Satu lembar kertas benar-benar mengubah jati diri seorang Jade Gritson. Pria yang dikenal dengan sifat humble nya ini seketika berubah menjadi pria dingin. Tidak peduli terhadap sekitar dan menjadi sangat tidak tersentuh.
Nyatanya itu hanyalah topeng untuk menutupi kelemahan dirinya. Mungkin diluar, Jade akan bersikap begitu. Tapi bila ia sudah sampai di apartemennya. Maka sifat menyedihkannya lah yang akan terlihat. Pria mengenaskan dengan ratapan pilunya.
Meski tiga bulan telah berlalu. Tapi bayang-bayang Scarlette belum sepenuhnya hilang. Keinginan untuk mencari sama kuatnya dengan keinginan untuk memiliki. Namun bila teringat dengan permintaan Scarlette yang menginginkan dirinya berhenti. Maka Jade benar-benar telah berhenti. Itu bisa dilihat dari bagaimana ia menarik semua orang yang bekerja keras untuk sebuah informasi yang sangat diinginkan. Meski kata 'tidak rela' akan selalu tersemat dalam hatinya.
Hari ini, tepat 263 hari kepergian Scarlette. Wanita yang menghilang tanpa jejak itu tidak lagi muncul di hadapannya. Perasaan rindu kadang hadir hanya untuk menyakiti. Bisakah ia berhenti untuk merindukannya saat raganya akan segera menjadi milik orang lain?
Well... Hari ini, tepatnya hari dimana kesepakatan telah diambil bersama. Sebuah momen penting akan segera dilangsungkan. Sebuah komitmen yang ia setujui tanpa adanya penolakan lagi. Untuk apa? Jika penolakan yang biasanya ia lakukan itu juga karena demi seseorang. Kini, orang yang di perjuangkan mungkin sudah bahagia dengan kisahnya sendiri. Dan disini, ia juga akan mengambil bahagia walau hatinya tidak akan pernah bahagia.
Banyak panggilan dan pesan yang masuk ke dalam ponselnya diabaikan karena Jade tahu jika pesan itu hanya berisi tentang ucapan selamat dan panggilan itu pastilah berasal dari keluarganya. Mungkin mereka -- keluarganya -- hanya ingin memastikan bahwa ia tidak lari dan mempermalukan mereka.
Mata lelahnya melirik jam di atas nakas, satu jam dari sekarang hidupnya akan berubah. Berubah total dari lajang menjadi pria beristri.
Yapp..... Sekarang adalah hari pernikahannya. Janji suci akan segera terucap dari dari bibirnya. Bukan untuk dia. Tapi untuk wanita yang mungkin sejak awal memang telah menjadi takdirnya. Meski sejak dulu segala bentuk penolakan telah dilakukan, nyatanya hari ini tetap wanita ini yang akan menjadi pendampingnya.
Suara ketukan di pintu kamarnya menghentikan Jade yang sedang memakai tuksedo. Ia menoleh ketika pintu terbuka dan kembali mengalihkan matanya ketika tahu siapa yang ada disana.
"Meski kau terus mengundur waktu. Dia tetap tidak akan datang, Jade."
Suara pelan yang lebih kepada prihatin memecah kesunyian kamar bernuansa hitam putih ini. Sejenak, tangannya terhenti. Mungkin meresapi perkataan orang yang kini sedang bersandar di kusen pintu.
"Aku tahu ini berat, tapi cobalah untuk menerima agar terasa ringan."
Lagi. Sebuah pernyataan terlantun begitu saja. Kali ini, ia benar-benar menghentikan aktifitasnya. Membalikkan badannya dan menatap Stephen yang masih ada disana.
"Kau tau kalau aku sudah mencoba, tapi hasilnya?"
"Itu karena kau belum benar-benar bisa menerima kehadiran Theresa."
Helaan napas terdengar mengalun dengan berat. Stephen sangat mengerti perasaan temannya ini. Tapi apa yang bisa mereka lakukan sekarang. Segala upaya telah dilakukan, bahkan pria yang juga mengenal Scarlette ini turut andil dalam pencariannya dan tetap dengan kata yang sama. Tidak berhasil.
"Aku sudah menerima kehadirannya" sahutnya pasrah.
"Tapi tidak sampai di hatimu. Benar begitu bukan?" Stephen menegakkan tubuhnya. Berjalan pelan menghampirinya. "Kalau kau masih ragu dan berakhir menyakiti, lebih baik akhiri sebelum terlambat. Mungkin Theresa akan sakit hati dengan sikap yang kau ambil sekarang. Tapi sakitnya tidak akan bertahan lama dibandingkan dengan hatimu yang tidak akan pernah menjadi miliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomansaPengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...