Epilog

2.6K 170 88
                                    

Usaha, penantian, harapan serta doa menjadi satu kesatuan untuk sebuah keinginan agar menjadi kenyataan. Tidak masalah jika nantinya keinginan tersebut terkabul atau tidak, yang penting sudah berusaha. Karena Tuhan sangat suka dengan orang yang mau berusaha untuk mewujudkan keinginannya.

Sama seperti yang dilakukan Jade saat itu. Meski ia tidak bisa berusaha dengan keahlian yang dimiliki. Tapi ia telah berusaha menyakinkan dirinya sendiri bahwa sesuatu yang baik akan datang padanya.

Meski kecewa dengan pernyataan dokter yang tidak mampu menyelamatkan. Tapi ia tidak menyalahkan Tuhan dengan jalan takdir ini. Karena dibalik sebuah musibah, bahagia sudah pasti menanti. Hanya tinggal manusianya saja yang harus menyikapi seperti apa.

Tiga musim panas telah di lalui. Itu berarti sudah tiga tahun dirinya hidup bersama wanita yang kini berbaring di sampingnya. Pagi belum sepenuhnya datang tapi ia sudah terbangun akibat pergerakan yang di berikan sang istri. Sensitif? Tentu saja. Apalagi keadaan keduanya yang berada di balik selimut tidak berbalut apapun. Percintaan yang terjadi hampir setiap malam dalam tiga tahun terakhir itu sama sekali tidak berkurang. Meski rasa lelah menyerang. Jade tidak pernah melewatkanya. Ia bahkan yang terlalu rakus. Menginginkan lagi dan lagi. Tidak ada kata bosan untuk yang satu itu.

Geliat kecil ditunjukkan sang istri. Seolah bisa menebak. Ia memejamkan mata dengan tangan yang masih melingkar di perutnya. Sebelah tangannya lagi dijadikan bantal oleh istrinya.

Benar saja. Istrinya telah bangun. Berusaha mengangkat tangan yang berada di atas perutnya. Tapi sayangnya tidak semudah itu bisa lolos dari dirinya saat matahari belum sepenuhnya muncul.

Pekikan kaget keluar dari bibir istrinya ketika ia memutuskan untuk menariknya semakin dekat. Ia mengulum senyum dan pukulan ringan di dapatkannya.

"Jangan mulai lagi, Jade..." Suara serak sang istri menyapa paginya. Sangat menyenangkan karena memang ini yang diinginkan. Mengawali pagi dengan suara istrinya. "Jade, lepaskan." Istrinya mencoba menjauh, melepaskn tangannya dan ia tidak membiarkan itu terjadi. "Jade...." Suaranya mulai berubah menjadi rengekan. "Biarkan aku bangun. Aku harus melihat Bella."

Bella....??

Yeahhh.... Itu adalah nama anak mereka. Abellia  Gritson. Nama yang cantik untuk putri mereka yang sangat imut.

"Biarkan seperti ini sebentar saja" sahutnya pelan. Ia masih memejamkan mata. Menyurukkan kepalanya ke leher istrinya. Menghidu bau sang istri. Aroma yang membuat Jade tidak ingin melepaskan. Benar-benar pembangkit yang alami.

"Sudah hampir pagi, Jade."

"Dan itu artinya belum pagi." Ia mulai membuka mata. Memundurkan kepala hanya untuk melihat binar cerah di mata istrinya.

"Apa kau tidak dengar rengekan Bella?"

"Apa kau mau satu kali lagi?"

"Jade...."

"Ada nanny bukan? Satu kali saja. Please...."

"Kau bukan anak kecil yang harus merengek."

"Kalau begitu boleh?" Tanyanya antusias.

"Apa aku boleh menolak?"

Jade tersenyum menang. Mulai mengubah posisinya. Menunduk dan meraup bibir sang istri. Menghabiskan sisa gelap sebelum berganti terang.

Tapi ternyata tidak seperti yang di perkirakan. Bisa lepas dari seorang Jade adalah mustahil maka yang terjadi justru sebaliknya. Sebentar yang dimaksud bukan kisaran 20 menit seperti rencana. Melainkan berubah menjadi dua jam. Saling mengisi untuk sebuah kebutuhan. Saling melengkapi untuk tiba di puncak pelepasan.

Say, You Love Me....!!! [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang