Part 23 - Hati dan Pikiran Tak Sejalan

1.2K 120 27
                                    

Selamat siang.....

Maaf ya readers tersayang, semalem itu naskah belum selesai ketik... Ehhhh, malah kena pencet publish... Jadi terpaksa aku urungkan kembali,,,😄😄

Dan sekarang udah gak php lagi kok,,,

Selamat membaca...

*****

Sinar matahari menembus jendela korden yang tidak tertutup rapat. Cahaya keemasan membuat silau pemilik mata yang mulai mengeryitkan dahi. Pelan, netra biru kehijauan itu perlahan terbuka. Mengumpulkan semua kesadaran, Jade menarik napas dan menghelanya pelan.

Merasa ada yang aneh, ia pun menoleh dan senyum tampan mengawali harinya. Pemandangan yang ia impikan setiap malam. Namun sayangnya bukan berada disampingnya dengan tangan miliknya yang melingkar erat di pinggang rampingnya. Hanya penyatuan jemari mereka dengan Scarlette yang duduk dibawah. Menumpukan kepalanya di sisi kosong kasurnya.

Tangan mereka saling bertautan. Saling menggenggam. Saling mengisi. Hal sekecil ini membuat perasaannya lebih baik. Sebelah tangan yang bebas ia ulurkan. Menyingkap helai rambut yang jatuh di wajah Scarlette.

Damai. Tenang. Nyaman.

Tiga kata yang mewakili perasaannya saat ini. Sebenarnya ini bukan kali pertama Jade bangun dengan seorang wanita disampingnya. Tapi entah mengapa, ia sangat menyukai momen ini. Jika sakit bisa mendekatkan mereka kembali, Jade tidak keberatan untuk merasakan setiap hari asal Scarlette selalu ada didekatnya. Memberi perhatian yang sangat diinginkannya.

Andai saja ia tidak membuat kesalahan bodoh itu. Andai saja ia menolak ajakan teman-temannya, maka tidak akan seperti ini. Andai ia tidak ikut taruhan, mungkin ia tidak akan pernah tahu siapa gadis yang menolongnya saat itu.

Semua pengandaian itu kembali berputar seperti kaset lama yang perlu diingat. Gerakan kecil yang tunjukkan pemilik tubuh membuat Jade menarik tangannya. Ia berpura-pura memejamkan mata saat tangan mungil Scarlette menempel di keningnya.

Sungguh... Perhatian kecil yang diberikan semakin membuat Jade tidak bisa lepas dari wanita ini.

"Apa jika aku masih belum sembuh kau masih akan tetap disini?"

Scarlette terkejut hingga menjauhkan tangannya. Perlahan, kelopak mata Jade terbuka yang kemudian disusul senyum kecilnya. Tatapan hangat ditunjukkan pada Scarlette agar setidaknya permintaan konyol ini bisa diterima.

Merasa tertangkap basah. Scarlette masih membeku. Ia hanya melihat bahkan ketika Jade telah mengubah posisi. Jade duduk, bersandar di kepala ranjang. "Aku sangat senang kau ada disini. Jika aku memintamu untuk tetap tinggal, apa kau bersedia?"

Lagi. Jade mengutarakan keinginannya. Ia berharap sebuah anggukan diberikan Scarlette. Namun sayang, Scarlette justru menggeleng. Menolak keinginan kecilnya.

"Maaf. Aku harus pergi bekerja."

"Aku bisa memberi gaji penuh satu bulan padamu untuk satu hari disini."

Bibir Scarlette membuka dan menutup kembali. Scarlette melipat kedua tangannya di dada. Ia menatap Jade sinis. "Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang Mr. Gritson. Aku bekerja memang demi uang, tapi apakah aku harus bersikap tidak profesional untuk sesuatu yang tidak penting?" Nadanya terdengar mencemooh. "Tenagaku lebih dibutuhkan di sana dan aku juga dibutuhkan banyak orang."

"Aku juga membutuhkanmu. Aku sedang sakit dan membutuhkan perawatan."

Scarlette menarik napas. Ia mengurai kedua tangannya. Menatap Jade dengan sebelah alis terangkat.

"Aku tidak yakin dengan kata membutuhkan yang kau ucapkan. Selama beberapa tahun ini, kau juga tidak pernah membutuhkanku kan? Daripada kau terus mencoba menahan ku disini untuk merawat seorang dokter yang aku yakin bisa merawat dirinya sendiri. Biarkan aku pergi." Scarlette menjeda. "Aku punya banyak pekerjaan."

Say, You Love Me....!!! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang