62 : Obrolan Malam Lelaki 2 - Rumah

3.1K 473 65
                                    

Pukul 01;26 WIB


Obrolan masih berlanjut.

Sekre masih padat oleh para lelaki Pers Kampus yang makin ngelantur omongannya.

"Gue pernah mempertanyakan Tuhan dan hampir jadi Agnostik tahu," aku Wira.

Yang lain menoleh, sedangkan Wira melepaskan kepulan asap rokok dari mulutnya ke arah pintu sekre. Bertukar posisi dengan Jaiz yang sudah masuk ke dalam tanpa menghisap rokok lagi.

"Tapi pas gue pulang kuliah, kapan gitu ya, Ibu bawain gue Al-Quran terjemahan. Katanya dia mimpi buruk, terus kepengen banget ngasih gue Al-Qur'an itu."

Mulut Orion, Brian, Lucas, Mark dan Naresh membulat sempurna.

"Feeling seorang Ibu," sahut Lucas.

"Ngomong – ngomong soal feeling, gue tiba – tiba ngerasa kalo Wishaka sama Kanaya bakal nikah duluan ya?" tutur Jaiz random.

Anehnya yang lain mengangguk setuju.

"Eh tapi harusnya Bang Siddiq dulu gak sih? Wishaka masih lama lulusnya," sanggah Arya.

"Bang Siddiq calon aja belom ada," sahut Daniel.

"Gak apa – apa Bang, ntar tahu – tahu abang nyebar undangan aja," ucap Dana memberi semangat dan tepukan di bahu Siddiq yang tertawa simpul.

"Hati – hati Wis, jangan suka ke rumah malem – malem. Setan di mana aja," nasehat Sian. Wishaka mendelik.

"Harusnya lo bilang gitu ke si Hanif, dia yang sering nge gas kok sama Ayesha. Gue diem aja tuh." bela Wishaka.

"Masalahnya lo nge-gasnya di rumah langsung! Bahaya!" sahut Orion.

"Gue ngeri Hanif terlalu bucin ntar kebablasan, masih bocah tuh bang. Dijaga."

Hanif hanya tersenyum simpul mendengar ucapan Naresha.

"Awas aja kalo sampe ada apa – apa." Siddiq ikut memberikan ancang – ancang.

"Iye elah, pertahanan gue masih kuat kok," jawab Hanif.

"Ehh kalian masih belom dapet jawaban dari si Kyrara?" tanya Orion pada Dana dan Yohan yang asyik menyenderkan tubuh bersisian di sofa.

Keduanya menggeleng.

"Udah gue bilang, mereka difriendzone-in," sahut Pimred.

"Mau taruhan gak siapa yang bakal dipilih?" ajak Brian.

"Harusnya kita taruhan Naresha-Thara-Sian gak sih?" tanya Arya.

"Alah, mereka sih bisa – bisa ditolak semua. Mana mau Thara sama modelan cikur kaya mereka. Kalo si Rara kan masih mungkin milih Dana atau Yohan," jelas Brian. Sian dan Naresh melotot tak terima.

"Jangan taruhan," sahut Siddiq yang langsung jadi ultimatum.

"Kalau sampe anak cewek tahu, abis kalian."

Yang lain diam saja.

"Nan, lo ngomong dong. Diem diem bae."

Senggol Daniel, pegel juga dia cuman ngeliat Nana dari tadi jadi kambing conge doang.

"Ngomong apa, Bang?"

"Apa kek, dibanding diem mulu."

"Iya nih, Nana belum bikin pengakuan," sahut Arya. Nana jadi terkesiap.

"Pengakuan apa?"

"Apa aja, cepetan ngaku!"

Nanda diam berpikir. Apa yang harus dia akui?

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang