1 : Bucin

17.5K 1.2K 22
                                    

Di tengah keheningan Sekre, seorang Raisya Adarakyra dengan rusuh masuk begitu saja tanpa peduli teriakan temannya Jelita yang kesal karena karpet sekre yang baru dicucinya diinjak – injak.

"Ra! Lepas sepatu!"

"Iya ini dilepas."

Sepatu converse Rara memang dilepas, tapi karpet sudah terlanjur diinjak.

"Ada apa sih? Rusuh banget. Mepet waktu wawancara?"

Hanif, PU Pers Kampus yang tengah duduk di depan computer memperhatikan Rara heran.

"Biasa. Bucin," sahut Yohan yang baru masuk.

Rara tak mau dengar keheranan seniornya, dia terlalu rusuh untuk sekadar memperhatikan keheranan orang–orang di Sekre sekarang. Rara dengan cepat langsung mengambil sepatu selopnya di loker redaksi, memakainya di atas karpet kemudian berlari ke luar sekre.

"HEH! UDAH DIBILANG LEPAS SEPATU!"

"Dah semua!"

Hardikan Jelita tak dianggap oleh Rara.

"Orang bucin mana denger sih." Malah Yohan yang menyahut.

"Mau ketemu doi si Rara?" tanya Jelita kembali tenang dengan laptopnya.

Yohan yang langsung asik dengan game ponselnya di sofa sekre menyahut tak minat.

"Iye, terus ditelepon nggak boleh pake converse, begitu dah."

Hanif yang pertanyaannya tidak dijawab tadi menganggukan kepala baru mengerti.

"Duh! Udah jam setengah lima? Kenapa nggak ada yang bangunin sih?!"

Sosok yang tadinya tertutup selimut sebadan – badan di atas sofa lain sekre tiba–tiba bangun seperti vampire.

"Heh! Gue kucel banget nggak?" tanyanya pada Hanif yang langsung dibalas sebuah anggukan.

"Hapus dulu tuh iler."

"Aduh! Udah gue bilang jam 4 bangunin!" dumelnya pada Hanif.

Yohan dan Jelita yang ada di sana hanya melihat sekilas, Teh Hanna yang sedang rusuh atau hectic itu jangan didekatu. Jangan mau terlibat. Bahaya. Hanya Hanif dan Siddiq yang berani dan bisa.

Dengan gerakan super kilat Bendahara Umum Pers Kampus itu lari ke depan kaca, merapihkan rambut kemudian memakai sandal capitnya dan melesat dari Sekre.

"Bucin ke dua," sebut Hanif masih duduk di kursi putarnya, mengantar sosok tadi, Hanna, keluar Sekre dengan tatapannya.

"Kalau mau dibucinin bilang! Jangan ngatain orang."

Jelita dan Yohan, sebagai satu-satunya junior angkatan 1 yang tengah di Sekre saat itu menahan tawa mendengar celetukan Wishaka yang juga tengah duduk di depan komputernya.

Di pojok sekre paling ujung, ada meja panjang berisi computer, speaker dan tempat kerja para pengurus jika ada project yang tengah dikerjakan. Penunggunya paling banyak adalah anak redaksi.

Wishaka paling sering diam di sana dengan tenang, tanpa bicara, tapi kehadirannya ada.

Hanif tengah mengusir kegabutannya selesai kelas di Sekre, mendudukan dirinya di samping Wishaka yang tengah bekerja membenahi laporan yang dibuat Senin. Ditemani Hanna yang tidur selonjoran di sofa tertutup selimut kucel dari ujung kaki sampai kepala.

Kemudian Jelita yang asik mengerjakan tugasnya selonjoran di meja depan sofa samping sofa Hanna. Sebelum akhirnya datang Rara yang rusuh disusul Yohan dan Hanna pergi dipanggil seseorang.

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang