Warth melepas ciumannya. Menatap Amy lekat-lekat lalu mengecup dahinya. Warth memeluk Amy erat. Erat sekali.
Aahh... Kapan ya, aku tak merasakan kehangatan ini. Aku sangat menyukainya, takkan pernah aku lepaskan lagi, Batin Warth seraya membenamkan wajahnya dibalik rambut pirang Amy yang pendek.
Dibalik pelukan Warth, Amy memukul dada lapang Warth. "Warth, kau ingin membuatku mati?! Diketek mu itu gak ada oksigen tauk!" teriak Amy.
Warth langsung melepaskan pelukannya, "maaf,"
Amy tersenyum senang. Lalu memegang bibir Warth, "kau bisa melanjutkannya nanti, sekarang jangan" ujar Amy seraya melihat sekitar.
"Ups,.. Ya!" setuju Warth dengan mukanya yang merona.
"Tapi ngomong-ngomong, Kamu lagi ngerjain apa?" tanya Amy sambil mendekati meja kerja Warth, Ia melihat kebawah. "Apa ini? Kopi? Kau menjatuhkan kopi? Cerobohnya,"
Warth seketika membatu, "ya.. Aku sangat ceroboh. Lagi pula saat itu, aku sangat capek sampai numpahin kopi,"
"Are, bukan pelayanmu yang nganterin kopi? Sekertaris?" tanya Amy lagi.
"Lupakan, tadi kamu lagi kerja apaaa Wartth?" lanjut Amy."Eh? Aku tadi lagi...... "
Warth mengingatnya, tadi dia sedang melihati foto Amy, seketika mukanya memerah merona "ta-tadi! Aah.. Iya, ta-tadi aku lagi.. Lagi.. Oh, iya aku tadi lagi menyelidiki tentang kasus pengeboman," bohong Warth.
"Ooh.. Jadi, udah ketemu sesuatu?" tanya Amy kembali.
"Aaah.. Eh, itu.. Yaa!! Aku menemukan sesuatu!" asal Warth karena saking gugupnya berbohong didepan Amy.
"Apa itu??" tanya Amy dengan mata berbinar.
"Eehh.. Aahh..i-ituu~... Oh ya! Kau tau kan sebelum kejadian pengeboman itu, sipelaku ada diatas genteng kan? Mungkin aja ada bukti lain disana," ujar Warth ngasal. Tak tau lagi apa yang dia bicarakan.
Tiba-tiba Ariya masuk kekantor. "Itu dia!!" teriak Ariya.
"Eeehh!! Apanya?!" teriak Warth dan Amy bersamaan.
Ariya mendekati Warth lalu menepuk bahunya, "teman, kau jenius!" puji Ariya.
"Ya?" Warth bingung.
Ima datang dari belakang, "ayo kita bicarakan di rumahku," tawar Ima.
- rumah Ima, Ruang tamu(aula utama) -
"Jadi apa maksudmu, Ariya?" tanya Amy.
Ariya tersenyum senang, jiwa detektifnya berkobar-kobar. "Kenapa ya, dari dulu kita gak sadar. Ima, halaman belakang belun disentuh polisi kan? Polisi hanya boleh disekitar dalam Rumah kan?" tanya Ariya kepada Ima.
"Ya, ada apa? Kita juga udah kesitu berkali-kali tapi gak nemuin apa-apakan?"
"Gini nih, ingat sebelum kejadian pengeboman. Waktu itu, kita ada di lantai paling atas kan? Bisa di bilang dengan sekali dengan loteng. Nah, disana ada.. Kaca,"
"Iya! Disana ada kaca!. Disana juga pelaku melihat kita dari atas genteng kan?"
"Ya. Dan disana, Pelaku mempunyai satu kesalahan,"
"Apa?"
Ariya tersenyum "tak pakai sarung tangan, sehingga kemungkinan saat pelaku memegang kaca, ada.."
"Sidik jari,"
"Ya! Itu dia"
"Tapi ada kemungkinan juga, tangannya bersih"
"Tidak, soalnya awalnya dia membekap Ima. Andai saat itu, Ima tak memakai faouda.. Apa lah itu, yang penting krim pemutih wajah, pasti sidik jarinya tak ada berbekas dikaca. Dan saat itu, juga dia gak mungkin langsung menghindar dari bom. Dia pasti terkena dampaknya juga!"
"Jadi.. Sekarang si pelaku mempunyai luka?!"
"Begitulah sayangku,"
"Jadi apa yang sebenarnya terjadi?"
"Begini. Kita pakai cara identifikasi kejadian,"
"Hooo!! Namanya keren"
"Gimana memangnya, maaf tapi aku gak ngerti,"
Ariya terkekeh kecil.
"Aku akan jelaskan, saat itu pelaku ada diatas genteng dan terkena akibatnya kan? Apa yang kalian pikirkan tentang akibat dari bom?"
"Mati,"
"Terluka?"
"Terbakar?"
"Bukan.. Tapi terlempar. Saat itu, pelaku terlempar kehalaman belakang. Disana ada pohon, petama-tama dia terbanting ke pohon dan rambutnya tersangkut di pohon. Itu adalah bukti pertama yang aku dan Amy dapatkan, tapi akhirnya hilang"
"Bisakah jangan kau ungkit lagi?"
"Kedua, saat dia merosot dari pohon dia berguling-guling keruang bawah tanah. Dan memiliki luka, buktinya disana terdapat. Darah yang sudah kering. Dan kemungkinan besar, dia terluka ada di bagian... Wajah samping kiri. Itu disimpulkan dari caranya merosot dan berguling,"
"Wajah samping kiri?"
"Ya. Dan yang ketiga, karena si pelaku tak ingin ketahuan tetangga yang mulai bermunculan, dia langsung lari dengan luka di wajahnya yang tak dibersihkan. Akibatnya, luka yang akan menjadi bekas luka yang sangat buruk, kalau misalkan itu wanita dia pasti memakai make up untuk menutupinya. Dan itu adalah Wanita, aku Amy dan Ima sudah mendengarnya. Dan sepertinya, dia mempunyai obsesi padamu.. Warth"
"Jadi, apa barang bukti yang akan diserahkan pada polisi bila sudah tertangkap pelakunya?"
"Tentu aja, kita akan mencari pecahan kaca. Dan semoga saja kita beruntung. Mau sekarang mencarinya?"
"Tentu saja!" teriak Ima dan Amy bersamaa.
"Tunggu! Ariya, rambut yang kau temui itu berwarna apa?" tanya Warth.
"Hnm? Biru,"
Warth terbelalak, "haha.. Rambut berwarna biru, luka di wajah bagian kiri, lagi bekas luka itu sangat buruk dan terobsesi padaku. Sepertinya,.. Aku sudah tau siapa...pelakunya,"
"Si-siapa Warth?!"
".......Nina,"
***
-19.00, halaman belakang-"Warth!! Udah ketemu?" tanya Amy.
"Tidak belum, cih! Kemana sih pecahan kaca itu, aku tak menemukannya satupun" keluh Warth.
"Kaca itu pasti menyebar," ucap Ima lelah.
"Baiklah, kalau begitu bagaimana kita serahkan pencarian pada Polisi? Untuk sekarang.. Kita harus mencari wanita yang bernama Nina ini," saran Ariya dan diikuti anggukan yang lain.
"Karena udah malam, mari kita istirahat. Aku juga udah lelah," ucap Ariya sambil menguap dan masuk kedalam rumah.
"Hihi, iya juga ya" setuju Ima dan masuk kedalam Rumah.
"Haaa... Aku juga capek! Ayo kita tidur," ucap Amy dengan suara gugup.
Tiba-tiba Warth memegang tangan Amy, "eehh.. Wa-Warth" tanya Amy semakin ketakutan
Terdapat seringai di wajah Warth. "Areee~ tadi siang kamu bilang apa ya?"
"A-aku gak bilang apa-apa!" elak Amy dengan muka merona,
Warth memegang dagu Amy. "Tak perlu mengelak, kita selesaikan di kamar" ujar Warth, lalu menggendong Amy dengan gaya Bride style.
"Wa-warth turunkan aku!"
"Kalau kau ngomong lagi, aku cium loh," ucap Warth dengan senyum nakalnya.
Aahh!! Aku terjebak oleh kata-kataku sendiri pikir Amy.
Warth berjalan kedalam rumah sambil menggendong Amy, "aku harap kau siap,"
"Uggh. Sialan!"
Mmm...mm...m.. :v
Next!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)
Romance"Ada apa tuan muda besar sayang? ucapku dengan muka tersipu. "sayang apaan, jijik," ucapnya sambil mengecup bibirku dengan mesra. "jijik tapi kok gini, tuan muda emang punya pikiran kotor!" ucapku sambil menggigit bibir warth. ~~~~~~~~~~~~~~ yang ya...