Part 47 - Pesan Permintaan

1.2K 147 38
                                    

Sejak dulu, tidak pernah ada kata kesepian dalam hidupnya. Ia selalu menjadi sorotan yang di senangi banyak orang hingga semua orang pun sangat ingin berada di sampingnya. Mengambil bagian untuk perjalanan hidupnya yang jauh bahkan terbebas dari kata susah. Terlebih lagi para wanita yang siap mengantri untuk bisa sekedar berkencan dengannya agar semata dapat merasakan surga duniawi.

Sifat supel serta tidak membedakan kasta membuatnya memiliki banyak teman. Tapi ia tahu, seberapa banyak teman dan wanita yang di miliki tidak ada yang pernah benar-benar tulus. Mereka dekat dengannya hanya untuk sebuah keuntungan. Semua itu bisa dilihat dari bagaimana mereka meninggalkan dirinya saat tidak lagi diperhatikan olehnya.

Pria dengan keturunan gen yang tidak perlu diragukan ketampanannya ini tidak meminta banyak. Ia hanya ingin bahagia dengan wanita yang diinginkannya. Tidak masalah dengan tidak memiliki teman, yang terpenting satu orang itu ada disampingnya.

Tapi ternyata takdir memang sejahat itu, meski banyak usaha telah ia lakukan untuk mencari namun hasilnya tidak pernah sesuai keinginan. Malam ini, usaha terakhirnya akan segera dilaksanakan. Alternatif terakhir yang akan ia gunakan untuk bisa mendapatkannya kembali. Persetan dengan harga dirinya yang tinggi, karena satu-satunya orang yang bisa melakukan apa saja hanya dia.

Kaos polos berwarna hitam yang senada dengan celananya itu menjadi pilihan pakaian casualnya malam ini. Namun bagian luarnya masih ia balut dengan hoodie berwarna navy. Rambut yang sengaja tidak di sisir rapi tersebut sama sekali tidak mengurangi kadar ketampanannya. Bukan sengaja, tapi ia memang tidak memiliki waktu untuk memperhatikan penampilannya.

Tepat pukul delapan malam, mobil yang membawanya berhenti di kawasan pusat perkotaan. Gedung yang menjulang tinggi di depannya menjadi tujuannya malam ini. Ia keluar dengan tubuh yang sengaja di paksakan untuk bergerak. Padahal ia tahu bahwa tidak ada lagi tenaga yang cukup disaat otaknya tidak mampu berhenti berpikir.

Lelah... Tentu saja. Tapi sekali lagi ditekankan bahwa ia tidak ingin menyerah sebelum ada kepastian yang benar-benar membuatnya harus menyerah.

Tubuh tinggi tegapnya berjalan di antara beberapa orang dan bergabung bersama mereka di dalam lift untuk tujuan lantai atas. Rautnya wajahnya terlihat tenang, tapi matanya tidak menyiratkan demikian. Kegelisahan menjadi satu-satunya aura yang dimilikinya saat ini.

Denting lift berbunyi menandakan bahwa ia telah sampai dan ia menjadi satu-satunya orang yang menuju lantai ini berada. Memang. Karena tidak sembarang orang bisa datang ke sini. Tempat dimana orang-orang eksekutif berada.

Perlahan, ia tarik napasnya dalam-dalam. Memberi keberanian dan keyakinan pada dirinya sendiri kalau nyatanya cara ini memang harus dilakukan. Tangannya terulur untuk meraih gagang pintu. Pelan, pintu terbuka tanpa adanya sebuah pengamanan. Seolah kedatangannya memang di tunggu.

Kaki yang terbalut sneakers putih tersebut terselip guna melewati pintu dan menutup pintu dibelakangnya secara perlahan. Ia berjalan semakin jauh ke dalam dan menemukan orang yang di cari sedang duduk di sofa depan televisi. Menonton acara berita khusus hari ini.

"Kau sudah datang?"

Sapaan itu terdengar di susul dengan kepala orang tersebut yang berputar. Melihat ke arahnya yang berdiri di belakang sofa.

"Iya, dad."

Jawaban singkat yang diberikan memperjelas maksud bahwa orang yang kini ditemuinya adalah ayahnya. Yeahh.... Dale Gritson. Pria yang sudah berumur itu kembali memutar kepalanya ketika ia beranjak semakin dekat dan berdiri didepannya.

Sempat terjadi keheningan beberapa saat. Suasana canggung meliputi sepasang ayah dan anak tersebut. Atau mungkin hanya dirinya yang merasakan hal ini. Karena jelas, ia yang mempunyai kepentingan disini. Bibirnya masih bungkam. Tidak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Hanya suara pelan dari televisi yang menjadi latarnya.

Say, You Love Me....!!! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang