Sudah satu jam mereka duduk di salah satu bangku kantin, mojok berdua dengan Yohan sibuk sendiri bermain game di ponselnya.
Mereka sekarang ada di Kantin Rooftop, kantin yang terletak di salah satu gedung perkuliahan. Letaknya yang di atap dan jauh dari peradaban manusia, bikin kantin ini sepi pengunjung. Paling yang cuman iseng atau gak ada kerjaan aja mau naik ke rooftop ini.
Biasanya sepi, apalagi di jam 4 sore begini. Cuman ada Yohan dan Rara juga beberapa pengunjung yang asik ngerjain tugas. Pedagangnya aja cuman ada lima, bentuk foodcourt dengan interior lebih natural.
Kios mereka terbuat dari kayu berwarna coklat kelam. Bangku - bangku memanjang juga terbuat dari kayu. Meja berwarna senada dengan banyak pot bunga dan pohon bonsai besar dan kecil. Asri sekali, tenang. Apalagi ditambah pemandangan Kota Bandung dari atas.
Di tengah itu, mata Rara berkali - kali melirik Yohan. Terhitung setiap menit ada mungkin dua sampai empat kali lirikan.
"Apa? Kenapa? Ngomong aja sih? Dibanding ngelirik - lirik terus kaya gitu?" tanya Yohan tak sabar lagi.
Dia sudah sadar sejak tadi Rara meliriknya terus tapi tak kunjung membuka mulut juga.
Rara di hadapannya langsung mengulum bibir.
Yah, dia ketahuan.
"Kenapa Raisya Adarakyra? Si Hojin ngulah lagi?"
Gadis di hadapan Yohan menggeleng.
"Terus kenapa?"
"Lo ... gak ada yang mau diceritain sama gue apa?"
Rara malah bertanya balik. Yohan mengkerutkan dahinya bingung.
"Cerita apa?"
"Ya apa kek," pancing Rara.
Lirikan Yohan terjatuh pada ponselnya yang masih menampilkan game yang baru saja dia menangkan.
"Ah! Gara - gara Bang Jinan beliin gue diamond? Ntar gue bagi deh diamondnya, kalem."
"Ih bukan itu Yohan!" sungut Rara.
"Terus apa?"
"Gue ngerti lo mau rahasiain ini, tapi ke gue seenggaknya cerita lah? Udah berapa lama kita temenan?"
"Maksud lo apa sih, Ra? Gue nggak ngerti harus cerita apa ke lo!"
Tapi kemudian Yohan diam.
Ada.
Iya, ada yang belum dia ceritakan pada Rara.
Satu - satunya hal tentang Yohan yang gadis itu tak tahu.
Apa Rara pengen Yohan cerita soal itu?
"Yaudah, gue aja yang ngomong ya?"
Tangan Reporter Redaksi itu mengaduk es jeruknya asal. Mencoba menetralkan matanya, dan menyusun kata. Agar tidak menyakiti atau membuat Yohan tersinggung.
"Soal, lo ... yang gay," cicit Rara pelan.
Lawan bicaranya melebarkan mata. Merasa salah dengar.
"Hah? Gue kenapa?"
"Cerita soal elo yang gay," tutur Rara kali ini lebih jelas.
Lidah Yohan kelu sekarang. Mendadak gugup. Keringat dingin keluar dari pelipisnya.
"Tahu dari siapa lo?"
Giliran Rara yang melebarkan mata.
"Jadi itu beneran? Kok lo gak cerita sama gue? Gue kan sohib lo!" sentak Rara tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pers Kampus ✔
General Fiction╰Pers Kampus ╮ • College life • Lokal • Semi baku Kisah mereka mencari berita hingga cinta. Dari nggak kenal, jadi kolega, katanya teman, kemudian sahabat, hingga jadi keluarga cemara. Prinsipnya, nyari berita sampe mampus! Mereka itu, • Peka sama g...