50 : Raining, In This Afternoon

3.3K 442 29
                                    

Perempuan dengan kemeja coklat susu lengan pendek, dengan jeans dan selop hitam yang menghiasi kakinya. Ia berdiri canggung di depan teras Fakultas Hukum.

 Melihat rintikan hujan yang semakin deras mengguyur bumi. Sesekali telapak tangannya terulur merasakan dingin yang mentes di sela–sela jarinya. Ia tersenyum melihat langit yang mendung mencekam. Merasa bumi tengah mengkasihaninya. Apakah para malaikat di atas sana tengah ikut bersedih dengannya?

Identitasnya sebagai Sonia Wendy, seorang TOP MAN LKM Pers Mahasiswa tertua di Kota itu, juga seorang mahasiswi Hukum kekhususan Hukum International yang berprestasi dan aktif pula dalam himpunan, membuatnya sesekali harus mengulas senyum tipis atau lambaian singkat dari beberapa rekan, dosen ataupun adik tingkatnya.

Padahal hatinya tengah mendung, jangankan tersenyum, bernafas saja rasanya menyedihkan. Ia berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan periode sekarang ini. Tapi tetap saja dirinya tidak bisa membohongi hati yang terus meraung minta diobati. Obatnya saja tidak tahu, bagaimana caranya mengobati pula. Makin pusing Wendy.

"Hhh ... Apa gue harusnya dari dulu keluar aja ya."

"Tapi enggak deh, kekanakan banget kalo kaya gitu."

Wendy berbicara dengan dirinya sendiri. Hujan yang makin deras, membuat orang – orang lebih memilih masuk ke gedung fakultas atau kantin saja. Dibanding berdiri termenung menatap hujan dari teras sedekat ini, seperti yang dilakukan Wendy.

Tatapan kembali Ia arahkan pada hujan yang tak kunjung reda. Malah rasanya semakin ganas. Rapat Umum untuk Open Recruitmen padahal sebentar lagi dimulai.

Ini sudah pukul 15;47 WIB, tapi hujan seperti enggan menyudahi dirinya. Seolah melarang Wendy untuk datang dan menyakiti dirinya sendiri. Ini bukan sebuah prasangka buruk, tapi Wendy hafal benar tabiat anak Pers Kampus. Pasti saja, mereka akan mengungkit cerita lama. Pun kalau tidak, tatapan mereka tak akan bisa berbohong.

Ah, sebenarnya bukan itu yang Wendy takutkan.

Pertemuan dengan salah seorang di sana lah yang mmebuat Wendy berpikir ribuan kali untuk datang atau tidak pada rapat kali ini. Sejak sebulan lalu diumukan bahwa kepanitiaan Oprec sudah terbentuk.

"Biarin deh bilang aja alasannya hujan gede. Masa mau diterobos kan?" ucap Wendy membuat alasan untuk dirinya sendiri. Baru hendak mengambil ponsel dari tasnya, ingin menelfon Hanna atau Hanif, tiba – tiba saja sebuah payung transparan terulur di hadapannya.

Tangannya refleks menerima payung saat sodoran payung itu semakin mendesak dirinya untuk mengambil alih pegangan. Saat menoleh untuk mengetahui si pelaku, si pemilik payung malah berlari menerobos hujan.

Hoodie hitam dengan kupluk yang terpasang erat di kepalanya. Jeans hitam, sneakers berwarna putih keluaran adidas. Wendy hanya bisa melihat punggung orang itu yang berlari cepat menjauhinya. Tanpa sempat mengucapkan sepatah katapun.

Berteriak pun rasanya percuma, suara hujan sangat deras, dan suaranya hanya akan tenggelam di balik gemuruh hujan. Wendy melihat payung yang dipegangnya. Ada tulisan kecil berwarna putih menempel digagang payung.

Oh, bukan tulisan. Melainkan sebuah gambar daun clover, dengan empat bilah sisi.

Wendy mengernyit bingung. Siapa gerangan orang itu? Apa dia mahasiswa Hukum juga? Atau orang asing yang tak sengaja bertemu dengannya di sini?

Siapapun dia, Wendy harus berterimakasih. Karenanya, kini Wendy tak memiliki alasan untuk bolos Rapat Umum Oprec lagi.

Siap – siap saja Wendy, disambut dengan teriakan Orion, celetukan Jinan, atau mungkin sinisnya Wishaka yang menyindir dirinya dan orang itu habis – habisan. Wendy harus mempersiapkan hati.

Sekretaris umum Pers Kampus itu menghela nafas.

Oh god... here we go again


.....



Sonia Wendy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sonia Wendy

Sekretaris Umum Pers Kampus 2019


-----

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang