🍁MIKAYLA🍁 23

561 30 0
                                    

Sekeras-kerasnya hati gue, dia juga bisa luluh oleh ketulusan dan kepolosan anak kecil.

Mikayla Anjani Pramudya

🍁🍁🍁

Setelah memasuki rumah, Mika pun berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak kencang akibat perlakuan Rega.

"Regaaa, seneng banget sih bikin gue kena serangan jantung." gumam Mika dengan senyum yang tak pernah pudar.

Setelah merasa detak jantungnya kembali normal, Mika kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Tatakkkk." teriakan nyaring dengan suara cadelnya itu berhasil menghentikan langkah Mika.

Mika pun langsung membalikkan tubuhnya, dan hal pertama yang ia lihat adalah Shinta-adik tiri Mika sedang berjalan tertatih menghampirinya dengan tawa riangnya.

Mika yang melihat tawa riang Shinta pun hatinya merasa tenang, namun saat netranya tak sengaja melihat sang papa dan Delia berjalan bergandengan, amarahnya pun kembali memuncak.

Bahkan kini Mika sudah mengepalkan tangannya dengan kuat, mencoba menahan emosinya yang kapan saja bisa meledak.

"Tatak ndong....endong." oceh Shinta sembari mengulurkan tangannya ke arah Mika.

Mika yang tadinya merasa emosi pun sedikit mereda melihat wajah menggemaskan Shinta. Namun melihat kebahagiaan papanya, emosi Mika pun kembali memuncak.

Mika pun kembali membalikkan tubuhnya dan berjalan meninggalkan Shinta yang sebentar lagi akan meledakkan tangisnya.

"hiks.....hiks....hiks"

Baru beberapa langkah Mika berjalan, tangis Shinta terdengar.

Mika yang ingin mengacuhkan Shinta pun teringat permintaan dari Rega saat mereka berada dalam perjalanan pulang.

Flashback on

Saat mereka berada dalam perjalanan menuju rumah Mika, Rega tak henti-hentinya memberikan petuah-petuah untuk Mika.

"Ayla." panggil Rega.

"Iya." balas Mika.

"Gue boleh minta sesuatu nggak?" tanya Rega.

"Jawabannya tergantung permintaan lo." balas Mika.

"Gue minta sama lo, tolong sayangi Shinta dan perlakukan dia sebagaimana lo memperlakukan Amel. Dia nggak tahu apa-apa Ay, dia nggak salah jadi jangan benci dia." ucap Rega.

"Tolong perlakukan dia seperti adik lo sendiri, terlepas dia anak dari orang yang lo benci." lanjutnya sembari mengelus puncak kepala Mika.

Sedangkan Mika hanya terdiam memikirkan semua perkataan Rega.

Flashback Off

Mika pun langsung memutar balikkan tubuhnya dan meraih Shinta kedalam gendongannya.

"Tatak hiks....hiks." isak Shinta sembari menelusupkan kepalanya keceruk leher Mika.

Sedangkan Mika mengelus punggung Shinta dengan lembut mencoba untuk menenangkan.

"Shinta kan adik manis jadi nggak boleh nangis ya." ucap Mika sembari mengusap air mata Shinta.

Shinta pun menganggukkan kepalanya dan mengalungkan tangannya ke leher Mika.

Tanpa mempedulikan pasangan suami istri yang sedang menatapnya dengan haru, Mika langsung melangkahkan kakinya menuju kamar.


🍁🍁🍁

Setelah sampai didalam kamar, Mika langsung menurunkan Shinta di atas ranjangnya.

"Shinta mau bobok disini apa mau bobok sama papa?" tanya Mika dengan lembut sembari mengusap puncak kepala Shinta dengan sayang.

"Bobok tama tatak." balas Shinta dengan suara cadelnya yang membuat Mika terkekeh.

"Lucu banget sih." ucap Mika sembari menoel-noel pipi Shinta yang membuat sang empunya tertawa lucu.

"Adek manis nama lengkapnya siapa?" tanya Mika.

"Tinta Aliani.." jawab Shinta dengan tertawa riang.

"Shinta makannya apa sih kok bisa gemesin banget?" tanya Mika dengan terkekeh.

"Mamam bubul." balas Shinta.

"Tatak, dedek bobok nini ya." ucap Shinta sembari menepuk-nepuk kasur yang kosong.

"Yaudah sini, Shinta bersih-bersih dulu ya." ucap Mika sembari meraih Shinta kedalam gendongannya dan membawanya ke kamar mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi, Mika mengatur posisi Shinta untuk tidur.

"Berdoa dulu ya sebelum tidur." ucap Mika sembari menadahkan tangannya untuk berdoa dan diikuti oleh Shinta.

"Mama, Mika sayang sama adek." batin Mika sebelum menutup matanya.

🍁🍁🍁

Untuk pertama kalinya, saat Mika membuka matanya ia menemukan sosok mungil yang sedang terlelap dengan nyenyaknya sembari memeluknya dengan erat.

Mika pun lebih memilih memandang wajah polos Shinta.

Bahkan tangannya kini sudah mengelus puncak kepala Shinta dengan sangat lembut.

"Mama kenapa keinginan Mika buat punya adik harus dikabulkan oleh orang lain?" gumam Mika dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kenapa dia harus hadir ditengah-tengah keluarga kita? kenapa dia harus hadir karena pengkhianatan papa?" lanjutnya dengan suara parau.

"Tatak ila.." panggil Shinta sembari mengucek matanya.

Mika pun buru-buru menghapus air mata yang entah dari kapan sudah mengalir.

"Ada apa sayang?" tanya Mika dengan suara yang masih parau.

"Bobok gi ya." ucap Shinta sembari memepererat pelukannya sedangkan Mika hanya tersenyum menanggapinya.

MIKAYLA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang