52 : One Years Ago

2.9K 460 29
                                    

Selepas percakapan sore itu, Wendy pulang ke rumah dengan perasaan yang hampa.

Ia melihat kearah sebuah foto yang di pajang tepat di meja belajarnya.

Foto periode 2017-2018.

Masa di mana Siddiq masih seorang Pemimpin Umum.

Saat dulu dia seorang redaktur senior di redaksi.

Saat Naresh masih menjadi bagian SDM Litbang.

Saat semua itu berawal.








14 Agustus 2018






Selepas bulan Mei adalah pelantikan untuk periode kepemimpinan Siddiq, kini awal periode Agustus dimulai. Persiapan berbagai acara untuk menyambut mahasiswa baru tengah gencar dilaksanakan.

Termasuk Pers Kampus. Mereka mulai lakukan rapat untuk membuka Open Recruitment di bulan September nanti.

Saat itu, angkatan 2017 alias Jinan dan kawan-kawa barulah masuk ke pengurusan setelah lima bulan magang dan dua bulan menjadi anggota Pers Kampus. Mereka sedang semangat – semangatnya.

Dan Wendy, adalah satu – satunya senior perempuan yang bisa diajak bicara saat itu. Semua cerita dan curhatan maba tumpah ruah ke arahnya.

Dari curhatan Salwa tentang nyebelinnya Brian jadi Pimlit. Arya yang menolak jadi Ketua BEMF, Sian baru putus, sampai lahiran kucing Daniel juga Wendy tahu.

Jangan tanya Hanna kemana. Karena anak – anak angkatan 17 terlalu takut bahkan untuk sekedar mendekati Hanna. Hanya Siddq dan Hanif pawangnya.

Jadi Wendy bisa dibilang sangat dekat dengan anak angkatan 17, apalagi angkatannya terhitung sedikit jika dibandingkan angkatan 17. Ramainya apalagi, Orion dan Brian sebagai angkatan 16 merasa mendapat rumah berteduh begitu bertemu dengan pengurus semacam Jaiz, Daniel, Sian, Naresha, Jinan dan Wira. Pengecualian untuk Arya karena dia itu titisan arca, adem, diem, kaya batu. Apalagi Wishaka, yang seperti jelmaan Hanna dalam bentuk laki – laki

Belum ada cerewetnya Lucas, Bacodnya Yohan – Dana – Rara, Judesnya Thara, rengekan Ayesha, embernya Mark, kalemnya Nana, ataupun cerianya Jelita.

Sumber kebisingan saat itu masih 100% murni dari lelucon garing Orion dan Sian, tawa melengking Naresha dan Brian, dan tengilnya Jaiz, Daniel dan Wira.

Seperti di suatu sore, di mana mereka sedang membuat lelucon dari sebuah wig panjang hasil maling Sian dari UKM Theater. Orion mengenakan wig hitam panjangnya dengan bangga, Jaiz tak kalah menirukan gaya Beethoven.

Sedangkan Daniel bersama Naresha tertawa sampai berguling – guling di atas karpet sekre yang belum dicuci setengah tahun. Belum lagi Sian yang berteriak – teriak memberi arahan pose. Astaga, jangan lupakan, bahkan Wira dan Brian menabuh panci dan toples kongguan. Dapet aja lagi mereka barangnya.

Wendy yang tengah melakukan editorial tulisan berita Senin diam menahan amarah sambil menekan keyboard penuh emosi. Berisik sekali, mereka benar – benar berisik sekali.

Telinganya pengang sekali rasanya.

"BERISIK LO PADA! GAK LIAT GUE LAGI EDITORIAL HAH?!"

Semua penghuni sekre, selain grup bacod hanya ada Wendy, Arya dan Senin melihat ke arah Wendy yang berdiri. Mereka bisa melihat gambaran asap yang keluar dari ubun – ubun Wendy dengan wajahnya yang memerah marah.

Seandainya Siddiq, Hanif, ataupun Wishaka ada, mungkin tidak akan sehancur ini.

"KALO MASIH PADA MAU BERISIK KELUAR SANA LO PADA!"

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang