Apa pernah kalian merasa selalu dibayangi dengan keberhasilan orang lain?
Selalu dibandingkan bahkan lebih parahnya sampai dikatakan tidak akan berhasil?
Dia nggak akan berhasil
Dia nggak akan sampe sana sih
Kejauhan buat dia sampe sana
Ucapan–ucapan itu sudah biasa bagi seorang Hanif Kenzie Syahreza.
Sosok seorang Siddiq Hakim terlampau hebat untuk bisa ia tandingi. Siddiq adalah seorang Jenderal Persma. Dia di hormati dan disegani seluruh Persma se Bandung Raya. Tidak ada yang tidak mengenalnya. Sepak terjangnya sudah luar biasa. Komjen Kepolisian saja dia hadapi. Rektor tak lagi takut dia kritisi.
Hebat bukan?
Hebat sekali, Hanif sangat mengagumi Siddiq. Baik sebagai mantan Pemimpin Umum Pers Kampus maupun seorang laki–laki. Bahkan baginya, Siddiq sangat ideal dan idaman sekali. Jika ia punya adik perempuan, dia akan terang–terangan menjodohkannya dengan Siddiq.
"Aku sih lebih suka Kak Hanif dibanding Kak Siddiq."
Celetukan seseorang tiba – tiba menyadarkan Hanif dari lamunanya. Ia menoleh ke sofa di depannya yang tengah diduduki seorang gadis berperawakan mungil.
"Biarin aja Alumni sama orang – orang apa tuh yang pake baju merah – merah?"
"Persma Bandung Raya?"
"Nah itu! Mau bilang apa juga. Buat aku Kak Hanif hebat kok."
Baru saja, anak – anak Persma Bandung Raya berkunjung ke Sekre Pers Kampus. Berbicara itu ini, di belakang Hanif. Tanpa sadar, Hanif sebenarnya ada di ambang pintu, bersembunyi mendengar ocehan mereka tentang dirinya dan Siddiq.
Perbandingan.
Keunggulan.
Sampai kata–kata seperti, "Dia sih nggak akan bisa kaya Siddiq."
Sejujurnya itu menyakitkan untuk Hanif. Tapi ia bisa apa? Itu kenyataan. Ia sendiri sadar, tidak akan bisa sehebat Siddiq.
"Aku lebih milih Kak Hanif dibanding Kak Siddiq."
Kalimat penghibur itu datang dari bibir mungil seseorang yang ternyata tahu bahwa Hanif ada di sana, hanya gadis itu yang menyadari bayangan tubuh Hanif di ambang pintu.
Gadis itu tengah melaksanakan tugasnya di Sekre. Tak sengaja mencuri dengar pembicaraan beberapa anggota Pers Kampus Bandung Raya itu ketika mereka tengah menunggu Sian barusan.
"Kenapa?" tanya Hanif.
"Soalnya Kak Hanif pernah beliin aku donat coklat, Kak Siddiq nggak pernah."
Hanif tertawa kecil. Dikiranya apa.
Yah, apa yang dia harapkan dari seorang Verilya Ayesha Kyrallis Khawla?
Gadis kecil itu pemikirannya sangat sulit ditebak. Hanif sering kali di buat gemas oleh kepolosan anak ini.
Serius. Hanif ingin sekali menangkup kedua pipi gadis itu sekarang. Pipi gembilnya menggemaskan sekali ketika menggeleng seperti itu.
"Lagian, kenapa sih harus dibanding – bandingin? Kan dua – duanya punya kehebatan sendiri? Kak Hanif hebat dengan cara Kak Hanif sendiri kok."
"Tuh anak kecil aja tahu!" sahut Jinan dan Sian tiba – tiba masuk Sekre.
Sian tadi memang datang ke sekre kemudian pergi kembali mengantar tamu mereka, sedangkan Jinan bertemu dijalan menuju sekre. Tak sengaja mencuri dengar percakapan Aye dengan Hanif.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pers Kampus ✔
General Fiction╰Pers Kampus ╮ • College life • Lokal • Semi baku Kisah mereka mencari berita hingga cinta. Dari nggak kenal, jadi kolega, katanya teman, kemudian sahabat, hingga jadi keluarga cemara. Prinsipnya, nyari berita sampe mampus! Mereka itu, • Peka sama g...