60 : A Chance

3K 406 25
                                    

Hanif kini tengah mondar – mandir di Sekre dengan gelisah. Terus menerus mengcheck ponselnya, sampai pening orang – orang yang liat.

"Stop!"

Gerakan Hanif terhenti oleh perintah Hanna.

"Sekali lagi lo mondari mandir, gue lelepin ke comberan Indomart depan!"

Hanif langsung terduduk lemas.

"Bang Hanif kenapa lagi, sih?" tanya Yohan pada Rara yang tengah duduk dan bersender di bahunya. Asyik satu sofa berdua.

"Paling Ayesha gak ngangkat telfonnya lagi," sahut Rara cuek sambil main game.

"Woi! Siang semua!" sapa Brian secerah mentari siang itu. Sembari menenteng gitarnya Ia masuk sekre.

"Wah roman – romannya ada judul lagu baru nih, kenapa Han?" tepuk Brian pada bahu Hanif yang terkulai.

"Biasa, Degemnya masih ngambek."

"Masih ngambek aja? Udah berapa lama ini coy? Lebih dari dua minggu lho!"

Perkataan Brian membuat Hanif semakin terbujur lesu.

"Mungkin Ayesha lagi kelas Bang," sahut Yohan mencoba menghibur.

"Kalo Ayesha kelas, terus ngapain Rara di sini? Mereka kan sekelas."

Kini giliran Arya yang menyahut.

"Atau mungkin Aye lagi sibuk ngerjain tugas? Kerja kelompok? Soalnya tadi kelas kita di kasih tugas public speaking gitu Kak." Jelita mencoba membuat kemungkinan lain.

Brian yang duduk sambil menekuk sebelah kakinya menatap semua orang di sekre bingung.

"Apaan, orang tadi gue liat si Aye sama si Chris, Ketua BEM FEB."

Sontak Hanif langsung bangkit dan menarik kerah jaket Brian. Membuat Brian kaget.

"Di mana? Kapan? Ngapain mereka? Cepet bilang!"

"Wess, wess kalem dong Han!"

"Cepet jawab!" Tarikan kerah Brian malah semakin kuat.

"Di itu lho, depan gedung B. Yang deket ATM, duduk berdua aja ketawa – tawa di bangku depan."

Belum sempat yang lain merespon Hanif langsung bergegas memakai sepatunya dan pergi.


.....


Tanpa basa – basi Hanif langsung menarik tangan Ayesha. Mencoba membuat gadis itu menjauh dari lelaki yang sedari tadi asik berbincang dengannya.

"Kak Hanif!"

Ayesha yang terkejut refleks menarik tangannya, meski tidak berhasil. Di saat seperti itu, Chris mencoba membantu Ayesha dengan menahan tangan Ayesha agar tidak pergi.

"Wess Bro kalem dong," tutur Chris.

Hanif menatap lengan Ayesha yang tengah ditahan Chris, kemudian melihat ke arah wajah Chris.

"Lepasin," tutur Hanif pelan tapi menekan.

Chris tahu ada yang gak beres di sini.

"Lo Hanif kan? PU-nya Pers Kampus?" tanya Chris mengenali wajah Hanif.

Pejabat kampus mana yang tidak mengenali Hanif?

Pers Kampus itu fungsinya sangat krusial bagi universitas dan seisinya, apalagi untuk para Pejabat Ormawa sepertinya.

"Iya, dan gue tahu lo Christoper Bang. Ketua BEM FEB."

"Jadi, ada urusan apa nih, Bro? Kenapa tangan Aye lo tarik begini?"

Pers Kampus ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang