Ingin rasanya ia memaki. Membalas kata-katanya atau mungkin mencakar wajahnya. Banyak yang ingin ia lakukan tapi sayang, itu tidak bisa terjadi saat Jade sudah pergi meninggalkannya.
Menghembus napas pelan, ia kembali menaiki tangga kemudian menuju perpustakaan dimana tempat yang akan dijadikan tempat berdiskusi.
Pintu ganda terbuka lebar bahkan mungkin tidak pernah tertutup. Perpustakaan yang memang disediakan untuk mahasiswa sepertinya. Rak-rak tinggi berjejer disetiap sisi. Berbagai macam buku tersedia disana. Buku dari jaman dahulu kala hingga masa kini dapat ditemukan di tempat ini. Tempat favorit kedua bagi Scarlette setelah kelasnya. Ia segera melangkah dan mencari keberadaan teman-temannya. Disudut perpustakaan, ia menemukan mereka.
Jika kalian bertanya apakah Scarlette mempunyai banyak teman, maka jawabannya adalah tidak. Ia akan banyak teman atau berkumpul bersama teman-temannya hanya saat ada tugas seperti ini. Tapi jika tidak ada, maka ia akan kembali menjadi sosok Scarlette yang penyendiri. Namun itu bukan berarti mereka yang menjauhi, tapi karena ia yang tidak mau berbaur. Ada ungkapan yang pernah di dengar, kita tidak perlu punya banyak teman untuk menjalani hidup. Karena dengan banyak teman tidak menjamin hidup kita akan bahagia.
Tentu saja. Ia sudah berada dalam fase itu. Dulu saat senior high school, ia pernah menjadi anak dengan banyak teman. Namun karena ia yang terlalu baik atau tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dan itu berasal dari teman yang sangat dekat dengannya. Mungkin bahasa kasar yang bisa disimpulkan saat itu adalah 'pemanfaatan keadaan.' Dan Scarlette saat ini tahu bahwa ia tidak butuh banyak teman, tapi ia hanya butuh orang-orang baik.
Dua jam ia habiskan untuk berdiskusi. Menyelesaikan tugas yang menumpuk. Sebelum meninggalkan perpustakaan, ia menyempatkan diri untuk mencari dan meminjam buku. Selalu seperti itu hingga petugas perpustakaan pun sangat mengenalnya.
Jam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukkan pukul dua siang. Ia punya dua jam lagi untuk memulai aktifitas selanjutnya. Selalu seperti itu, disetiap hari yang dijalani aktivitasnya berjalan hanya dalam lingkar tersebut.
Helaan napas lelah keluar dari bibirnya. Sejak membuka mata tadi pagi, ia belum duduk santai seperti ini. Sembari menunggu bus datang, Scarlette membuka ponsel. Bertukar pesan dengan sang kakak yang keadaannya masih ia khawatirkan.
Sebenarnya ia tidak ingin meninggalkan. Tapi ia juga tidak bisa mengabaikan kuliahnya. Ia harus terus mengejar cita-citanya. Keinginannya adalah menjadi dokter hebat yang bisa menolong orang-orang yang membutuhkan tanpa mendahulukan uang. Disamping itu, ia juga berkeinginan untuk mendapatkan banyak uang agar kehidupan mereka berdua bisa lebih layak daripada ini.
Sejak bertemu dengan Kayla tujuh tahun lalu, kehidupan Scarlette tidak lagi menyedihkan seperti yang dikatakan teman-temannya. Ia tidak lagi kesepian. Ia mempunyai seseorang yang bisa diajak berbagi. Menyayanginya dan menginginkan kehadirannya.
Suara klakson menyentak fokusnya. Ia hampir saja menjatuhkan ponsel karena terkejut. Kepalanya mendongak, dan didepan sana sebuah mobil terparkir mewah. Kaca di sebelah penumpang terbuka dan seseorang yang berada dibalik kemudi menatap ke arahnya dengan senyum lebar. Tentu saja ia juga melebarkan senyum saat mengenalinya. Tidak perlu menunggu lama. Ia segera meraih tas di sampingnya, berjalan menuju mobil dan duduk disampingnya.
"Kenapa kau tidak mengatakan jika akan pulang hari ini?"
"Aku tidak ingin merepotkanmu" ujarnya sambil memasang seatbelt. Ia menoleh dan mencium pipi kekasihnya sekilas.
Kenrick terkekeh. Tangan kekar itu mengacak rambutnya sebelum kembali menjalankan mobil.
"Kau tidak pernah merepotkanku, sayang. Justru aku mungkin akan lebih bahagia jika kau selalu merepotkanku. Jadi apakah kakakmu sudah lebih baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Say, You Love Me....!!! [Completed]
RomancePengkhianatan adalah hal yang paling dibencinya. Dan ia sangat menghindari itu. Tapi apa jadinya jika kekasih yang sangat dicintainya melakukan hal tersebut? Melepaskan merupakan pilihannya saat itu... Tapi rasa dihati tidak bisa dihapus begitu saja...