7 : Its Love

6.1K 744 25
                                    

Wishaka adalah orang yang sulit bicara dengan orang lain, dia tidak terlalu suka memulai percakapan dengan orang asing jika tidak diperlukan. Jadi saat Ospek Universitas, Wishaka tidak punya teman sama sekali. Adapun Jinan, teman lama nya itu berbeda kelompok dengannya.

Satu–satunya yang mengajaknya bicara adalah seorang mahasiswi Fikom bergigi kelinci.

Ya, Kanaya Puteri Nirmala adalah orangnya. Wishaka merasa dia bukanlah orang humoris. Tak pernah sekalipun melucu di depan gadis itu, tapi entah kenapa gadis itu selalu tertawa saat berbicara dengannya, atau memang hobby gadis itu tertawa sambil menunjukan dua gigi kelinci lucunya ya?

Berawal dari sana, mereka pun akrab.

Selepas Ospek, meski berbeda fakultas, Kanaya tak jarang menyambangi Wishaka hanya untuk membaca puisi dan prosa buatan Wishaka. Laki–laki itu sangat pintar membuat puisi dan prosa. Pun begitu Wishaka, yang tertarik dengan dunia jurnalistik yang menjadi jurusan Kanaya. Tak jarang, mereka jadi akrab dan ke mana–mana berdua. Sempat membuat Jinan cemburu sebenarnya.

Kedekatan mereka berlanjut, saat mereka sama–sama mendaftar menjadi anggota Pers Kampus. Seiring waktu, kebersamaan itu semakin intens. Wishaka menyadari ada hal yang aneh pada dirinya saat melihat Kanaya tersenyum. Ada perasaan hilang di hatinya saat Kanaya tak tertangkap pandangan matanya. Wishaka sadar, dia telah jatuh pada gadis itu.

Selang beberapa bulan, Wishaka memberanikan diri untuk memberitahu Kanaya perasaannya. Kanaya menerimanya dengan senang hati, karena Ia juga memiliki perasaan yang sama. Tapi mereka sepakat untuk tidak memberitahu anak–anak Pers Kampus.

"Nggak usah dikasih tahu. Tapi, kalau mereka tahu ya biarin aja," putus Wishaka dan Kanaya kala itu.

Toh, anak Pers Kampus, teman–teman, semua sudah biasa dengan kebersamaan Wishaka dan Kanaya. Kedekatan mereka, instastory berdua, saling antar jemput, foto bersama, terlalu biasa. Semua orang lebih mengira, Jinan – Wishaka ada apa–apanya dibanding melihat keanehan antara Wishaka – Kanaya saat itu.

Selang 9 bulan, tak ada permasalahan berarti di hubungan keduanya. Semua baik – baik saja. Pertikaian kecil sudah biasa. Mereka tipe yang sama–sama keras kepala, tapi pada akhirnya akan mengalah dua – duanya. Setiap ada permasalahan apapun, mereka selalu bicarakan, meski diawali perdebatan, toh akhirnya masalah selesai. Rasa sayang pada satu sama lain selalu menang melawan ego pada akhirnya.

Tapi suatu malam, di parkir atas, terdesak oleh keadaan. Demi sang pujaan hati, Wishaka harus melepas Kanaya secara sukarela.

"Aku nggak mau membebani kamu dengan status kita sekarang, aku juga nggak mau menjadikan status kita sebagai beban. Kamu tahu keadaan aku sekarang gimana kan?" Ucap Kanaya kala itu, gadis itu duduk di kursi kayu panjang disana. Menunduk, menghindari mata Wishaka.

Wishaka tahu, hidup gadis itu tengah berada di titik bawah sekarang. Ayahnya sudah meninggal 5th lalu, Ia kini hidup berdua dengan Ibunya. Kanaya harus berjuang di meja hijau melawan saudara – saudara Ayahnya yang hendak mengambil alih harta Ayahnya. Sampai Ibu nya sakit – sakitan, dan kini harus dirawat di ICU.

Tak jarang Wishaka harus bolak – balik Rumah Sakit demi mengantar Kanaya untuk menemani Ibunya. Kadang Ia tak tega, untuk menemani Kanaya kesana. Gadis itu selalu menangis sampai tertidur jika sudah bertemu Ibunya. Ia teringat Ayahnya, dan pengkhianatan keluarga yang dulu sangat dihormati dan disayanginya.

"Aku takut Shak, aku takut."

Air mata menetes di pipi gadis itu. Wishaka merengkuh tubuh gadis itu ke dalam pelukannya.

Sungguh, Wishaka sangat tersiksa melihat bagaimana rapuhnya gadis itu. Kanaya yang dikenalnya adalah sosok gadis ceria yang cerewet. Ia tak pernah menunjukan kesedihannya di depan orang – orang selama ini. Wishaka hancur melihat Kanaya hancur. Wishaka takut melihat Kanaya ketakutan.

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang