Amy dan Ariya menuju kearah labolatorium ditempat kerja Ariya. Mereka memakai mobil Sport Ariya yang berwarna biru. Amy sedang duduk, plastik yang berisi rambut berwarna biru ia pegang tepat didepan matanya. Perasaannya mengatakan dialah dalang semua kejadian yang menimpanya. Hari itu pukul 5 PM, hampir malam.
"Amy, hati-hati. Itu barang penting, jangan dipegang kayak jijik an gitu. Nanti bisa-bisa terbang. Lagi kaca mobil disampingmu itu, kamu buka semuanya, aku punya firasat buruk," ucap Ariya memperingatkan.
"Gak apa apa, aku juga pengen cepet-cepet sampe biar bisa cepet juga marahin yang punya rambut," ucap Amy menatap kesal plastik itu.
"Meskipun begitu, kamu harus hati-hati. Pegang yang benar plastiknya! Kita lagi dijalan Tol loh.." perintah Ariya.
Amy cemberut, "biarin, gak akan apa apa...." ucap Amy memakai penekanan.
Ariya menghela nafas, "berikan padaku," ucap Ariya.
"Gak mau!!"
"Amyy, menurutlah sama aku sekali aja..."
"Nggaakkk!!"
"Amyy,"
"Nggak ya nggak!! Hormati aku, tunangan menjijikan!" ucap Amy sambil menepas tangan Ariya.
"........ Aku ambil paksa lohh," ucap Ariya sambil menekan tombol automode. Mobilnya menyetir sendiri seperti transformer.
Ariya memegang tangan Amy yang satu, dan tangan lainnya berusaha mengambil plastik itu. Semakin Ariya berusaha mengambilnya dari tangan Amy, tubuhnya semakin dekat dengan tubuh Amy. Tangan Amy hampir keluar jendela mobil, "Amy.. Menyerahlah berikan padaku," ucap Ariya.
Amy tersenyum " ambilah kalau bisa, hehehe.." ucap Amy.
"Tubuhnya sudah gak bisa mengambil jarak. Untuk mengambilnya dia harus menibanku, tapi aku yakin dia takkan melakukan itu," Batin Amy.
"Gak bisa, aku harus lebih dekat dengan Amy. Gak ada cara lain... Uuhh.... Warth, maap ya. Amy yang nakal.." Batin Ariya.
Ariya mendekatkan tubuhnya ketubuh Amy, bibir mereka hanya berjarak setidaknya 2 Cm.
" Ariya, Kau gilaa!!" ucap Amy.
"Belum bisa, kalau begitu.." Batin Ariya, lalu ia mencium Amy tapi matanya tetap keplastik.
"Hmmph!!" gerang Amy.
Refleks Amy mendorong Ariya. "Menjauhlahh!!" ucap Amy.
Ariya terpental, "Aaggh.. Kuatnya kau Amy. Ehh... P-Plastiknya.. Mana??" ucap Ariya bingung.
Amy melihati tangan kanannya, " disini lah.. ga- GAK ADA?!!" teriak Amy.
Amy menengok keluar jendela mobil, plastik itu sudah terbang jauh dan dilindas-lindas mobil lain.
"WWWWWAAAHH!! A-RI-YA!! BERHENTI SEKARANG BERHENTI!!" teriak Amy sambil mencengkram kerah Ariya.
"Amy.... Kita lagi ada dijalan tol," Ucap Ariya pelan bak suara seorang perempuan kecil.
Amy melepaskan kerah Ariya "Trus, gimana? ITU BARANG BUKTI, SEBUAH RAMBUT DARI RIVAL AKU!! ITU BAHKAN BELUM TAU SIAPA IDENTITASNYA!! AAAAAAHHHHHGG, KENAPA HARI INI SIAL BANGEEETT!!" teriak Amy histeris, sedangkan Ariya hanya bengong membayangkan saat bibirnya dan bibir Amy bertemu.
"Ciuman.... Pertamaku.." batin Ariya.
"Gara-gara kamu yang ngotot, kita jadi kehilangan barang bukti loohhh...!!! Aaaahhh.. Tunangan menjijikan!! Kau enyah ajaaaaa!!," teriak Amy makin hiateris.
"Ciuman pertamaku... Diambil Amy,"batin Ariya.
"Dasar tunangan gak gunaaaaa!! Mati aja sanaaaa,, huhu.... Gimana nihh, aku harus gimanaaa.. Huhuhu...... Rambut.." ucap Amy mulai kelelahan karena berteriak.
"Ciuman....." Batin Ariya.
"Dari tadi kamu mikir apa sih, udah gak bisa diselamatin lagi tau... Rambut itu.." ucap Amy sedih.
"Kau mencuri ciuman pertamaku," ucap Ariya sambil menatap ke arah Amy.
" itu yang kamu pikirin dari tadi??!! Dasar tunangan bego!! Lagian lu yang nyerang bukan gua!! Jadi gua yang disalahin, dasar tunangan gak jelaaaas!!!" teriak Amy lagi.
Menurut aku mereka cukup serasi lohh :)
Next!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)
Romance"Ada apa tuan muda besar sayang? ucapku dengan muka tersipu. "sayang apaan, jijik," ucapnya sambil mengecup bibirku dengan mesra. "jijik tapi kok gini, tuan muda emang punya pikiran kotor!" ucapku sambil menggigit bibir warth. ~~~~~~~~~~~~~~ yang ya...