No name

1.2K 29 1
                                    

"Ariya.... Hina??" ucap Amy.

"Rasanya sangat familiar. Siapa ya??... Mukanya juga familiar banget tapi siapa?? Kabel otak aku belum kesambung," batin Amy.

"Rasanya sangat merepotkan kalau harus mengucapkan nama panjangku. Panggil aku Ariya aja.. Oh ya.. Jangan formal ya, aku gak suka sikap formal," ucap Ariya sambil membuka topengnya dan melemparnya ke atas kasur.

Dan seketika itu juga, saat Amy melihat wajah Ariya yang sebenarnya, Amy langsung terkejut. Ia ingat siapa Ariya...

"Ka-kamu!!" ucap Amy sambil menunjuk Ariya.

Ariya hanya tersenyum sambil membuka jasnya yang ia rasa panas. "Kamu udah inget? Aku siapa?" ucapnya.

"Tu-tu-tu-tu-tu-tu-tu..... Tunangan menjijikan!" teriak Amy sambil tetap menunjuk Ariya dengan Jari telunjuk nyaris jari tengah.

"Hahaha, sakit juga kalau di bilang menjijikan. Tapi, gak sangka kamu kerja disini, kamu kabur ya?" ucap Ariya.

"Hiii... Kok kamu tau?" ucapnya merinding.

"Aku tau betul sikap alami kamu, gak mau terkekang adat, peraturan, dan sebagainya. Kamu itu kupu-kupu yang terbang bebas," ucapnya.

Amy langsung murung, yang di pikirkannya bukanlah Ariya yang sekarang balik ke negeri ini, tapi Warth. Bagaimana sikap Warth saat tau dia sudah punya tunangan? Ariya yang mengetahui perubahan sikap Amy, mengerti dan mundur dari tempatnya sekarang.

"Aku bakal mandi dulu, harus aku akui tempat ini, VVIV ini, memang mewah," ucapnya lalu berlalu.

Amy yang terdiam, menjatuhkan dirinya di ranjang bulat itu. Lalu menutup matanya, mengingat masalalu.

Flash back.

"Nononono!!! Aku gak mau tunangan ayah sialaaaaaan!!" ucapan Amy terdengar sampai bawah.

Tapi tetap saja, Amy terpaksa duduk di sofa berhadapan dengan calon tunangannya. Ia melirik jijik ke arah calon tunangannya, baru saja ia pindah ke negeri ini langsung di tunangin. Padahal tadi disekolah ia baru aja di tendang di bagian perut sama orang berambut biru yang cemburu buta. Ia jadi bad mood.

"Halo, namaku Ariyahina. Senang bertemu denganmu," ucapnya.

Amy yang terbangun dari lamunannya langsung menjawab " aku Amy, halo" ucapnya sinis sambil membuang muka.

Ima yang terdiam di dapur, dan melihat dari sela-sela pintu menangis. "Kakak menyelamatkan aku, aku memang gak mau tunangan tapi, kakak juga gak perlu," batinnya.

"Selamat tinggal, gebetan baru..." batin Amy.

Flash back berakhir

Dan tanpa disadari, Amy tertidur disitu. Saat Ariya kembali dari kamar mandi dengan handuk dan kaus tipis, ia terkejut dengan tingkah laku Amy. Ia mendekati Amy dengan hati-hati. Ia melihat Amy terpejam.

"Tidur toh..." batinnya.

Ia pun duduk di samping Amy, membelai wajah Amy yang halus itu, lalu mengecupnya. Kecupan yang sangat singkat. Ia tersenyum, lalu memakai baju yang seharusnya ia pakai. Kemeja, jas, celana formal, lalu menyisir rambutnya.

Ariya duduk sofa, melihati Amy yang bergeliut di atas ranjang, sambil mengucapkan kata 'Warth'. Dipikirannya, Warth pasti kekasihnya yang ia dapatkan disini. Saat lagi melihati Amy dengan nyaman, ia mendapatkan telepon Amy yamg bergetar di kantung roknya. Ariya memberanikan diri untuk mengambilnya, dan membacanya.

Ariya mengerutkan kening, " tanpa nama? " ucapnya.

Maap guys, aku lagi males nulis cerita. Jadinya ceritanya dikit mohon maklum.  Mweheehehe...

Next!

Nona Penari Malam & Tuan CEO Bangsawan (END~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang