Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tapi sekre masih saja cukup ramai dengan anak–anak angkatan 1 yang lengkap berkumpul, Thara dengan laptopnya yang masih menulis berita di meja Komputer pojok berbentuk letter L itu. Rara yang mabar dengan Dana dan Mark di sofa dekat pintu. Nana yang sibuk mensirkulasikan berita ditemani Jelita yang merekap jadwal upgrading di sofa dekat komputer. Lucas menyibukan diri dengan melihat hasil quisioner yang sudah terkumpul cukup banyak. Sedangkan Aye dan Yohan sibuk menonton music video girlgrup korea yang baru saja comeback.
"Comeback kali ini gue paling suka sama Yeji, dia jadi keliatan lebih feminim nggak sih?" tanya Yohan. Aye mengangguk setuju.
"Iyasih, narik perhatian banget Yeji di sini. Tapi keliatan kok, JYPnonjolinnya Yuna. Meski Ryujin lagi–lagi jadi center."
Yohan ikut mengangguk setuju.
"Gue paling demen pas Yeji rambutnya digerai, cakep bener gilaaa," histeris Yohan yang dihadiahi lemparan bantal oleh Sian.
"Berisik lo!"
"Dih nggak ngaca," delik Yohan pada seniornya.
Sian tengah duduk di kursi putar yang dia rebut dari samping Thara, membawanya ke tengah Sekre.
Di dalam Sekretariat Pers Kampus itu, ada dua meja panjang yang masing–masing terdapat dua sofa yang saling bersebarangan. Jadi terlihat seperti ada dua ruang tamu yang berdampingan. Dengan posisi paling ujung set sofa yang berhadapan dengan komputer dan meja panjangnya berbentuk letter L. Satu set lagi, berada di dekat pintu masuk, bersebalahan dengan rak buku yang penuh di dinding samping pintu masuk.
Dinding sebelah kanan dihiasi beberapa lukisan dan foto pengurus tahun sebelumnya dan beberapa foto jurnalistik. Di samping rak buku ada rak berisi piala dan ucapan terima kasih yang diterima Pers Kampus.
Sian menarik kursi putar itu ke tengah, memperhatikan junironya satu persatu.
Sekarang, di Sekre seniornya tinggal Sian, Naresha, dan Jaiz. Sebenarnya ada Wishaka juga, tapi mahasiswa Hukum itu tengah membeli coklat panas ke depan kampus.
Thara selesai dengan beritanya, menyerahkan laptopnya kepada Jaiz untuk diperiksa. Ia kemudian mendudukan dirinya di samping Jelita. Ekspresi wajahnya terlihat suram sekali.
"Eh Bang, di Pers Kampus kita pernah ada cinlok begitu nggak sih?" tanya Lucas tiba–tiba, random banget.
Sian menoleh tertarik.
"Weh, kenapa nih? Ada yang bikin lu fall in lope? " goda Sian menaik turunkan alisnya.
"Enggak, tapi kemaren Bang Siddiq tiba–tiba bilang ke gue, kalau bisa jangan sampe pacaran sama anak Pers Kampus. Berabe katanya. "
Sian sejujurnya masih trauma mendengar nama Siddiq. Dia emang nggak diapa – apain Siddiq, tapi rasa bersalahnya masih mengakar kuat.
"Ada sih, tapi bukan cinlok."
"Wah? Siapa tuh?" Dana sebagai angkatan 1 paling kepoan mendekat kearah Sian. Tak sabar menerima informasi terbaru.
"Lebih tepatnya sekarang mereka jadi mantan," sahut Naresh ikut nimbrung. Dia ikut mendekat, duduk di sofa satu lagi, berhadapan dengan Jelita, Aye dan Thara yang masih murung. Ia duduk di samping Nana.
"Mantan? Siapa?" tanya Mark tertarik. Mabarnya udah selesai ternyata.
"Coba tebak," goda Jaiz yang ikutan nimbrung dari depan computer.
Anak angkatan 1 mulai berpikir.
"Kak Hanif sama Teh Hanna? Soalnya Kak Hanif keliatan aneh, Teh Hanna mau marah kaya gimana juga nggak pernah dilawan," tebak Aye.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pers Kampus ✔
Ficção Geral╰Pers Kampus ╮ • College life • Lokal • Semi baku Kisah mereka mencari berita hingga cinta. Dari nggak kenal, jadi kolega, katanya teman, kemudian sahabat, hingga jadi keluarga cemara. Prinsipnya, nyari berita sampe mampus! Mereka itu, • Peka sama g...