Hmmm..

1.4K 33 0
                                    

"Hmmm.... Ituu.. Anuu... Hm" ucapku tak jelas.

"Bagaimana kau bisa menjelaskannya?" ucap suster itu.

Aku hanya diam, dan menunduk.
"Maa-"

"Dia pasien, wajar dia ingin keluar dan mencari udara segar." ucap Warth memotong perkataanku.

Suster itu mengkerutkan alisnya.

"Saya berbicara dengan Pasien, bukan dengan anda. Memangnya anda siapanya pasien?" tanya suster itu.

Siapa aku dimata kamu, aku ingin mendengarnya Warth. Gimana kamu bakal ngejawab pertanyaan itu didepanku. Batin ku.

"..... Dia....."

"Dia pacarnya, Eline," ucap Suster yang tadi merawat lukaku.

Kami berdua melotot, kenapa suster itu ada disini?

"Sudah jangan di inttogasi lagi, kenapa sih kamu gak masuk ke kepolisian aja, dasar Eline," ucap Suster itu sambil mendorong Eline.

"Hey- hey tungg heey!" keluh suster Eline.

"Lanjutkan saja pertengkarannya, jangan terlalu berisik dan jangan terlalu 'agresif' setelah selesai ke kamarmu ya 5 menit lagi aku kesana buat meriksa luka kamu," ucap suster.

Setelah mereka pergi, disini suasananya hening sekali. Aku enggan berbicara didepan seseorang yang sangat tidak ingin aku temui saat ini.

"Amy, kamu kenapa disini si?" tanya Ima tiba-tiba.

"Eeh? Eehh.. Ah.. Itu aku..." aku melirik kearah Warth.

"Hhh.. Dia gak sengaja kebentur mobil," bohong Warth.

Aku hanya diam, pinter banget ngeboongnya, batinku.

"Dduh, kok bisa ceroboh gitu sih?? Tapi, tunggu kalo cuma ngebentur mobil kok bisa sampe dijait di pinggang?" katanya menyelidiki.

Wwwaaah aku nggak mikirin itu! Batin kami berdua.

Kami berdua hanya diam, saling membuang muka. Ima mengerutkan alis.

"Hayyooh ada apa taah?" ucapnya sambil mencondongkan badannya.

"I-ima," ucap seseorang yang ada diseberang sana. Gerlt.

"Aah! Gerlt," ucap Ima wajahnya tersipu.

Sudah 3 hari dari kejadian pernikahan itu. Sekarang sudah larut malam, aku dan Gerlt bertatapan.

Aku tersenyum sinis. "Apa kabar Gerlt?" tanyaku.

Gerlt tersenyum pshyco. "Ooh sangat baik," ucapnya sambil menyilangkan tangan.

"Tak disangka bakalan ketemu disini, udahlah aku pengen kekamar sebentar lagi juga suster itu masuk trus aku juga mau tidur capek," ucapku.

"Tunggu!" ucap Gerlt sambil menarik tangan kananku.

Aku melotot, begitu pula dengan Ima dan tentunya Warth.

Bagaimana seorang yang sudah mempunyai pasangan menarik orang lain?! Batin kami bertiga.

"Gerlt!" jerit Ima.

"Heey!" teriak Warth.

"Wtf..." ucapku pasrah.

"Bisakah kita bicara sebentar, Amy" ucapnya dengan muka penuh harap.

Aku melirik kearah Warth. Dia hanya membuang muka kesal. Aku melirik kearah Ima, dia hampir menangis. Sepertinya Ima sudah jatuh cinta sama pria Pshyco ini. Aku menghela nafas berat.

"Ok, tapi dikamarku jangan disini," ucapku sambil menyekat tangannya, lalu pergi dibuntuti oleh Warth.

"Ok."

Warth melihati Gerlt dengan muka sinis. Ima melihati Gerlt dengan muka ingin menangis. Sedangkan Gerlt sendiri tidak mengerti apa-apa.

Saat sampai dikamarku, aku meminta Warth dan Ima nenunggu diluar dan bila ada suster suruh dia menunggu pula. Aku dan Gerlt masuk kekamar.

Aku menutup pintu.

"Ada apa sampai mau ngomong begini?" tanyaku sambil duduk diranjang dan minum air mineral yang ada.

"Amy, aku pengen kita pacaran lagi," ucapnya.

Brrruuuussh... Muncratlah seluruh cairan yang ada dimulutku.

"What?! Kamu gak bercanda?? Kamu udah punya Ima lhoo! Serakah amat sih!" protes ku.

"Walaupun aku sudah memiliki Ima, tapi hatiku masih ingin kamu Amy," ucapnya sambil memegang tanganku.

"Nggak mau! Ngapain juga aku pacaran sama suami adik ku sendiri?!" ucapku.

"Diam! Kau tak boleh menolak!" ucapnya sambil mendaratkan bibirnya dibibirku.

Sebenarnya ada apa ini?!

Next...

Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang