Ariya menaruh Ima di kasurnya, mirip sekali dengan Amy. Ada apa ini, aku ingin menyentuhnya,pikir Ariya.
Tidak-tidak, sadarlah. Dia itu adik Amy, tidak boleh pikir Ariya, lalu ingin meranjak pergi
Tapi tiba-tiba, Ima memegang tangan Ariya.
"Eh?"Muka Ima sangat merah, nafasnya terengah-engah, dadanya naik turun tak beraturan. "Pa... Nas, hah.. Hah.. Hah..,"
Ima bangun dari posisi terlentangnya, dan memeluk Ariya. "Uhh... Kau nyaman sekali, kau ini..."
Ima melihati wajah Ariya yang kini berwarna merah. "Ariya.." Ima tersenyum.
"Kau Ariyahina,... Ne~, kau tau. Sejak kamu mau ditunangkan sama kakakku. Aku merasa sedih, karena kakakku akan dimiliki oleh orang lain. Tapi, sekarang aku juga merasa sedih, tapi bukan karena itu. Aku sedih karena, kenapa bukan aku yang memiliki mu," gumam Ima sambil terengah-engah.
"I-Ima, kau mabuk,"
"Aku tidak mabuk! Aku yang menang jadi aku tak mabuk!"
Ariya terdiam, melihat Ima yang bergumam tidak jelas sambil memeluknya.
"Ariya.."
"Hm?"
"Aku mencintaimu, maka.. Kau harus mencintaiku juga!!" Sentak Ima lalu mencium bibir Ariya.
A-apa ini? Aku di.. Cium! Kenapa cewek zaman sekarang lebih aktif?! Tapi... Rasa bibir ini,
Ariya memperdalam bibir Ima, mendorongnya hingga terjatuh dan terlentang.
Rasa manis, seperti saat itu. Tidak... Ini lebih. Lembut, dengan sedikit rasa Bir dan juga Coktail, pikir Ariya masih dengan bibirnya yang ada dibibir Ima.
Ariya melepaskan bibirnya, mukanya dan Ima kini merah.
"Ariya," desah Ima.Dia... Semakin tak mirip dengan Amy,
Ima melingkarkan tangannya dileher Ariya, "peluk aku.. Apa kau tak menyukaiku?"
Kenapa ini.. Badanku seakan berontak,
Ariya mengambil ancang-ancang ingin mencium Ima kembali, tapi diurungkannya.
Tenanglah!! Dia itu mabuk! Pikir Ariya sambil mendorong dirinya dari Ima.
Ima melihat Ariya yang pergi darinya, seketika Ima menarik tangannya. "Apa kau akan ke Amy? Apa segitunya kau menyukai kakakku? Apa aku, tak sepertinya?. Aku harus bagaimana agar bisa seperti kakaku?.. Aku akan memotong rambutku, jadi.. Tolong.. Cintailah aku, Ariya" rengek Ima sambil menunduk.
Ariya diam, "kau mabuk,"
"Aku tidak ma-"
Sebelum Ima membereskan kalimatnya, Ariya sudah menciumnya terlebih dahulu. "Karena kau mabuk, rasa bir di bibirmu itu membuatku candu,"
"Ariya.. Akhirnya," Ima menenggelamkan kepalanya dibahu Ariya. "Akhirnya, kau mencintaiku,..Terima kasih,"
Ariya mendorongnya hingga terlentang kembali, lalu mulai menciuminya. Membuat kissmark dimana-mana, Ariya melihati dada Ima.
Uggh.. Aku belum pernah melakukannya,pikir Ariya dengan Ekapresi yang aneh.
Tiba-tiba Ima mengelus wajahnya, "tak apa.. Lakukan," ucapnya seraya menutup matanya dan tersenyum.
Ariya menutup matanya, dia berpikir. "Maaf,"
"Eh?"
"Aku takkan melakukannya,"
Ariya menenggelamkan wajahnya di dada Ima, "aku tak ingin kau ternoda karena aku sebelum kau jadi milikku," jelas Ariya.
"Ariya.. Kau itu orang yang baik ya,"
"Aku tak pernah berpikir untuk jatuh dalam pelukanmu ini, kenapa.. Aku bisa. Padahal aku menyukai Amy,"
"Mungkin kau menyukai Amy, karena dia mirip dengan ku?" kekeh Ima.
Ariya tersenyum, "mungkin,"
Ima terdiam...
"Apa... Kau bisa membatalkan pertunanganmu dengan Amy?" tanya Ima.
Ariya menggeleng, "mustahil,"
"Kenapa?" ucap Ima kecewa.
"Karena ini sudah kesepakatan 2 keluarga,"
"Oh.." suara Ima serak,
"..... Nanti aku akan memikirkan caranya, kau tenang saja," ujar Ariya lalu mencium kening Ima.
Ima tersenyum, "akan ku nantikan,"
***
Ima membuka matanya, ia melihat Ariya ada disampingnya. Ia langsung melotot,
"WAAAH!!" teriaknya.
Karena teriakkannya, Ariya terbangun. " Ima?"
"Ariya.. Kenapa kau ada disini?" tanya Ima dengan muka merah.
Ariya tersenyum jahil " bukannya kamu pengen aku disini buat nemenin kamu tidur? Kau gak inget? Coba kau inget-inget dulu aja. Aku mau mandi, aku pinjam kamar mandinya ya," ucap Ariya lalu pergi kekamar mandi.
"Haaaahhh? Apa itu benar? Kamu bukan hanya mengarang kan?!" teriak Ima.
"Bukan kok,"
Ima mencoba mengingat-ingat,
Kalau tak salah, aku mabuk waktu aku tanding sama Amy. Trus aku dibawa sama Ariya kekamar.. Dan..dan... Nggak, ini gak bener, pikir Ima lalu melihat lehernya di cermin.
Ini bohong kaaaan?!
Ima melihat ke kamar mandi, tapi, aku benar-benar melakukannya. Aku menyatakan perasaanku padanya!!
Tak lama kemudian Ariya keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk di pinggulnya. Perut kotak-kotaknya terlihat sangat jelas di mata Ima. Ima langsung menutup matanya,
"Kaaauu...! Kamu bisakan pakai baju dikamar mandi?"
Ariya tersenyum " tidak, aku tak bisa ganti baju disana, tak terbiasa."
Ariya duduk di sisi kasur, disamping Ima yang kini menahan dirinya untuk tidak mimisan.
"Kamu.. Pakai baju dulu,"
"Aku sedang menunggu pelayanku datang kesini untuk membawakan baju,"
Mereka terdiam, muka mereka masing-masing merona.
"Apa... Kamu menerimaku?" tanya Ima.
"Hm?"
"Yang semalam,"
"Ohh.. Itu," ariya tersenyum sambil mengingat kejadian semalam.
"Yah.. Aku juga tak menyangka akan jatuh ke kamu. Aku kira selama ini aku menyukai Amy, tapi ternyata.."
Ima tersenyum senang, "terimakasih,.. Aku senang kamu bisa menerimaku,"
Mereka berpandangan dan saling tersenyum satu sama lain.
Lahirnya kopel baru!!!
Ima Deviane & Ariyahina!
Next!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)
Romance"Ada apa tuan muda besar sayang? ucapku dengan muka tersipu. "sayang apaan, jijik," ucapnya sambil mengecup bibirku dengan mesra. "jijik tapi kok gini, tuan muda emang punya pikiran kotor!" ucapku sambil menggigit bibir warth. ~~~~~~~~~~~~~~ yang ya...