4 : Jadwal

7.9K 874 20
                                    

Hari itu kamis, di luar sangat terik, membuat Wishaka semakin malas keluar dari sekre. Hari ini tak ada jadwal kuliah pula, jadi Wishaka seperti biasa mendudukan dirinya di kursi putar depan Komputer Sekre.

"Kiarin kosong."

Brian, anak perusahaan bagian marketing itu mencopot sepatunya lalu dengan segera merebahkan dirinya di atas sofa ujung yang berhadapan dengan computer.

Di belakangnya Naresh mengikuti.

"Kalian enggak ada kelas?" tanya Wishaka begitu melihat kedua rekannya masuk.

Brian menggeleng. "Baru beres kelas dari pagi, lanjut abis ashar ntar. "

"Kalo gue, kelas udah beres. Nih, mau lanjut konten advertorial kemaren, si Odan ngasih story boardnya ngaco. Bikin gue kerja dua kali aja, " keluh Naresh.

"Lho? katanya kemaren udah sama–sama fix?"

Mahasiswa Fikom 17 itu mendudukan dirinya di kursi putar satu lagi, sembari mengeluarkan laptop dari tasnya.

"Iya, tapi ternyata pas udah jadi, itu beda sama penggambaran dia. Kan repot kalo kita harus nambah talent."

Wishaka mengangguk mengerti, kemudian Naresh sibuk dengan laptopnya. Memberi beberapa perubahan pada story board buatan Orion.

Setelah melihat Brian menutup matanya, Wishaka kembali fokus menghadap komputer. Berselang lima menit, seseorang kembali masuk sekre.

"Assalammualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Wishaka menoleh kepintu dan mendapati Nana masuk membawa dua kantung kresek di tangannya.

"Eh, Na. Nggak ada kelas?"

"Baru beres Bang, ini mau makan siang dulu," balas Nana. Ia meletakan kantung kreseknya di atas meja, lalu mulai menatanya.

"Haduh, masih di dunia aja panasnya begini, gimana di Nereka ntar ya?" keluh Mark masuk diikuti Dana.

"Pernah ke Neraka lo emang?" tanya Dana. Mark mendelik.

"Dapet kisi–kisi dari penjaga neraka gue," jawab Mark asal.

"Bagian gue mana nih?" tanya Mark nggak sabaran melihat Nana mengeluarkan bungkusan nasi padang di atas meja.

Jam menunjukkan pukul 12;45 WIB , waktu yang sangat rawan untuk perut berbunyi memang. Jadi tak heran, Sekre mulai penuh. Entah jadi tempat singgah sebelum kelas selanjutnya, atau tempat makan siang.

Kegaduhan kembali terdengar di depan pintu, Wishaka menoleh lagi untuk kesekian kalinya.

"Dengerin tuh Jai kata Arya!"

"Iya denger ini gue!"

"Si Daniel mana dah? Udah dua hari nggak keliatan ke Sekre."

"Biasa, anak teknik sipil sibuk kuliah di lapangan."

"Jadi kuli bangunan?"

"Sembarangan lo Wa kalau ngomong!"

Bersamaan suara–suara itu, Jaiz, Salwa dan Arya masuk. Yang ribut–ribut dari tadi Jaiz – Salwa aja sebenernya, Arya sih hanya sibuk tersenyum dan tertawa melihat keributan kawannya.

Sedangkan Wishaka menghela nafas, Ia melihat pintu jadi tak minat. Diam–diam Naresha memperhatikan juga tingkah temannya ini.

"Nungguin siapa, sih?" tanya Naresh penasaran.

Wishaka menoleh tak minat.

 "Lo pikir siapa lagi?"

Laki – laki berperawakan jangkung dan kurus tiba–tiba muncul dari seberang meja, ternyata dari tadi Jinan duduk menyender di bawah meja. Naresha kaget juga tahu–tahu ada gantar muncul di hadapannya. Kiranya, Sekre tadi hanya berisi Wishaka seorang.

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang