68 : My Day

3K 382 58
                                    

Langkah kaki Jinan yang ringan beradu dengan keramik sepanjang lorong ormawa. Sesekali tangannya terangkat menyambut sapaan dan ajakan tos rekan – rekannya dari banyak Ormawa, seperti DAM, BEMF, Himpunan dan lain sebagainya. Maklum, dia adalah mantan Litbang yang dulu sering jadi partner bareng Sian dan Naresh alias Trio Layapan. Posisinya yang kini naik jadi Wakil Pimpinan membuatnya semakin dikenal luas karena harus datang ke sana sini untuk menjadi 'brand' Pers Kampus bersama Hanif.

Mood Jinan tengah bagus sekali. Jadi senyumnya sedari tadi tidak pernah lepas dari gurat wajahnya.

Ini hari senin.

Ada tradisi khusus yang Jinan lakukan tiap hari senin.

Tradisi yang sudah dua tahun ini ia laksanakan dengan rajin.

Mungkin di dunia ini hanya dia yang menyambut dengan baik hari Senin.

Sebaik dirinya mengganggu Senin.

"SENIN!!!!" teriak Jinan, padahal kakinya baru sampai di ambang pintu. Tapi sudah berteriak kencang sekali, mengganggu Senin yang tengah mengistirahatkan matanya.

Tadi dia masuk kelas pagi, jadi pengen tidur sebentar sebelum makan siang. Tapi sialnya, Jinan malah merusak mood tidurnya.

"BERISIK KAMVRET!" teriak Hanna melempar majalah pada wajah Jinan yang baru masuk sekre.

"Galak banget si Teteh pagi – pagi, wajah ganteng Akang maen pukul aja," desis Jinan. Hanna tidak peduli dan kembali melenggang masuk mengerjakan laporan praktikumnya deadline H-3 jam dikumpulin soalnya.

"Ayo makan, temenin gue!"

"Males." Senin berusaha kembali memejamkan mata, dan mengangkat selimutnya sampai kepala. Tubuhnya tengah terbaring nyaman di sofa sekre yang empuk. Untuk makan saja Ia tidak berselera.

"Makan Bakso Aci Ganteng Maksimal bareng gue ayo!"

Senin langsung mengangkat selimutnya. "Serius? "

"Iya, cepet."

Wajah Senin langsung berseri – seri. 

Dia emang lagi ngidam banget bakso aci ganteng maximal. Udah ngiler dari kemaren.

"Tahu aja lo gue lagi pengen Bakso Aci Ganteng hehe."

"Kemaren lo bikin snap WA, ya tahu lah," jawab Jinan.

"Utututu, baik bener siih~" Tangan Senin menggelitiki dagu runcing Jinan. Tangan Senin ditepis Jinan, "Ayo cepet, sebelum gue berubah pikiran nih."

"Iya ayoo, ayo Pak Wa Pe U."

Makan gratisan kan gak boleh ditolak.

....

Sekarang Jinan mengerti, kenapa Wishaka sering kali mengatakan dirinya suka sekali ketika melihat Kanaya makan dengan lahap dan bahagia. Mungkin tidak akan menyaingi perasaan kenyang seorang Ibu melihat anaknya makan, tapi melihat lahap dan bahagianya Senin menyantap bakso aci-nya cukup membuat Jinan rela berkata, kalau dia mau traktir Senin tiap hari ke sini kalau begini semangatnya Senin makan.

"Pelan – pelan dong, belepotan tuh." Jemari Jinan terulur menarik helaian rambut Senin ke belakang telinganya.

Senin sibuk mengunyah bakso aci di kedua pipinya, menelannya, kemudian menoleh ke arah Jinan. "Lo gak makan? Gak suka?"

Jinan tertawa melihat Senin yang seperti tupai. Menyimpan dua bola bakso acinya di pipi untuk berbicara dengannya.

"Makan kok, cuman speechless aja liat lo makan semangat banget." Sekretaris Redaksi itu tersenyum.

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang