65 : Would you be my home?

3.2K 401 15
                                    

Siang itu, selepas kelas mahasiswa Fikom kekhususan Jurnalistik itu seperti biasa melangkahkan kakinya ke sekre. Berniat untuk rebahan sembari merecoki Lucas, Yohan, Mark atau Nanda agar mau dititipin makan siang.

Sudah terbayang dia akan dengan nyamannya tiduran di sofa dengan perut kenyang, kakinya baru saja sampai di ambang pintu, sudah hendak melepas sepatu dan memulai keributan di sekre,

"Sian ... "

Namanya dipanggil dengan suara ragu – ragu.

Ia menatap ke asal suara, mendapati Jinan yang duduk dan memanggil namanya. Tatapan Sian terarah pada petunjuk Jinan ke arah sofa dekat pintu. Duduk seorang wanita paruh baya yang terlihat menantinya.

Seorang perempuan lagi juga duduk tak jauh dari sana. Sekre hanya berisi tiga orang itu.

Sian tak jadi melepas sepatunya dan langsung pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Malah Mark yang baru datang kebingungan di ambang pintu, hampir tertabrak tubuh besar Sian jika ia tidak pandai menghindar.

"Bang Sian mau ke mana?"

Pertanyaan Mark tidak digubris Sian yang terus melangkah menjauh.

"Eh, lo juga mau ke mana?"

Mark kembali bertanya, ketika dengan cepat Thara memakai sepatunya dan berlari keluar. Meninggalkan Jinan dan Mark yang kebingungan.

"Kayaknya Sian sibuk ya? Kalau gitu saya pamit aja. Mungkin nanti bisa ketemu di rumah."

Wanita paruh baya itu berdiri dan berpamitan, Jinan tersenyum canggung.

"Iya Bu, kayaknya lagi banyak tugas anaknya."

"Tolong kasih pesan saya buat pulang ya ke Sian."

Jinan mengangguk menyanggupi, meski tidak tahu Sian akan pulang atau tidak.

Setelah wanita tersebut pergi, Mark mulai berani bertanya lagi.

"Siapa, Bang? Kaya kenal gue, mukanya familiar."

"Dosen Public Relation dia."

Kepala lelaki yang lebih muda itu mengangguk antusias, merasa sudah ingat.

"O, iya! Gue inget pernah liat dia di Fikom Fest! Jadi pembicara kan dia? Katanya killer lho."

Wakil Pemimpin Umum tersebut mengangguk.

"Makanya, tadi anak – anak Fikom yang di sini pada keluar dari sekre. Malah gue yang ditumbalin. Rara, Ayesha, Naresha, Kanaya kabur semua. Kampret."

"Kok datang ke sini sih, Bang? Ada berita yang jadi masalah sama Fikom?"

"Bukan, dia ke sini buat ketemu Sian."

"Loh? Ngapain? Bang Sian bikin masalah? Godain anaknya dia? Kan katanya udah milih Thara? Eh ... atau jangan – jangan ngegodain si Ibunya?"

Pertanyaan Mark secara beruntun menerjang Jinan. Yang hanya ditanggapi helaan nafas oleh si jangkung.

"Dia Ibunya Sian."

Kedua belah bibir mark membentuk bulat sempurna.

"Ibu tirinya," lanjut Jinan.

Tas yang Mark gendong terjatuh begitu saja di karpet biru sekre.


.....


Kepala gadis bermata kucing itu terus menoleh ke sana ke mari.

Ia tadi berlari mengejar seseorang yang kakinya jauh lebih panjang darinya, dan membuatnya cukup kesulitan untuk menyamakan langkah kecepatan. Sampai akhirnya, sosok yang ia kejar berhasil ia temukan di taman curhat psikologi.

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang