadi satu. "Apakah ini alasanmu-" Theresa menarik napas kemudian tersenyum getir. "The reason why you didn't say, you love me?"

Sungguh... Scarlette tidak pernah bermimpi akan mendapat kejutan seperti ini. Kejutan yang berhasil membuatnya kehilangan sebagian orientasi dalam hidupnya. Dadanya masih terasa sesak. Keheningan sempat terjadi hingga satu jam setelah kepulangan Theresa. Wanita itu masih tidak menerima dengan keputusan sepihak Jade. Bukannya kebingungan karena membuat drama ini, Jade justru terlihat santai. Meski bibirnya belum terbuka sedikitpun. Namun wajahnya tidak mencerminkan kekhawatiran.

Say, You Love Me....!!! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang