36 : Tentang Kita

3.5K 472 44
                                    

Recomended  Song : Heize - You, Clouds, and Rain..




2 tahun lalu ...


Saat itu sore hari, Senin baru saja keluar dari kelas dan berdiam diri di depan gedung Fakultas Ilmu Komunikasi.

Pukul 15;45 WIB.

Tangan gadis penyuka bunga krisan itu terulur ke depan, tetesan air dari langit mulai membasahi jemari lentiknya.

Senin kembali melihat jam yang melingkar di tangan kiri, kemudian mendengus sebal.

"Padahal first gathering lima belas menit lagi dimulai."

Hari ini adalah pertemuan pertamanya sebagai calon anggota Pers Kampus, tapi dirinya malah terjebak hujan di gedung fakulas.

Menyebalkan.


Pluk..


Senin terdiam di tempat, ia merasakan sesuatu melingkupi tubuhnya. Terutama bagian kepala dan atas tubunya.

"Pake aja ini, gak tembus air kok. Kalau lo lari dari sini ke Sekre, paling basah dikit. Tapi dibanding telat kan?"

Senin menoleh ke samping, mendapati tubuh seorang pemuda kurus di sampingnya.

Sadar hanya bisa melihat siku lelaki itu, Senin mengadahkan kepalanya.

Wajah dengan fitur tajam menyambut penglihatannya.

Lelaki itu menoleh. "Kalau gitu gue duluan ya!" pamitnya lalu berlari menerobos hujan, tapi kemudian berbalik menghadap Senin.

"Gue Jinan, calon anggota Pers Kampus juga."

Tangannya yang panjang mengayun ke atas, melambai pada Senin. Giginya yang putih terlihat sampai gusi, tersenyum lebar seperti orang bodoh. Membuat sesaat Senin terasa seperti terhipnotis.

Kaki panjang lelaki bernama Jinan itu kemudian menghampiri sebuah payung berwarna biru tua, merangkul tubuh pemuda kecil yang memegang payung.

Senin bengong, yang terjadi barusan terasa sangat cepat sekali. Tapi kemudian Senin segera tersadar untuk secepat mungkin berlari ke Sekre dengan jaket kulit pemuda tadi itu, yang Ia sampirkan ke atas kepalanya.


.....


Begitulah awal mereka bertemu, dua tahun lalu. Sejak Jinan mengenalinya sebagai Calon Anggota Pers Kampus karena gantungan kunci Pers Kampus di tasnya, sampai kini lelaki itu menjadi Wakil Pemimpin Umum Pers Kampus.

Sampai kini pula, sudah dua tahun Senin menyimpan perasaan lebih untuk lelaki jangkung itu.

"Nan, gue—"

"—gue tahu Nin."

Wajah Jinan menoleh takjim. "Gue gak bodoh."

Senin memandang tanya.

"Udah banyak yang bilang ke gue soal ini, tapi gue bisa apa?"

Kepala lelaki itu tertunduk.

Jinan tahu apa yang mau Senin katakan?

"Bukan gue pura – pura gak tahu, apalagi pura – pura bego. Gue cuman gak siap sama konsekuensinya," tutur Jinan.

"Gue pengen ngomong sama lo, tapi timing rasanya gak pas terus."

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang