27 september 2018
14:20"Naresha!"
Suara Wendy terdengar sangat cerah, lain dengan suasana yang semakin mendung. Awan mulai bergerak riak menutupi birunya langit, bersiap menyambut hujan yang sebentar lagi mengguyur.
Punggung Naresha yang terkulai lemah ia coba angkat, kemudian berbalik. Menatap sebuah wajah yang tersenyum malu – malu di hadapannya.
"Nih."
Tangan gadis di depannya terulur, memberikan sekantung permen besar milkita rasa melon yang dengan manis diikat pita berwarna pink. Senyum canggung dan malu – malunya membuat Naresh tak kuasa menatap ke arah dua bola mata yang masih berbinar itu.
"Buat aku?"
Gadis itu mengangguk canggung.
"Makasih Kawen."
"Udah makan siang?" tanya Naresha, Wendy mengangguk.
"Udah, tadi sama Hanna, sama temen juga."
Si Jaksa. Naresha tahu, tadi Wendy menarik Hanna dan Sian makan bersama. Ia juga diajak, tapi males amat. Mending jaga stand dan morotin Jinan aja minta traktir.
Dibanding harus bertatap muka sambil liatin muka Jaksa yang dengan songongnya pake seragam ke kampus. Naresha tahu tuh orang pasti mau pamer.
Cih. Masih gantengan juga dia.
Hening.
Keadaan menjadi canggung.
"Kalau lo udah?"
Naresha mengangguk.
"Udah, tadi morotin Jinan bareng Brian," jawab Naresha pelan.
"Ckck, dompet Jinan yang setebel KUHP pasti langsung tipis sekarang. "
"Dompet Jinan mana pernah tipis Kak, " sahut Naresha dan disetujui Wendy.
"Haha iya juga sih."
Tak ada lagi yang dibicarakan, tangan Naresh membentuk gesture pamit.
"Kak, aku ke sekre dulu ya."
Tubuh Naresh kemudian berbalik hendak pergi, menidurkan kepalanya di sofa sekre.
Tapi tarikan tangan gadis itu di lengannya menahan langkah kaki Naresh.
"Kenapa, Kak?" mata Naresh memandang tanya.
"Eh? Eung—itu—anu tadi nyanyi lo bagus, lagunya juga."
"Makasih," jawab Naresha, Wendy bisa tahu mood Naresh sedang tidak baik dari nada bicaranya.
Lagunya buat siapa? Beneran buat gue bukan?
Pengen banget Wendy nanya gitu, tapi malu. Dia pengen Naresha yang ngomong duluan. Tapi kenapa gak ngomong – ngomong ya?
"Ada masalah? Kok lesu?"
Gelengan kepala Naresha berikan sebagai jawaban, tapi tangan Wendy sekali lagi terulur menyentuh kening dan menangkup pipi Naresha.
"Gak panas kok. Apa perut lo sakit?"
Naresha menggeleng lagi.
"Gak apa – apa kok, cuman capek aja."
Wendy tersenyum, masih dengan dua tangannya yang menangkup pipi Naresha.
"Yaudah, istirahat sana. Makan permennya, supaya mood lo baikan. Gue pergi dulu ya!"
Tangan Wendy sudah hendak turun dari pipi Naresha, tapi lelaki itu malah menarik tubuh Wendy.
Memeluknya erat.
Di samping aula utama kampus. Lumayan sepi, karena semua orang terfokus di acara festival. Wendy untuk kesekian kalinya terkejut dengan tingkah Naresha.
"Resh—lo—ke-kenap—pa.."
Tak ada jawaban.
Tangan Naresha masih memeluk tubuh Wendy. Wajahnya menggambarkan kesedihan.
"Kawen," panggil Naresh masih memeluk.
"Hmm?"
"Kawen."
"Apa, Resh?"
"Kawen."
" Apa, sih! Kawen! Kawen! Ngomong dong! " kesal Wendy memukul punggung Naresha. Lelaki jangkung itu malah tertawa menanggapinya. Kemudian melepaskan pelukan.
Mengusak rambut Wendy sayang.
"Kawen tuh cewek hebat, keren, aku bangga bisa punya senior kaya Kawen."
"Kawen tahu kan, kalau Kakak itu senior favorite aku?"
"Ngalahin Bang Siddiq?"
Naresha mengangguk, "Kawen dulu baru Bang Siddiq."
Wendy tesenyum senang.
Naresha tersenyum lembut melihat senangnya Wendy.
"Aku pergi ya, Kakak hati – hati."
Sesaat, Wendy terasa tak mengerti.
Tapi kemudian mengangguk.
"Lo juga hati – hati, kalau udah nyampe sekre kasih tahu Arya buat anterin lampu tumblr."
Setelahnya Wendy melambaikan tangannya, kembali ke stand jaga. Naresh melihat punggung Wendy yang menjauh. Kemudian berbalik pergi juga.
Ia harus pergi.
Naresha tahu itu.
----
Kairav Naresha Kafin
Pemimpin Perusahaan 2019
SDM Litbang 2018
Sonia Wendy
Sekretaris Umum Pers Kampus 2019
Redaktur Senior/Sekretaris Redaksi 2018
----
KAMU SEDANG MEMBACA
Pers Kampus ✔
General Fiction╰Pers Kampus ╮ • College life • Lokal • Semi baku Kisah mereka mencari berita hingga cinta. Dari nggak kenal, jadi kolega, katanya teman, kemudian sahabat, hingga jadi keluarga cemara. Prinsipnya, nyari berita sampe mampus! Mereka itu, • Peka sama g...