🍁MIKAYLA🍁 14

589 36 3
                                    

"Ayla, heii bangun." bisik Rega sembari menepuk-nepuk pipi Mika dengan pelan.

"Hmmm." gumam Mika sembari menggeliatkan tubuhnya.

"Bangun Ay... ayo pulang." ucap Rega sembari memencet hidung Mika yang membuat sang empunya gelagapan.

"Regaaa bego, gue gak bisa nafas dodol." pekik Mika yang malah membuat Rega terkekeh.

"Abisnya lo susah banget dibanguninnya." jawab Rega dengan santainya.

"Tapi bisa kan banguninnya pakai cara halus." kesal Mika.

"Tadi udah pakai cara halus, tapi lo gak bangun-bangun." bela Rega yang dibalas dengusan oleh Mika.

Mika pun beranjak dari posisinya dan memperbaiki penampilannya yang bisa dikatakan berantakan.

"Ini rambutnya dirapiin dulu, cewek kok berantakan banget." omel Rega sembari merapikan rambut Mika.

"Itu kan udah lo rapiin, jadi gak perlu ngomel-ngomel." ketus Mika.

"Nih udah rapi, yuk gue anterin ke kelas." ucap Rega sembari menarik lengan Mika.

Sedangkan Mika bodo amat akan perlakuan Rega.

"Lo kelas berapa?" tanya Rega saat mereka sedang berada di koridor kelas 11.

"11 MIPA 7." jawab Mika yang dibalas anggukan oleh Rega.

"Lo kelas berapa?" tanya Mika balik.

"12 IPS 3." balas Rega.

"Oh kakak kelas ternyata." gumam Mika dengan pelan, namun masih bisa didengar oleh Rega.

"Gih masuk ambil Tas, ntar gue anterin pulang." titah Rega yang langsung dituruti oleh Mika.

"Tumben nih anak langsung nurut, biasanya juga debat dulu." gumam Rega.

"Yuk pulang." ajak Mika setelah mengambil tasnya. Rega pun langsung mengikuti langkah Mika.

"Gue pulang duluan ya Ga." pamit Mika.

"Lo udah tau gue kakak kelas, kenapa lo masih manggil pakai nama doang gak pakai embel-embel Kak." kesal Rega.

"Gak penting juga kan." balas Mika enteng.

"Gue duluan byeeee." ucap Mika sembari berlari menuju halte.

"Aylaaaaa.." teriak Rega katika ia sadar bahwa Mika sudah berlari meninggalkannya.

"Gimana sih tuh cewek, gue udah bilang mau nganterin dia, tapi dianya malah kabur duluan." gerutu Rega.



🍁🍁🍁

Mika memasuki rumahnya dengan santai, hingga Mika sampai di ruang keluarga.


"Mikaaa..." panggil Vito yang membuat Mika terpaksa menghentikan langkahnya.

"Ada apa?" tanya Mika malas.

"Kenapa kamu bolos pelajaran?" tanya Vito.

"Karena aku males ikut pelajaran." jawab Mika santai.

"MIKAAA.." Sentak Vito.

"Apasih manggil-manggil." kesal Mika.

"KAMU KENAPA SEKARANG JADI LIAR GINI SIH HAH! APA INI YANG MAMA KAMU AJARKAN SELAMA INI SAMA KAMU." bentak Vito yang membuat Mika sangat emosi.


"Sebelum anda menyalahkan mama saya, seharusnya anda berkaca. Apa pernah anda mendidik saya? memperhatikan saya? peduli terhadap saya? Tidakkan. Jadi anda tidak pantas menanyakan apa yang telah mama saya ajarkan kepada saya selama ini." ucap Mika tajam.


PLAK

Sebuah tamparan yang kembali Mika dapatkan, bukannya menangis Mika malah menatap sang papa dengan tersenyum sinis.


"Asal anda tahu, mama yang mengandung Mika selama sembilan bulan, wanita yang melahirkan Mika dengan mempertaruhkan nyawanya saja tidak pernah mengangkat tangannya untuk saya. Jangankan menampar, membentak pun mama gak pernah melakukannya." jeda Mika.




"Sedangkan anda, Anda bukan siapa-siapa dalam hidup saya sudah berulang kali menampar saya." lanjutnya.


"Sebelum menanyakan apa yang sudah mama saya ajarkan selama ini. Lebih baik anda bertanya pada diri anda sendiri. Apa yang sudah anda lakukan untuk keluarga anda, jangankan membahagiakan keluarga mempertahankan keluarga anda pun. Anda tidak mampu." tercurah sudah isi hati Mika yang selama ini ia pendam sendiri.



Setelah mengatakan itu, Mika pun berlalu dari hadapan Vito.





Maaf kalau dalam ceritaku yang ini, tokohnya gak sopan sama orang tua.

Tapi bagaimana perasaan seorang anak jika sosok yang dianggap sebagai pelindung keluarganya malah menghancurkan keluarganya sendiri.

MIKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang