Keesokan harinya,
Ima membuka matanya, cukup berat. Ia melihat kearah langit-langit, langit-langit yang Ia tak kenal. Ditangannya terdapat Infusan dengan cairan yang berwarna kuning, sedangkan Amy ada disampingnya. Amy sedang tertidur sambil mengumamkan nama Ima.
"Hhhh.... Apa... Yang terjadi yak?" Batin Ima memegang kepalanya dengan tangan yang satunya lagi.
Karena guncangan dari gerakan tangan Ima, membuat Amy terbangun dari mimpinya. Amy melihat kearah Ima,"IMA! Syukurlah, kau udah siuman!!" ucap Amy sambil memeluk Ima.
"Ughh, Amy.... Ini dimana?" tanya Ima.
"Dimana lagi selain di rumah sakit?" ucap Amy sambil melepaskan pelukannya.
Ima memegang kepalanya pusing, berusaha mengingat apa yang terjadi. "Aagh.. Rumah aku pasti dah ancur, kasian tetangga..." Batin Ima.
Amy khawatir, "kamu pusing?? Aku ambilkan air ya?" tanya Amy dan diikuti anggukan Ima.
Saat Amy telah mengambil minumnya, Ima meminumnya sedikit. "Yaampun, akhir-akhir ini banyak banget kejadian," keluh Ima. Amy menunduk, "maap ya..." ucap Amy.
"Eeh? Kenapa??"
"Mungkin, hanya.. Mungkin ini semua karena aku," ucap Amy.
Ima tersenyum lembut lalu mengelus kepala Amy, "yosh yoshh gak papa..." ucap Ima.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka paksa, "Amy, mau ke TKP lagi gak?" ucap Ariya.
Ima dan Amy terkejut "bisa gak sih pelan-pelan buka nya?!" ucap Amy emosi.
"Maap-maap, eh.. Ima dah bangun yak? Kau gak papa?" ucap Ariya Khawatir.
Wajah Ima tersipu merah " um... Gak papa, hehe.." Ucap Ima.
"Tapi yaah, Suami mu itu gak ngejenguk sama sekali 4 hari ini," ucap Warth tiba-tiba muncul.
"Iya yah, Kenapa yak? Tega bener sama Ima," ucap Amy menyilangkan tangannya.
"Yah, dari awal kan dia cintanya sama Amy bukan sama aku," ucap Ima enteng.
Suasana tiba-tiba sepi.....
"Ah!! Ariya, kamu bilang kamu mau ke TKP lagi?? Aku ikut deh," ucap Amy semangat.
"TKP?" Tanya Ima bingung.
"Tempat kejadian perkara, " ucap Warth sambil memeluk Amy diam-diam dari belakang.
"A-aku juga mau ikut!" ucap Ima.
"Gak bisa!! Kamu harus istirahat, kamu musti istirahat Ima kamu masih lemah," ucap Amy mengelus kepala Ima.
Ima hanya menunduk, ia merasa tak berguna. Saat Amy, Warth dan Ariya sudah pergi Ima kembali berbaring. "Aku harus cepet sembuh," ucapnya.
***
Amy dan yang lainnya kembali ke TKP, yaitu di puing-puing rumah Ima yang berantakan (masih belum di rapihin semenjak 4 hari ini .. Uweehh.. Segede apa rumah Ima, sampe ada Beco segala buat ngerubuhin sebagian rumah Ima yang masih utuh)
"Hhuhh... Masih tahap ini?? Mau sampe kapan," keluh Amy.
"Sudah lah, ayok kita ke belakang rumah. Mungkin bisa menemukan petunjuk disana," ucap Ariya.
"Ariya ini, bilangnya gak mau Formal tapi sok serius. Gimana sih," pikir Amy dan Warth lalu membuntuti Ariya.
Sesampainya di belakang rumah Amy dan yang lain, dihadapkan dengan Pohon yang tumbang dan ruang bawah tanah yang terbuka.
" Memang bener, aku pernasaran banget sama bagian ini," Ucap Ariya semangat.
Amy duduk di samping pohon yang tumbang itu, melihati Ariya yang seperti Detektif.
"Hei!! Kamu sukak Detektif ya?" ucap Amy sambil memainkan Jarinya di batang pohon.
"Yap! Aku paling suka film detektif, terutama Sherlok holmes, sama detektif Conan. Kalah Novel aku suka Novel karangan Lixie Xu, " Ucap Ariya membanggakan diri.
Amy hanya ber oh panjang dan bosan. Sedangkan Warth, dia lagi masuk ke ruang bawah tanah. Disana Warth menemukan darah yang berceceran, tapi sudah kering dan menempel di lantai, sehingga tak bisa diambil tes DNA.
"Ck! Merepotkan!" ucap Warth, lalu naik keatas,
"GUYS! aku mau ke kantor dulu yak!! , kasian Andrea ngeberesin semuanya.. Bye bye!!" ucap Warth lalu lari...
"Hei!!! Kau menghindari tugas brengsek!!" ucap Amy.
"Hehehe maap dah Amy, Ariya.. Gua gak suka detektif!!" ucap Warth lalu masuk ke mobil dan melesat jauh..
Amy hanya menatap datar mobil itu, lalu tetap memainkan batang pohon yang tumbang itu. Tiba-tiba tangan Amy tertusuk serat batang pohon itu, "Auch!! Sakit..." Ucap Amy sambil melihat darah yang mengucur dari jari telunjuknya. Ariya langsung ketempat Amy,
"Ada apa?" ucap Ariya..
Amy menunjukan jarinya "gak papa.. Aku kurang hati-hati hehe.." ucap Amy.
Tanpa Aba-aba Ariya mengambil jari telunjuk Amy dan memasukannya kedalam mulut,
"He- hei apa yang kau.." ucap Amy dengan muka merah.
"Cara ini bagus buat menghentikan pendarahan," Ucap Ariya lalu mengelap Jari Amy dengan sapu tangannya.
"Meksipun begitu-" ucap Amy membuang mukanya yang bersemu merah itu..
Saat Amy membuang muka tanpa sengaja Amy melihat sesuatu di sela-sela batang pohon yang menusuk Amy. Amy memperjelas pengelihatannya dengan menyipitkan matanya,
"Rambut??"
Yaaakkk... Sekarang masuk ke series....
NONA PENARI MALAM& TUAN CEO BANGSAWAN
Gendre : Mystery - Romance..
Eak-eak eak..
Btw.. Itu Ariya, dia waktu peledakan itu. Waktu dibawa kerumah sakit trus keluarganya tauk.. Dia langsung dibawa ke negeri Asalnya... Jadi dia gak ada di rumah sakit... Ngehe...
Next!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)
Romance"Ada apa tuan muda besar sayang? ucapku dengan muka tersipu. "sayang apaan, jijik," ucapnya sambil mengecup bibirku dengan mesra. "jijik tapi kok gini, tuan muda emang punya pikiran kotor!" ucapku sambil menggigit bibir warth. ~~~~~~~~~~~~~~ yang ya...