34 : Spill The Tea

3.9K 530 82
                                    

Kalau kalian melihat Jinan yang sekarang, mungkin kalian gak akan pernah nyangka kalau dulunya dia adalah seorang fuck boy.

Sebejad - bejadnya Sian, anak itu paling ngerokok dan nongkrong sampai pagi. Yah, minum sekali - dua kali pernah lah, terbawa pergaulan. Apalagi Litbang rawan sekali untuk bergerilya tengah malam.


Sedangkan Jinan lebih dari itu.

Dia ikut balapan liar.

Dia ngerokok.

Dia minum.

Dia juga suka masuk club.

Eits.

Hanya sebatas minum dan mendengarkan music.

Dia cukup tahu diri untuk tidak bermain - main dengan perempuan.

Batas nakalnya adalah ditangkap polisi karena balap liar, bukan nidurin anak orang dengan liar.


Kalau kalian bertanya kemana Wishaka saat Jinan seperti itu, jawabannya pemimpin redaksi itu ada. Tapi Jinan terlampau stress sampai bahkan membohongi sahabat dekatnya.

Sebuah kemajuan ketika dia masuk Pers Kampus, Wishaka berhasil mempengaruhinya, Jinan mengikuti langkah sobat kecilnya itu.

Ketika masuk, Jinan dikenalkan dengan sosok Siddiq. Sosok yang menurutnya tanpa cela. Jangankan untuk perempuan, untuknya yang notabene lelaki tulen saja, seorang Siddiq itu seperti idola. Baik, Sholeh, Sopan, Cerdas, berwibawa dan berkharisma. Ditambah wajah tampan dan postur tubuhnya yang mendukung. Siapa yang tak tergila - gila?

Makanya, bagi Jinan, Ia tidak ingin mengecewakan Jenderal Persma itu. Baginya, Siddiq seperti sosok Kakak tertua. Berkat pengaruh Siddiq, kebiasaan Jinan mulai berkurang.

Meski masih Ia lakukan sesekali ketika dirinya sedang sangat stress.

"Eh si Jinan mana?" tanya Brian malam itu.

Sian yang sibuk dengan ponselnya langsung mengarahkan atensi pada Brian, ikut berpikir.

"Anjir, lupa gue, jangan - jangan mabok sama balap lagi tuh anak."

"Lah? Kumat tuh anak?" Tanya Orion.

"Perasaan bapaknya baru dapet penghargaan, kok malah kumat?"Jaiz ikut menimpali.

"Kenapa Bang?" tanya Mark yang lagi goleran di karpet sekre.

"Itu si Jinan ngilang."

"Ngilang? Maksudnya?"kini Nana yang bertanya.

"Jinan kalau ngilang tuh suka kumat,"jawab Orion.

"Kumat gimana?" Rara ikut - ikutan.

"Yaa itu, balap sama mabok. Pak Rektor kan baru dapet penghargaan tuh, kayaknya sih itu." Orion berbicara sembari menatap langit - langit sekre.

"Dapet penghargaan kok malah stress sih, kalau urusannya bikin masalah sih ya pantes." Sahut Brian.

"Tunggu - tunggu deh, aku gak ngerti," potong Jelita yang tengah menulis berita di laptopnya menghentikan obrolan para seniornya.

"Apa hubungannya Kak Jinan kumat sama Pak Rektor dapet penghargaan?" tanya SDM Litbang itu.

"OIYA! Kalian belum pada tahu ya!" heboh Orion.

Semua anak angakatan satu yang ada disitu, Rara, Mark, Nanda, Dana, Yohan, Ayesha, dan Jelita mengkerutkan keningnya tak mengerti.

"Jumat! Kasih tahu!"

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang