Aku terdiam membisu, aku tak berani menatapnya lama- lama. Hatiku ini masih sangat rapuh untuk sekarang. Aku hanya bisa menatap Ima. Eeh? Tunggu, Ima koook???
"Ima?? Kok kamu natap dia gitu?" tanyaku.
Mukanya merona. Aku cemberut, hatiku ini gak enak banget waktu Ima liatin Warth kek gitu. Aku mencubit hidungnya.
"Heeeeeeiii" ucapku.
"Eeeeh?? A-apa??" ucap Ima linglung.
"TAYOO!!" ucapku.
Ima terdiam, aku bisa melihat uratnya yang keluar. Aku siap untuk mengambil langkah seribu, tapiiii!!!
Aaahh!! Jaitanku sakiiitt!!
Greeb..
Ima menjambak rambutku, aku menggerang kesakitan bukan hanya kulit kepalaku, tapi juga jaitan sialanku ini.
Pengen pulang tuhaaaan..!!
Nasiiibb, nasiib. Semakin lama semakin sakit aja nih luka, dan juga kelihatan darah yang mulai menembus baju. Aku pengen nangiis! Tiba-tiba..
"Hei, jangan galak gitu donk sama kembaran kamu sendiri!" ucap Warth sambil memegang tqngan Ima yang menjambak rambutku.
Lagi-lagi muka Ima merona. Dan lagi-lagi hatiku menjerit tak enak. Satuu... Dua...ti...
Duk...!!
Aku tendang kaki sebelah kiri Ima. Ima menggerang kesakitan. Ima menatapku tajam. Aku hanya tersenyum sinis, sedangkan Warth memasang wajah tak mengerti.
Urat di wajah Ima makin banyak saja. Keringat dinginku mulai keluar.semakin banyak dan banyak. Warth dia diam.
"KUBUNUH KAU KEMBARAN DURHAKAAAAA!!" teriak Ima.
"AAAAAA... SAAKIIIT, DASAR HUMAN GAK GUNAAAA!!" teriakku.
"HEEEIII JANGAN SAKITI DIAAA!!" teriak Warth..
"IMA!! APA YANG TERJADII???!" ucap Gerlt yang baru datang.
"JANGAN BERISIIIKK DI RUMAH SAKIIIIT, PASIEN JAHAANAAAAAMM!!" Ucap suster yang lewat.
Jeeeeppp.. Sunyi seketikaaa.. Mulut kami sepertinya lari seribu langkah. Suster mendekati Ima dan Warth. Dia memegang tangan Warth dan juga Ima.
"Singkirkan tangan kaliaaaann.." ucap Suster itu dengan aura magis.
Dengan sigap tangan mereka disimpan di belakang Kepala, seperti orang ditangkap. Si suster menengok kearah Gerlt, dia melotot tajam ke Gerlt seketika Gerlt langsung berlutut. Dan selanjutnya ke arahku, kemudian ke lukaku. Suster itu berjalan layaknya zombie, dia membuka bajuku. Dia sedikit terkejut sepertinya. Aku hanya bergetar takut, sakit, ngeri bercampur aduk.
"Hhuuuh... Jangan dilakukan lagi ya.. " ucap Suster itu sambil tersenyum.
Seketika suasana langsung cair, lega, senang, dan gitu laah.. Tapi, Suster itu malah melotot ke arahku.
"Hhmmm... Pasien kamar no sekian. Lukamu itu baru dijait kan? Kenapa kamu keluar kamar?? Lukamu jadi berdarah lagi tuh," ucapnya dengan senyum psicopath.
Yaampun rasanya seperti lepas dari mulut buaya masuk ke mulut harimau.
Pengen lenyap aja deh!!
Next....
Maap guys, aku lagi gak mood buat bikin cerita, jadi ceritanya agak sedikit. Maap banget deh ini mah.
Jangan lupa vote.. VOTEVOTEVOTEVOTEVOTEVOTEVOTEVOTEVOTE..
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)
Romance"Ada apa tuan muda besar sayang? ucapku dengan muka tersipu. "sayang apaan, jijik," ucapnya sambil mengecup bibirku dengan mesra. "jijik tapi kok gini, tuan muda emang punya pikiran kotor!" ucapku sambil menggigit bibir warth. ~~~~~~~~~~~~~~ yang ya...