maaf...

423 13 0
                                    

Amy sedang meringkuk didalam pelukan Ima yang tak mengerti apa-apa. Tiba-tiba saja Amy datang dengan berurai air mata, dan menangis tersedu-sedu didepan Ima. Dengan suara serak Amy menjelaskan semuanya pada Ima.

"Ja-jadi, kau kira Warth tidak hanya menyukai kamu aja, tapi dia menyukai semua perempuan yang bisa dia mainin gitu?" ucap Ima menganalisa.

Dalam pelukan Ima, Amy mengangguk. Ima terkekeh kecil

"Ya ampun, Amy. Kamu ini Childish banget sih, yang namanya laki-laki gitu semua," ucap Ima seraya mengusap kepala Amy lembut.

"Tapi, dia udah janji dia gak akan main cewek. Kenapa, ...."

Ima tiba-tiba murung, " gak akan ada, laki-laki yang bisa nepatin janji kek gitu Kak,"

Amy menarik diri dari pelukan Ima, " maksud??" tanya Amy.

Ima tersenyum kecut, " ini seperti janji aku sama Glert. Pada akhirmya, dia juga main sama kamu kan? Ini artinya gak ada laki-laki yang bisa nepatin janji kek gitu," ucap Ima mencengkram bahu kasur yang ia naiki.

"Tak disangka, Gelrt juga. Padahal dulu dia baik gitu ya.. Sampai aku bisa cinta monyet sama dia. Tapi... Yaah...  Pada akhirnya," ucap Amy mengingat masa lalu.

Mereka berdua mengeluarkan nafas kasar lalu tertawa bersama.  Ini sudah jam 16.00 sejak Amy lari dari kantor Warth.

"Ima, aku mau ke toilet dulu ya.. Mau cuci muka," ujar Amy sambil berdiri dan diikuti anggukan Ima.

Baru saja sekitar 5 menit Amy keluar, Warth dan Ariya tiba-tiba datang dengan tergesa-gesa. Ima tentusaja terkejut dengan kedatangan mereka berdua kekamarnya.

"Kalian... Kalau kalian cari Amy, dia lagi di toilet," ucap Ima tersentuh karena melihat Warth yang begitu penuh peluh, begitu pun Ariya.

"Oh, begitu.. Syukurlah dia gak pergi lagi," ucap Ariya terduduk dilantai.

"Aku bakal ketoilet buat nemuin Amy secepat mungkin!" ucap Warth lalu berlari ke toilet perempuan.

Sebelum Warth bablas ke toilet, Ariya memegang jaket hitamnya, dan membuat Warth terjatuh.

"Lu gila, itu toilet Cewek!! Etika anjir... ETIKA!" sembur Ariya.

"Masa bodo masalah Etika! Lagian Gue bukan Bangsawan kek Lo!!" ucap Warth lalu melepaskan tangan Ariya dari bajunya dan berlari kearah toilet.

Selepas kepergian Peterpan menemui Wendynya (malah keinget EXO sih bangsad😩), suasana di kamar Ima langsung sepi.

"Pengen ya, punya kekasih yang kek Warth. Aduuh.. Kakak, kamu beruntung banget kabur hari itu," gumam Ima yang tak sengaja didengar Ariya.

Ariya murung aku... Juga pengen kekasih kayak Amy,.. Pikir Ariya.

                           ***

Amy baru saja keluar dari toilet perempuan, dan dikejutkan dengan Warth yang berlari di lorong rumah sakit. Beberapa Suster memperingati Warth, tapi ia tak mempedulikannya. Berdesir dihati Amy perasaan hangat yang nikmat saat Warth memanggil namanya.

Amy berusaha melangkahkan kakinya menuju Warth. Tanpa melihat kearah mata Warth dia berjalan pelan.

Kini Warth dan Amy berhadapan satu sama lain, Amy yang menatap lekat sepatu yang ia pakai, dan Warth yang menatap lekat kepala Amy.

"Amy.. Maaf, ini tak seperti yang kau pikirkan," ucap Warth.

"Apa lagi? Aku melihatnya sendiri,"

"Itu adalah sebuah kesalah pahaman!"

"Apanya?! Kau ingin membuat aku salah?, apa aku cuma berhalusinasi saat aku melihat kamu dicium mesra oleh,...... Siapa lah.." ucap Amy membuang muka.

"Dia melakukannya saat aku lagi tidur,"

"...... Aku tau. Tapi kenapa kau gak bangun?? Biasanya seseorang akan bangun kalau dia diperlakukan kayak gitu. Kenapa kamu nggak??"

"Karena, aku menganggap itu kamu Amy!" bantah Warth, sambil memegang erat tangan Amy.

"Maksudmu? Dia.. Berpura-pura jadi aku?"

"Mungkin, dia memanfaatkan aku saat aku lagi memimpikanmu," ucap Warth sambil mencium lembut tangan Amy.

Muka Amy bersemu merah,  segera ia tarik tangannya.

"K- kau hanya gombal!" sembur Amy dengan muka merona.

Sudut bibir Warth terangkat, dengan sigap dia mendorong Amy hingga mentok ke tembok. Ia kini berada di depan Amy yang tidak bisa apa-apa. Warth menyentuh dagu Amy dengan lembut.

Amy langsung waspada, ia menengok ke kiri dan kekanan. Kenapa harus gak ada orang sih?!! Pikir Amy.

"Aku gak gombal, itu kenyataan. Aku benar-benar memimpikanmu," ucap Warth selembut mungkin.

Cup..

Bibir Warth menyentuh lembut bibir Amy. Dengan Refleks Warth memeluk pinggang Amy yang langsing itu. Amy langsung melunak, pikirannya berhamburan kemana-mana.

"Amy, jangan pernah lari lagi. Ya?"

"Ya.."

Warth melanjutkan ciuman itu dengan diikuti pelukan tangan Amy di leher Warth.

"Warth, aku sangat menyayangimu,"

"Aku lebih lebih menyayangimu,"

                          ***

#autor mengigit bibir bawah.

Uuggghh.... Yhaampuhhuun..

Next!!

Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang