Kanaya pun diantar Wira pulang dengan mobil hitam laki - laki itu. Sepanjang perjalanan sepi, tak ada obrolan berarti. Hanya membahas beberapa hal yang mereka temui di jalan. Mobil sempat berhenti di pom bensin lama, Wira bilang Ia harus mengisi bensin juga membeli sesuatu. Ternyata dia membeli minuman, dan memberikan Kanaya sebotol cholotos dingin. Sesudah itu, mobil kembali melaju dan Kanaya sampai di rumahnya.
Satu jam berlalu. Kanaya kini sudah mandi dan tengah bersantai di rumah. Seorang diri. Ibu nya tengah berlibur bersama teman - temannya. Terlalu lama di rumah sakit, membuat Ibu nya jenuh. Jadi Kanaya dengan senang hati mengijinkan Ibu nya berlibur. Toh, keuangan keluarga mereka sudah membaik sekarang. Ia bahkan sudah melunasi hutangnya pada Jinan.
Ketika tengah asyik menonton drama di laptopnya, sebuah notifikasi chat masuk ke ponselnya.
Wishaka : di mana?
Kanaya : rumah.
Wishaka : sama siapa?
Kanaya mengerutkan keningnya heran. Tumben, Wishaka bertanya dengan siapa dia di rumah.
Kanaya : sendiri
Wishaka : Nggak ada tamu? Ibu di mana?
Kanaya : Ibu ke luar kota, liburan sama temennya. Tamu apaan sih. Jam segini siapa yang mau namu. Jangan nakutin deh!
R
Pesan terakhir hanya diread saja oleh Wishaka.
Selang 15 menit dari sana, suara derum mobil terdengar diluar pagar. Ponsel Kanaya ikut berdering.
"Ay, buka gerbangnya dong. White pearl mau masuk."
Tanpa perlu menjawab, Kanaya mematikan telfon dan segera berlari kearah gerbang. Mobil putih itu masuk ke dalam halaman rumah. Wishaka turun dan berjalan menghampiri Kanaya. Pikir Kanaya begitu. Tapi ternyata Ketua Redaksi itu hanya melewati Kanaya begitu saja dan masuk kedalam rumah. Tanpa permisi. Tanpa mengucapkan apapun.
"Padahal aku nitipin kamu sama Jinan. Kok pulangnya bareng Wira?"
Wishaka duduk di kursi ruang tv, dan melempar ponselnya ke meja. Menunjukan screenshot snapgram Wira sekitar satu jam lalu.
"Aku bukan tahu dari Jinan, tapi dari snapgram ini. Belum sempet sih tanya dia, karena aku langsung ke sini sambil chat kamu di jalan."
Tentu saja, Wishaka sudah terlampau sering masuk ke dalam rumah Kanaya. Entah mampir setelah mengantarnya pulang, atau bahkan di undang makan bersama oleh Ibu nya. Tapi dengan catatan, tidak pernah semalam ini.
Ini sudah pukul 10 malam, dan laki-laki itu masuk begitu saja melenggang kaki dan duduk di sofa ruang tengah. Bukan ruang tamu.
Kanaya tahu, Wishaka yang begini, artinya dia sedang--"Aku nggak cemburu. Aku kenal Wira. Dia nggak bakal macem-macemin kamu. Yah, meski aku tahu, dia pernah ngeflirt kamu pas Mubes tahun kemaren. Tapi aku percaya kok. Pasti nggak ngapa-ngapain kan?"
Catatan soal Wishaka, mahasiswa Hukum itu selalu berbicara panjang ketika ia dalam keadaan khawatir dan cemburu. Itu sepengalaman Kanaya.
Kanaya mendudukan dirinya di hadapan Wishaka, memperhatikan foto instastory itu. Disana, ada tangan kiri Wira yang terbalut jam tangan sedang memegang kendali mobil. Kanaya tidak mengerti, darimana Wishaka bisa tahu dia pulang bersama dengan Wira jika Jinan tidak memberitahunya?
Kanaya mengulum bibirnya yang kering, bingung harus mulai bicara dari mana. Di hadapannya, Wishaka masih terbalut jaket kulit hitamnya, dengan inner sebuah kaos warna putih yang sangat Kanaya kenal. Itu hadiah darinya, by the way.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pers Kampus ✔
Ficción General╰Pers Kampus ╮ • College life • Lokal • Semi baku Kisah mereka mencari berita hingga cinta. Dari nggak kenal, jadi kolega, katanya teman, kemudian sahabat, hingga jadi keluarga cemara. Prinsipnya, nyari berita sampe mampus! Mereka itu, • Peka sama g...