74 : Merekam Memory

5.9K 480 154
                                    

"Udah pada pake kemeja semua, kan?" Hanna memperhatikan satu persatu pengurus Pers Kampus. Memastikan ke 25 pengurus memakai kemeja dengan baik dan benar.

"Sian! Pake yang bener kemejanya! Kancingin! Brian jangan dijambulin gitu rambutnya kenapa sih lo! Elu juga orion, ngapain sih pake wig?" titah dan omel Hanna bersamaan. Mutlak dan langsung dikerjakan Sian, Brian, dan Orion. Mereka tak mau merusak hari dengan omelan Hanna. Tak sanggup harus menghadapi amukan Hanna di hari bahagia ini.

Di lain sisi, Lucas dan Jelita sibuk menghitung jumlah pengurus, takut ada yang kurang.

"Cas, itung lagi deh, kok gue cuman dapet 24 ya."

Lucas mengikuti saran Jelita dan kembali menghitung pengurus, tentu saja termasuk dirinya dan Jelita. "Iya Jel, gue juga cuman dapet 24. Siapa yang belum dateng ya?"

"Bukannya udah diatur jadwalnya? Gak ada yang absen kan?" bingung Jelita, Lucas ikutan bingung.

"Kenapa, Cas?" tanya Yohan melihat kebingungan Lucas.

"Ini Han, pengurus kurang satu," tunjuk Lucas pada isi satu studio yang ramai dengan celotehan para pengurus Pers Kampus.

Suara grasa grusu terdengar dari depan pintu, dan menampilkan sosok yang menjadi hitungan ke 25. Lucas, dan Jelita menatapnya lega.

"Ternyata Kak Jaiz yang telat!" tunjuk Jelita menghampiri Jaiz.

Jaiz menumpu tubuhnya pada lutut, dia lelah sekali berlari. Takut terlambat datang ke acara mereka. Nafasnya aja masih tersengal–sengal.

"Sorry, Jel. Tadi ada kucing mati di tengah jalan, gue kubur dulu. "

Jelita melihat terkejut. "Kak Jaiz yang nabrak?"

"Bukan gue lah! Gue nemuin doang, karena nggak tega gue kubur dulu."

Pengurus SDM Litbang itu mengangguk mengerti.

"Ayo pake kemejanya Kak, mau dimulai tuh." Langkah Redaktur Senior tersebut maju ke arah tengah, memakai kemeja hitam pers kebanggannya.

Semua orang di sana mulai berjejer rapih dengan seragam kemeja hitam yang sama, mengikuti intruksi untuk berdiri dan duduk sesuai arahan fotografer di depan mereka.

Hanif duduk di tengah, bersama Hanna dan Wendy yang mengapitnya. Dilanjut oleh Jinan dan Siddiq. Wishaka, Sian, Naresha berdiri dibelakang. Sisanya menyesuaikan tinggi badan mereka.

Hanif tersenyum tenang, memperhatikan satu persatu wajah gembira para rekannya.

Lucas, Sian dan Orion heboh menertawakan lelucon yang dibawa Brian. "Tadi ada berapa orang? Empat. Kamu siapa? Taufik, yang pergi? Dobleh, yang gak ada kabar? Dobleh. Yang kabur? Pergi!"

Brian mengawali ramainya tawa para pengurus dengan lelucon yang didapatnya dari Twitter.
Orion, Sian, dan Lucas sebagai pemimpin penghasil suara tawa terbesar. Memang sangat receh mereka ini.

Yohan dan Dana sibuk rebutan untuk duduk di sofa dekat kaki Hanif, bersisian dengan Rara. Arya kalem berdiri di ujung bersama Salwa yang sesekali menyentak Sian-Orion-Lucas yang berisik. Arya hanya tertawa melihat kerusuhan trio itu.

Wira sendiri tak banyak bicara, hanya sesekali tersenyum simpul mendengar percakapan bodoh yang terjadi di antara pengurus. Kanaya, Senin dan Salwa sibuk menghentikan tawa dan berisiknya celotehan anak – anak pengurus.

Jinan mencoba ikut meramaikan lelucon Brian, tapi ditahan Wishaka yang menepuk mulutnya agar diam. Nana menutup kupingnya, sakit mendengar tawa melengking Rara dan Mark yang mirip lumba-lumba.

Hanna menolak untuk mengomel, dia sudah lelah mengomel sejak dari sekre sampai studio. Gadis itu hanya memegangi keningnya pusing. Sedangkan Wendy ikut tertawa mendengar tawa Orion yang melengking renyah.

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang